Indescribable

92 23 1
                                    


Cahaya dari balik jendela mulai menyelimuti tubuh mungil yang tergeletak di lantai. Menyelimuti nya dengan kehangatan.
Hembus angin lembut menggelitik kaki kecil nya.

Nike terbangun.

Jam menunjukkan pukul 06.45 pagi saat itu.
Nike terkejut, ia terlambat dan ia harus segera ke sekolah.

Setelah siap, Nike turun ke bawah.
Namun, ia tak melihat ada mobil yang biasanya ia gunakan untuk berangkat sekolah.

Ia kembali ke atas, mencari saudaranya.
Namun, ia tak menemukannya.

Nike sadar, ia ditinggalkan kedua saudaranya.
Ayah dan ibunya juga tidak ada dirumah.

Tanpa berfikir panjang, Nike memilih menggunakan sepeda menuju sekolah nya.

Namun, selama di perjalanan Nike terus menangis.
Air matanya tak berhenti mengalir. Ia tak bisa melupakan rasa sakit yang ia rasakan selama ini.
Pikiran dan hati nya hanya terisi sakit hati, benci, amarah, dan rasa frustrasi.

Nike tiba-tiba berhenti mengayuh sepedanya. Ia mengeluarkan telepon genggam dari tas nya dan mengakses chanel radio kesukaan nya.

Lagu yang sedang di putar adalah "Ephipany - Seokjin".
Nike mendengarkan lagu itu sambil mengayuh sepeda nya lagi.

*sreekk sreekk sreekk
Tiba-tiba lagu berhenti di putar.
Ada berita yang mengejutkan!!

".......telah terjadi pembantaian secara brutal di  sepanjang Jl. Geni menuju Pusat Informasi Kota, diduga pembantaian dilakukan oleh sekelompok mafia ilegal...... "

*Nike melepaskan earphone yang ia gunakan

"Ah, apalagi kali ini... Ayah terus saja membuat masalah."
"Kenapa ia tak pernah memikirkan perasaan ku."
"Dia bahkan tak pernah sudi mengakui ku anaknya."

Nike mengayuh sepeda nya dengan kencang dan akhirnya ia tiba di sekolah.

Sampai di sekolah, Nike langsung menuju ruang kepala sekolah.

"Nike, apa kau serius ingin belajar di sini?"
"Di hari pertama mu menginjak sekolah ini, kau sudah berulah bahkan melukai salah seorang siswi disini."
"Sekarang, kau terlambat di hari kedua mu di sekolah ini"
"Apa maksud mu, hah?"

Nike hanya terdiam, ia tak tau harus menjelaskannya dari mana.

"Nike, mulai hari ini sampai 1 minggu kedepan jangan pernah menginjakkan kaki mu disekolah ini. Apa kau paham?"

Nike tersenyum lalu menatap nya.

"Ya, aku paham. Terima kasih".
"Aku pergi, permisi".

Nike meninggalkan ruangan itu.

Nike mulai berjalan menyusuri lorong sekolah. Hati dan pikiran nya kacau, ia tak tau harus bagaimana dan kemana.

Dirumah ia tak mendapatkan kehangatan keluarga sementara di luar ia tak punya tujuan yang bisa dijadikannya "rumah".

Nike pergi ke salah satu taman dekat sekolah, ia duduk sendiri. Ia menikmati kesendirian nya itu.

Tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras ... Tapi Nike tidak meninggalkan kursi tempat ia duduk.

Perlahan air mata nya mengalir diselimuti air hujan.
Hati nya sangat hancur, bahkan ia pun tak paham dengan apa yang ia rasakan.
Ia hanya ingin berteriak dan menangis sekuat tenaganya.
Ia lelah tapi bukan di fisik. Ia butuh tempat cerita namun tak ada yang bisa di percaya.
Bahkan ia pun hampir melupakan Tuhan yang selama ini bersama nya.

Semua luka yang ia pendam, hanya bisa ia luapkan lewat tangis nya. Semua nya tak bisa ia ungkapkan dengan kata.

I Am Ready Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang