"Aku tidak bisa memaafkan mereka," Halilintar mengepalkan tangannya.
Matanya kelihatan menyimpan amarah dan kesedihan. Di dalam dirinya, dia masih belum menerima semua kejadian ini. Kejadian yang harus membawa banyak korban.
"Dia udah tenang Hali," Ucap Fang menenangkan Halilintar.
"Ya kau benar,"
▰▱▰▱▰▱▰▱ Kɪsᴀʜ ɪɴɪ ᴅɪᴍᴜʟᴀɪ ▱▰▱▰▱▰▱▰
Dulu, sebelum aku tidak bisa berbicara, aku punya banyak mimpi yang ingin aku capai. Hanya karena sebuah penculikan hingga membuatku trauma. Efeknya sampai membuatku tidak ingin mengeluarkan suara apapun. Saat itu, aku berumur sepuluh tahun, masih sekitaran SD sih. Dan disini aku, di SMA, yang sebentar lagi akan lulus.
"Yaya, besok kamu ada latihan buat olimpiade minggu depan ya?"
Aku menoleh, "iya."
"Semangat, aku tau kau pasti bisa melakukan ini semua. By the way, abaikan aja orang-orang yang suka omongin kamu. Mereka itu hanya iri karena kamu bisa jadi kesayangan guru sama si kembar."
Aku tersenyum tipis, andai aku bisa bicara maka aku akan menjawab, mereka alay sekali padahal mereka juga bisa kecuali si kembar.
"Aku pergi dulu, menemui kepala sekolah di kantor."
Ying mengangguk.
Aku mulai berjalan ke arah kantor berada. Dan banyak sekali anak-anak yang berbisik-bisik tentangku. Aku tidak bisa marah kepada mereka, karena sia-sia toh, kan aku tidak bisa bicara. Lagipula, mereka nggak capek apa bicarakan aku selama tiga tahun berturut-turut?
Tengah perjalanan, aku bertemu dengan Halilintar dan Taufan. Mereka terlihat tengah membicarakan sesuatu. Aku tidak tau, tapi aku mempunyai feeling mereka sedang membicarakan bisnis ayah mereka. Yah.. beginilah kalau mengenal mereka secara lama.
Taufan menyadari kehadiranku, maka dari itu dia langsung menoleh ke depan. "Hai Yaya." Sapa dirinya dengan senyuman cerianya.
Aku membalas senyumannya, mengangkat tanganku lalu melambaikan. Sekilas aku melihat Halilintar menatap tajam diriku. Seketika aku tersenyum kikuk. Sepertinya Halilintar tau.
Halilintar berjalan, setelah di depanku, ia mengelus-elus pipiku yang terdapat luka sayatan disana.
"Siapa?" nada dingin.
Tubuhku gemetaran, bimbang antara aku harus bilang padanya atau tidak.
"Mitha lagi?" tepat sasaran!
Bagaimana dia langsung mengetahuinya?
Aku mengangguk kecil.
"Anak sialan! Belum cukup keknya ancaman itu bagi dia. Awas saja nanti kalau ketemu." Mataku membulat mendengar perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tʜᴀɴᴋs, Hᴀʟɪʟɪɴᴛᴀʀ! [ ʰᵃˡⁱˡⁱⁿᵗᵃʳ × ʸᵃʸᵃ ]
Teen Fiction[ Terdapat cuplikan di Aku atau Dia ] ❝Tʜᴀɴᴋs, Hᴀʟɪʟɪɴᴛᴀʀ!❞ -Yᴀʏᴀ ••• Ini adalah kisah hidup si gadis bisu dengan cerita cintanya maupun kehidupannya. ••• Endingnya? Mari kita membaca cerita ini bersama-sama untuk mengetahui bagaimana endingnya. ...