Surreptitious

105 22 2
                                    

*tiba di rumah

"Nike, apa yang terjadi padamu?"
Sam terkejut melihat Nike pulang dengan keadaan basah kuyup.

"Astaga Nike, darimana saja kau? Kami cemas memikirkan mu," ucap James.

Tanpa menjawab sepatah kata pun, tiba-tiba Nike jatuh dan tersungkur di lantai rumah mewah itu.

*Brrrukkk

"Nike!" teriak Sam.

Mereka dengan cepat langsung mengangkat kepala Nike dan meletakkan nya di pangkuan Sam.

"Nike, ada apa dengan mu? Bangun Nike, " ucap James.
"Nike ... Nike, bangun." Teriak Sam sambil menggoyangkan tubuh Nike yang terkulai lemas.

Tidak ada respon dari Nike saat itu. Mereka semakin cemas dan akhirnya memutuskan membawa nya ke rumah sakit.

"Nike, kenapa kau tak memberitahu kami tentang penyakitmu." Sam menangis sambil menggenggam erat tangan Nike.

"Nike, ayo bangunlah ... Kau sudah janji akan mengajarkan ku main game kesukaanmu." James menangis sambil mengelus wajah Nike yang mungil.

Air mata kedua saudaranya terus mengalir, tapi dia masih belum menunjukkan respon atas hal itu.

Mereka terus menangis sambil berdoa ada keajaiban dari Tuhan untuk adik kecil mereka.

"K-kak." Lirih Nike.

"Nike ... Akhirnya kau bangun," ucap James.
"Dimana yang sakit Nike? Beritahu aku," ucap Sam sambil menatap adiknya itu.

"Di-dimana ayah?" Tanya bocah lugu itu.

Kedua saudaranya tidak menjawab. Mereka terdiam, menundukkan kepalanya dan kembali memberikan senyuman palsu pada adiknya.

"Kenapa kalian diam saja?" tanya Nike.

"Ayah tidak disini ... Ibu tidak disini ... Mereka tidak ada disini Nike." jelas Sam.

Air mata mengalir di wajahnya tanpa ia sadari.

"Apa maksudnya? Apakah di kondisi ku yang sudah seperti ini mereka masih tetap saja mengacuhkan ku?" cetus Nike.

"Nike ... Nike, tidak. Tidak, bukan itu maksud ku." Sam mencoba menenangkan Nike dan menggenggam tangannya.

"Arghhh ... Kenapa? Kenapa Tuhan tak adil pada ku?" Nike melupakan emosi nya, ia menangis sejadi-jadinya.

"Tidak Nike." jawab James yang hendak memenangkan Nike.

"Tenang Nike ... Tenang!" Sam memeluk erat adiknya.

Nike menangis meraung-raung. Sam memeluknya dengan erat dan James terus megusap air mata nya.

Setelah sekitar 30 menit Nike menangis, ia tertidur di pelukan Sam.
Sam yang menyadari hal itu, perlahan melepaskan pelukannya dan membaringkan Nike.

Sam kembali menatap adiknya itu, tanpa ia sadari air matanya mengalir.
Tak banyak kata yang bisa ia ucapkan untuk Nike, selain "aku akan menjadi pelindung mu".

James memeluk Sam dengan erat, mereka menangis dalam sunyi.

Tengah malah tiba, suasana hening rumah sakit yang begitu mengerikan dapat dirasakan oleh Sam.

Sam menatap sekeliling ruang kamar itu. Kedua adiknya sedang terlelap.
Sam cemas, pikirannya tak tenang menyadari betapa sengsara kedua adiknya selama ini.

Ia mengambil telepon genggamnya dan keluar dari kamar itu.

"Halo ... Dimana mereka?" tanya Sam.
"Di tempat biasa, sepertinya akan ada hal buruk terjadi." Terdengar jawaban dari telepon genggamnya.
Sam menutup telepon nya.

Setelah berfikir sejenak, Sam memutuskan meninggalkan rumah sakit malam itu.

Kedua adiknya yang sedang tidur nyenyak tidak mengetahui hal itu.

I Am Ready Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang