Ditengah malam yang sunyi, Sam berjalan sendirian di tepi jalan.
Dengan langkah yang sigap dan tatapan mata yang tajam Sam terus berjalan di sepanjang jalan itu. Hingga ia berhenti di satu tempat.
Kaki nya berhenti melangkah. Ia menatap pintu masuk gedung itu. Menarik nafas dan meyakinkan dirinya untuk masuk ke tempat itu.
Setelah meyakinkan dirinya, ia mulai melangkahkan kaki nya dengan pasti.
Sam masuk dan di sambut oleh suasana dalam gedung yang tenang, mencekam, dan gelap.
"Apa tujuan mu kesini?" tanya seseorang.
"Dimana dia?" balas Sam.
"Aku akan mengantar mu" ucap orang itu.
Orang itu mengarahkan Sam pada satu ruangan dengan pintu hitam di lorong itu. Kemudian ia meninggalkan Sam sendirian disana.
Sam terdiam, melihat sekelilingnya lalu memejamkan matanya.
Dalam hati, Sam mengeluh karena ketakutan nya tapi ia menepis pikiran itu dengan tekat nya.
Ia membuka matanya dan memastikan dirinya untuk masuk ke ruangan itu.*tok-tok-tok
"Siapa kau?" terdengar suara dari dalam ruangan itu.
"Ini aku." jawab Sam.
"Masuklah." Ucap orang itu.
Sam segera masuk keruangan itu.
Ia berdiri dihadapan seorang pria tinggi, rapi dan bertubuh kekar."Mengapa kau datang kemari? ... Anakku." Orang itu ternyata adalah Ayahnya.
"Adikku membutuhkan mu, datanglah," ucap Sam.
"Bukankah aku sudah mengirimkan uang untuk kalian?" tanya ayahnya.
"Kami tak butuh itu ... Mengapa kau tak paham juga?" balas Sam.
"Untuk apa aku datang?" ucap ayahnya.
"Apa kau hanya akan datang ketika anak mu mati?" tegas Sam.
Ayahnya terdiam. Suasana menjadi hening beberapa saat.
"Cih (smirk)"
"Aku pergi." Sam pergi meninggalkan ayahnya dan kembali kerumah sakit.Sam tak bisa tidur dan tidak berhenti mencemaskan adiknya.
Cuaca dini hari yang dingin merangkul Sam dengan erat.
Sam ingin menangis, tapi tak bisa. Di pikirannya hanya ada kedua adiknya.Tiba-tiba, seorang wanita datang menghampiri ia di lorong itu.
Mereka saling menatap satu sama lain.
"Sam ... " Wanita itu menangis dan memeluk Sam.
"Aku minta maaf." ucap wanita itu.
"i - ibu." Sam membalas pelukan itu dan menangis.
Wanita itu adalah ibunya. Ya, untuk pertama kalinya Sam memanggil nya ibu.
"Terimakasih Sam." Ibunya terkejut mendengar ucapan Sam dan semakin erat memeluknya.
Mereka berpelukan beberapa saat kemudian melepaskan pelukannya.
"Bagaimana dengan Nike?" tanya ibunya.
"Dia sakit," balas Sam sambil menangis.
"Ah, tidak ... Sam jangan menangis." Ibu mengusap air matanya dan memenangkan nya.
"Apa ayahmu datang?" tanya ibu.
"Hanya kau yang peduli pada kami," tegas Sam.
Ibu mengerti apa yang dikatakan Sam.
"Dengar, Sam ... Aku sudah menemui Nike tadi. Sekarang aku harus pergi," jelas ibu.
"Kenapa?" tanya Sam sendu.
"Aku harus mencari ayahmu dan membawanya kesini." Ibu menjelaskannya kepada Sam sambil memegang pundak Sam.
"Apa kau ingat apa yang ibu katakan?" Ibu menatap Sam seperti memberikan kode rahasia.
"Aku punya dua pundak untuk adik ku bersandar tapi bukan berarti aku tak boleh menangis suatu waktu." Jawab Sam.
"Ya, kau benar. Jadi, kuatkanlah dirimu didepan adikmu tapi jangan pernah berpura-pura kuat di depan ibu." Ibu tersenyum.
Sam mengerti maksud ibunya. Ia mengangguk kemudian membalas senyum ibunya.
"Baiklah. Aku pergi, jaga dirimu baik-baik dan kedua adikmu juga." Ibu memeluk Sam lalu pergi meninggalkan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Ready
Historia CortaSam, James, dan Nike adalah tiga orang bersaudara. Awalnya mereka mencoba mempertahankan keutuhan keluarga yang hampir hancur karena keegoisan orang tua. Namun, Nike ternyata tidak sejalan dengan kedua kakak nya seiring berjalannya waktu. Ia justru...