Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tiga bulan telah berlalu, kini Ilisa akan pergi terbang kembali ke Asia, tepatnya Korea untuk mempersiapkan pernikahannya. Kabarnya, keadaan kakeknya membaik dan itu membuatnya lega.
Lain halnya Ayah Lucas yang penyakitnya semakin memparah, membuat Lucas juga semakin khawatir. Jeslyn yang mendengar kabar itu pun hanya bisa menenangkannya. Ia ingat, kalau masa kerjanya akan berakhir dalam beberapa hari lagi.
Ia sudah bisa memutuskan akan tetap menjadi sekretaris Xiaojun atau mundur, dan membawa pengalaman kerja ini ke tempat barunya bekerja nanti. Entahlah, Jeslyn belum bisa memutuskan.
"Hei, katanya Ilisa udah terbang dari Eropa ke sini, ya?" tanya Hendery di sela-sela makan siang mereka.
Yup, kali ini Jeslyn sedang makan siang bersama Hendery. Jeslyn mengangguk. "Ini juga gue lagi mutusin buat menetap di sini atau sebaiknya mundur."
"Lo nyaman di sini, 'kan? Ya di sini aja. Cuma, cowok lo itu aja yang harusnya lo pikirin," kekeh Hendery yang membuat Jeslyn mengangguk membenarkan.
"Kayaknya bukan ide buruk juga kerja di tempatnya Lucas, gue juga ada pengalaman walau cuma 3 bulan. Walau gitu, perusahaan ini 'kan besar, jadi tiga bulan harusnya pertimbangan yang lumayanlah, ya?" gumam Jeslyn.
"Haduh, lo ngapain pikirin itu, sih? Pake aja jalur orang dalem, lo bentar lagi juga bakal jadi Nyonya Wong, apalagi yang harus dikhawatirin?" Hendery terkikik geli dan mendapat cubitan dari Jeslyn.
"Eh, tapi walau gitu 'kan emang lo berbakat. Lo cepet beradaptasi, jadi ini jalur orang dalem yang gak ngerugiin siapa-siapa, nyatanya lo emang kinerjanya bagus kok," puji Hendery.
Jeslyn menghela napasnya. "Yah, lihat aja nanti ke depannya."
•••
Di tengah-tengah pekerjaannya, Xiaojun masih mengingat-ingat tentang penjelasan asisten ayahnya yang menyatakan perihal kontrak pekerjaan milik Jeslyn. Ia bisa memilih sebenarnya, akan bertahan di sini atau pergi.
Xiaojun tidak bisa memaksanya untuk tinggal kalau Jeslyn tidak ingin, 'kan?
"Hah, lelahnya," gumam Xiaojun. Ponselnya tiba-tiba berdering, dan Xiaojun melirik ponselnya yang terletak agak jauh darinya.
Ia tahu itu bukan Jeslyn, jadi ia agak malas. Hingga ia ingat siapa yang berkemungkinan untuk menghubunginya ketika malam seperti ini. Benar juga, hari ini adalah kepulangan Ilisa.
"Oh, ya. Gue harus ngejemput dia, kayaknya sekarang baiknya gue pulang," kata Xiaojun pada dirinya sendiri dan mulai mempersiapkan peralatannya untuk pergi.
Ia membuka pintu kerjanya, dan terlihat Jeslyn masih menyibukkan dirinya di depan komputer. Xiaojun pun menyempatkan diri untuk menghampiri Jeslyn yang tampaknya tak menyadari kehadirannya.
"Fokus amat, lupa pulang?" tanya Xiaojun.
"Eh, Dejun. Dikit lagi, tanggung," jawab Jeslyn, lalu melirik Xiaojun sekilas. "Lo udah mau balik?"