<<>>
Kesialan lagi-lagi menimpa Kia di pagi hari yang cerah ini. Kali ini bukan karena ban ayah Kia yang bocor, melainkan ini karena dia sendiri. Kia bangun kesiangan.
Jam enam lewat tiga puluh dia baru bangun. Dan kelas dimulai jam tujuh tepat. Kia cuma punya waktu tiga puluh menit untuk mandi, siap-siap, dan sejenisnya termasuk perjalanan dari rumah ke sekolah.
Alhasil Kia mandi cepet, yang penting kena air sama sabun, sikat gigi gak lupa, cuci muka udah pasti. Lima belas menit udah kelar segala macem, tinggal berangkat.
Kia langsung cium tangan mamanya, langsung pamit tanpa sarapan dulu bahkan mengabaikan teriakan mamanya.
"Kia gak berangkat sama appa nak?"
««»»
Kia berakhir di gudang sekolah. Sejumlah alat kebersihan sudah tersedia di depannya. Sudah dapat dipastikan apa yang terjadi saat ini.
Kia terlambat 25 menit, itu karena dia harus habiskan waktu cukup lama buat nunggu bis. Ditambah jalanan cukup macet, membuat waktu Kia yang cuma sedikit itu semakin terbuang.
Dan Kia harus pasrah terima hukuman membersihkan gudang sekolah. Belum reda kekesalannya karena hukuman dan juga kebodohan dia kenapa gak inget kalo dirumah masih ada ayah yang harusnya bisa anter dia ke sekolah, kia makin kesel karena yang telat bukan cuma dia, tapi juga Arasya.
Iya, A R A S Y A.
Mungkin ini hari beratnya Kia. Masih pagi aja udah dapet cobaan segini beratnya kalo menurut Kia, gimana nanti siang sampe malem coba? Cobaan apa yang bakal dia terima?
"Kiara kamu denger ibu kan?"
Sial, Kia melamun.
"I-iya bu?" Kia jadi linglung. Karena penjelasan panjang lebar bu Aidah selaku guru kedisiplinan itu sama sekali gak masuk satu kata pun ke telinganya.
Guru 36 tahun itu menghela nafas dalam, "kamu melamun ya?"
"Em.."
"Ibu jelaskan sekali lagi. Karena besok akan ada pemeriksaan kebersihan dari luar sekolah dan kebetulan gudang juga belum dibersihkan maka hukuman kalian berdua membersihkan gudang. Jika semuanya sudah dibereskan kalian simpan kembali alat kebersihannya di tempat semula. Setelah itu kalian boleh kembali ke kelas masing-masing, paham?" Bu Aidah menjelaskan panjang lebar perihal penjelasan yang sebenarnya sudah ia jelaskan sebelumnya.
Kia mengangguk, "paham bu,"
Setelah bu Aidah pamit pergi, Kia dan Arasya pun mulai menjalani hukuman mereka.
Mereka mulai dari dalam gudang, merapihkan barang-barang penuh debu tebal disana. Mereka harus terbatuk dan bersin berkali-kali karena debu yang masuk ke hidung.
Arasya mulai menggerutu tak jelas, membuat Kia sesekali mencuri pandang ke arahnya.
"Apa liat-liat?!" Ujar Rasya galak waktu sadar Kia lagi liatin dia.
"Siapa yang liatin kamu. Geer!" Kia buru-buru mengalihkan pandangan setelah itu, lanjut sama kegiatannya beresin barang-barang disana.
Hening lagi, keduanya sama sama sibuk dengan kerjaan masing-masing.
Tiga puluh menit baru aja selesai bersihin bagian dalamnya. Sekarang tinggal bagian luar.
Kia duduk dulu di lantai, cape. Tapi itu gak lama karena dapet tatapan tajam plus omelan dari Arasya.
"Jangan duduk-duduk aja. Hukuman nya masih belum selesai. Yang dihukum kita berdua kalo lo lupa,"
Kia berdiri, "Istirahat bentar Ara! Kia cape, belum makan, lemes." Suaranya makin memelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kia Arasya
Ficção Adolescente⟨Discontinued⟩ ================================== Tentang si dingin yang ketemu sama si pura-pura dingin. • • • Arasya itu pangeran batu. "Kia tau Arasya ganteng, tapi dia itu minim ekspresi. Wajahnya kaku, keras kayak batu." • • • Kia benci Arasya...