Solitude

203 51 22
                                    

(Dirumah)

*plaakkk
Nike di tampar oleh ibunya.
Ibu : "dasar bodoh, kenapa kau terus buat masalah Nike? "
Nike terdiam.
Ibu : "apa kau tak pernah belajar dari kesalahan mu dulu?"
Nike hanya menunduk dan diam.
Ibu : "kenapa kau harus lahir dari rahim ku? Aku menyesal punya anak seperti mu" (bentak ibu)

Nike mengangkat kepalanya, berdiri, dan mentatap ibunya.
Nike : "apa aku pernah minta dilahirkan? " (mata Nike berkaca-kaca)
Nike : "jika aku bisa nemilih aku tidak akan memilih untuk di lahirkan di dunia ini!! " (Nike berteriak di depan ibunya)

*plaakkk
Ibunya menampar nya lagi. Seperti tidak merasa bersalah atas ucapannya, ia menyuruh anaknya masuk ke kamarnya dan ia menguncinya.

Waktu terus berlalu, raja siang yang tadinya datang bahkan sudah pergi dan digantikan oleh ratu malam.
Namun, Nike masih belum keluar kamar. Ia masih dikurung ibunya.
Sementara kedua kakaknya sudah duduk di meja makan.

James : "ibu, tolong biarkan Nike keluar"
Ibu : "tidak!!"
Sam : "ibu, jika kau marah padanya jangan hukum dia. Hukum saja aku".
Ibu menghela nafas.
Ibu : "apa kalian bisa diam? Makan saja makanan ini, anak itu tidak akan mati hanya karna tak makan malam ini".

Ibu meninggalkan mereka berdua dimeja makan.
Sam dan James yang khawatir pada adiknya, pergi ke kamarnya. Mereka ingin memastikan bahwa adiknya baik-baik saja.

*tok-tok-tok

Sam : "Nike, apa kau di dalam? Kau ingin makan?"
James : "Nike, apa kau takut sendirian di sana? Aku akan menemani mu".
Tidak ada jawaban dari kamar Nike.
Sam dan James semakin khawatir dan mereka mencoba mengetuk pintu lagi.

"Kau pulang? Apakah sudah puas diluar sana?".
Terdengar suara ibu yang agak keras dari ruang tengah.
Sam dan James terkejut dan langsung menghampiri nya.

"Apa maksud mu? Ini juga rumah ku, aku punya hak untuk datang dan pergi sesuka hatiku!!" ujar ayah.
"Rumah mu? Bukankah rumah mu harusnya di penjara? Dasar pembunuh" jawab ibu.
"hey, jaga mulut mu!!" ayah marah dan hendak memukul ibu.

Tiba-tiba, Nike datang dan berteriak.
"Cukup, hentikan!!"
Kedua orang tua itu terkejut dan menatap anaknya. Sam dan James hanya melihat dari balik pintu.

"Apa kalian tidak puas? Apa kalian tidak puas menghancurkan hidup ku?  Hahh??" Nike membentak mereka.
"Apa gunanya aku hidup jika orang yang aku anggap rumah justru menjadikan aku seolah di penjara?"

"Apa kau sudah gila? Apa yang kau bicarakan?" ujar Ayah.
"Apa kau fikir setelah mendengarkan perkataan mu tadi, kau bisa mengubah suasana rumah ini?" kata Ibu.

"Tidak, ini bukan rumah ku. Aku tak pantas berada di sini dan aku akan segera pergi" Nike tersenyum tapi air matanya terus mengalir.

Dia pergi meninggalkan mereka berdua, kembali ke kamarnya dan mengunci nya dari dalam.

(di dalan kamar)
Nike menangis, berteriak, dan melemparkan semua hal yang ada di dekatnya.
Amarah, benci, sedih, dan sakit hati semua tercampur dalam emosi nya.

Bagaimana tidak, bocah itu tak pernah mendapatkan kasih sayang yang harusnya ia dapatkan sejak kecil. Kedua orang tua nya tak pernah mengerti apa yang ia rasakan.
Ia selalu dimarahi, dicaci, bahkan di sumpahi. Padahal ia hanya ingin mendapatkan perhatian dari kedua orang tua nya.

Nike terus menangis, hingga sampai pada tengah malam emosi nya memuncak.

"Kenapa ini semua terjadi padaku? Kenapa? Tuhan kenapa Kau diam saja?"
"Salah apa aku? Apa aku tidak pantas untuk bahagia?"
Nike terus mengeluh dan air matanya mengalir deras.

"Tuhan, Tuhan, dimanakah Engkau?"
"Kenapa Kau diam saja? Apa aku tak pantas untuk Kau tolong?"

Bocah lugu itu terbaring di lantai, ia terus menangis tersedu-sedu. Ia memeluk dirinya dengan kedua tangan dan tangisannya.

Malam yang dingin terasa sangat lama waktu itu.
Nike menahan sesak di dadanya. Ada banyak hal yang ingin ia katakan pada kedua orang tua nya. Namun, entah mengapa ia selalu gagal ketika berhadapan dengan kedua orang tua nya.

I Am Ready Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang