<<>>
Kesialan menimpa Kia pagi ini. Di pertengahan jalan menuju ke sekolah Kia mendapatkan sedikit kecelakaan kecil. Ban mobil ayahnya tiba-tiba pecah, mungkin tertusuk paku atau semacamnya.
Kia ikut turun bersama ayah untuk ngecek keadaan ban mobil. Ban depan sebelah kirinya pecah. Di sekitar sini gak ada bengkel, itu artinya akan butuh waktu lama untuk memperbaiki ban yang pecah.
"Appa gimana?"
'Appa' panggilan dari Kia buat ayah.
"Sepertinya bakal lama Kia. Kia pesen taksi online aja ya?" aksen Korea nya masih nempel di cara bicara ayah Kia, panggil saja tuan Jung.
"Iya appa," Kia ngangguk lesu, lanjut keluarin hp nya buat pesen taksi online.
Lama Kia nunggu, tapi dia belum juga dapet taksi online nya. Kia hela nafas berat, mulai was-was karena bentar lagi bel masuk akan bunyi.
Ayah udah hubungi bengkel, dan katanya orang bengkel akan datang lima belas kemudian.
"Belum dapat taksi nya?" ayah hampiri Kia, tau kegelisahan putrinya. Kia geleng lesu sebagai jawaban. Wajahnya ditekuk.
Di tengah keputus-asaan Kia yang pasrah kalau mungkin dia akan terlambat hari ini, bak seorang penyelamat, sebuah mobil tiba-tiba berhenti di belakang mobil ayah Kia.
Kaca mobil penumpang di bagian depan diturunkan, menampakkan wajah seseorang yang amat familiar dimata Kia. Itu Panji dari kelas sebelah.
"Kia kenapa mobilnya?" Tanya Panji setelah senyum ramah ke arah ayah Kia.
"Ah ini, ban nya bocor." Jawab Kia. Panji ngangguk sebagai respon lalu kembali berujar.
"Bentar lagi bel masuk, bareng gue aja ayo." ajaknya.
"Umm..." Kia tampak berpikir, merasa sungkan aja kalo nebeng sama Panji.
"Lo gak mau telat kan?" Panji coba meyakinkan supaya Kia ikut dia. Dan Kia langsung geleng.
"Yaudah masuk aja, jamin sepuluh menit udah sampe sekolah. Supir gue udah pro,"
Iya Panji pake supir, soalnya dia belum boleh nyetir mobil sama ortu nya karena belum punya SIM.
Kia terpaksa terima tawaran panji setelah sebelumnya noleh ke ayah meminta persetujuan, dan tentunya dibalas anggukkan sama ayah.
"Dari pada telat, ikut temen kamu aja." Kata ayah.
Kia langsung pamit sama ayah, cium tangan ayahnya, terus masuk ke mobil Panji. Setelahnya mobil Panji melaju dengan kecepatan sedang.
"L-loh kok?" Kia total bingung saat masuk ke dalam mobil dan menemukan seonggok manusia yang asik pejamin mata dengan telinga disumbat earphone duduk di samping dia saat ini.
"Aras emang suka berangkat bareng gue," Panji menjawab kebingungan Kia.
Kia mencoba gak peduliin Arasya yang asik sama dunianya sendiri. Kia geser posisi duduknya, menjaga jarak sejauh mungkin dari Arasya.
Kia terjebak, mau keluar aja dari mobil ini. Tapi gak bisa. Oke, demi sekolah biar gak telat, kia gak papa kalo harus deket Arasya. Kali ini aja.
««»»
Pulang sekolah Kia gak langsung pulang, tapi mampir dulu ke gedung olahraga buat nontonin anak basket yang lagi latihan buat turnamen.
Kia duduk di pinggir lapangan bareng Jasmin. Banyak juga murid-murid lain —kebanyakan perempuan— yang sama sama lagi nontonin anak basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kia Arasya
Fiksi Remaja⟨Discontinued⟩ ================================== Tentang si dingin yang ketemu sama si pura-pura dingin. • • • Arasya itu pangeran batu. "Kia tau Arasya ganteng, tapi dia itu minim ekspresi. Wajahnya kaku, keras kayak batu." • • • Kia benci Arasya...