♡ 22. Mistake.

44 3 1
                                    

Malam berlalu dengan cepat, Jihyun tidak menyangka bahwa dia bisa menyambut pagi dengan tenang tanpa hal-hal yang tidak diinginkan. Semalam dia menghabiskan waktu hanya di kamarnya tanpa keluar sedikitpun, seperti yang ia minta, neneknya mengantarkan makan malam dan menyuruh Jihyun meninggalkan nampan bekas makan malamnya di depan kamar saja tanpa harus membawanya ke dapur.

Lewat pengertian kecil dari neneknya, Jihyun merasa tak enak hati. Oleh karena itu kini gadis yang tengah merapikan seragamnya di depan cermin itu tengah menimbang-nimbang haruskah dia ikut sarapan pagi ini, atau langsung berangkat ke sekolah. Ya, dia tahu kalau dia ikut sarapan pagi, dia akan satu meja makan dengan kedua orangtuanya. Hal itu akan menjadi momen yang tidak disukainya, tapi dia harus melakukannya untuk membalas kebaikan neneknya semalam.

"Tidak... Aku harus ikut sarapan, nenek telah membantuku semalam... Aku harus melakukannya." Ujar Jihyun sembari menatap bayangannya pada cermin.

Dia langsung mengambil tas ranselnya dan berjalan keluar kamar menuju tempat makan. Hatinya begitu gugup apalagi saat melihat sosok ayahnya yang sudah duduk di meja makan dan mengobrol dengan neneknya. Jihyun melihat sekeliling area ruang makan dan tidak menemukan sosok ibu tirinya -Lee Jieun, dia bisa bernafas lega karena itu.

Ya, dia tidak ingin melihat kehadiran Jieun. Orang yang paling ingin dia hindari setelah kecelakaan yang merenggut nyawa saudara kembarnya. Lebih tepatnya dia belum sanggup berhadapan dengan Jieun karena rasa yang timbul dalam dirinya hanya kesakitan akibat luka yang ada dalam memorinya.

Trauma.

Bisa disimpulkan seperti itu.

"Jihyun-ah, kau sudah siap berangkat ke sekolah rupanya." ujar sang nenek begitu menangkap sosok Jihyun masuk ke dalam area ruang makan.

"Iya... Ah, hari ini tidak perlu membawa bekal. Menu hari ini cukup enak di kantin, jadi Jihyun akan makan makanan kantin saja." jawab Jihyun yang melihat neneknya hendak membuatkan bekal untuknya.

"Ah begitu, yasudah... Sekarang makanlah sarapanmu." perintah neneknya yang langsung Jihyun turuti.

Anak perempuan itu menyantap makanannya dengan lahap dan sedikit terburu-buru. Bukan karena dia akan terlambat ke sekolah, lebih tepatnya Jihyun ingin segera menyelesaikan urusannya disana dan berangkat sebelum berpapasan dengan Jieun yang entah kenapa tidak muncul-muncul juga. Jihyun tidak tahu apa alasan kenapa Jieun belum menampakkan dirinya pagi ini, tapi Jihyun harap Jieun tidak segera datang sampai Jihyun berangkat.

   




"Aigoo... Pelan-pelan Jihyun-ah, nanti kau tersedak."

Perkataan dengan suara lembut itu membuat Jihyun berhenti sejenak. Kepalanya terarah kearah Baekhyun yang merupakan pemilik suara tersebut. Di mata Jihyun kini nampak wajah Baekhyun dengan senyuman manisnya tengah mengarahkan segelas air padanya. Ah, Jihyun lupa menyadari bahwa dia duduk bersebelahan dengan ayahnya.

Entah kenapa perlakuan kecil itu membuat suatu perasaan aneh muncul di hati Jihyun. Sudah lama sejak dia pindah ke Tokyo dan tidak bertemu dengan ayah kandungnya itu. Rindu? Mungkin bisa dikatakan demikian. Jihyun rindu dengan segala perlakuan serta interaksinya bersama sang ayah.

Namun Jihyun menahan perasaan yang membuatnya ingin meneteskan airmata. Dia menerima gelas berisi air itu dan meminumnya, dia ingin sekali mengucapkan terimakasih tapi kata itu tertahan di tenggorokannya. Pada akhirnya hanya hening yang terjadi karena Jihyun memilih untuk diam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oh! My Nanny 2~ : Uncotrollably Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang