"Kalau aja ada kamu disini pasti hidup aku akan berwarna kembali. Semoga kamu bahagia selalu."
***
"Kak Rendy?"
"Apa, Sya?" jawabnya dengan memutar kedua bola matanya malas menanggapi perkataan Asya.
"Kakak ada suka sama cewek gak?" tanya Asya sambil memegang tali tasnya.
"Adalah! Masa iya gue suka sama cowok!"
"Kalau semisal ni ya? Pacar kakak itu pergi jauh ninggalin kakak, apa yang bakal kakak lakuin?" tanyanya sambil menatap kearah Rendy yang tiba-tiba berhenti dari jalannya.
Rendy pun menengok ke arah Asya dengan seksama. "Gatau," jawabnya lalu kembali berjalan lagi.
"Ih, beneran! Terus misal kakak nyium aroma parfum yang mirip kek dia kira-kira itu bakal dia beneran atau bukan?"
"Aduh, Sya! Lo dari tadi nyerocos ga berenti-berenti ga capek apa mulut lo?" dengus kesal Rendy. "Ni gue jawab! Kalau dia pergi ninggalin gue yaudah ikhlasin karena mengikhlaskan merupakan salah satu jalan mencintai. Terus kalau masalah aroma itu mungkin bisa jadi dia beneran ada disekitar kita."
"Berarti ada kemungkinan kalau Eza masih hidup?" tanya Asya dengan semangat dan senyum diwajahnya.
Rendy hanya diam tak ingin menjawab. Kalau dijawab mungkin dia akan terus bertanya lebih banyak lagi.
"Kak? Asya dah punya temen tau! Tapi Asya belum bisa bergaul dengan mereka karena secara Asya ini kalau belum deket dan kenal susah adaptasinya! Mana tadi waktu Asya mau ngajak ngobrol eh salah orang! Lebih dingin dari kulkas 100 pintu! Namanya Alela!"
Rendy langsung berhenti tak melanjutkan jalannya menuju parkiran motor. "Kenapa?" tanya Asya ketika melihat Rendy berhenti tiba-tiba.
"Lo, kenal Alela?"
"Iya, dia dah jadi temen aku baru aja tadi waktu istirahat!"
"Boleh minta nomor hp-nya gak?"
"Cieee suka ya sama Alela?" goda Asya kepada sepupunya ini.
"Mana ada! Gue dah ada gebetan, wlek," sambil menjulurkan lidahnya untuk mengejek Asya.
"Ih, nyebelin! Gamaulah! Nanti dia marah lagi sama Asya, dia itu keliatan dingin tapi kalau udah ngomong bah!"
"Yaudah!" jawab Rendy lalu langsung saja jalan meninggalkan Asya. Asya yang merasa ditinggal langsung merasa kesal.
"Ih, kak Rendy!" teriak Asya dengan kesal. "Untung aja masih disekolah coba aja kalau dah di rumah bakalan aku pukul pake batang sapu! Ya tuhan! Semoga cewek yang bakalan jadi pacar atau jodohnya kelak hidupnya bahagia ya tuhan! Kasihan kalau harus menghadapi tipe cowok kek makhluk satu itu!" sepanjang jalan menuju parkiran Asya selalu menerocos tanpa henti dibelakang Rendy.
Rendy pun berhenti membuat Asya merasa terkejut. "Apaan sih berenti?" tanya Asya dengan mendengus kesal.
Rendy hanya diam tak menjawab.
Asya merasa kesal dengan sifat sepupunya satu ini. "Kak? Kamu kenapa?" tanya Asya dengan heran. Namun, Rendy tetap saja tak menjawab. Rendy langsung saja pergi meninggalkan Asya yang masih berdiri ditempatnya.
"KAK RENDY?" teriak Asya yang membuat perhatian para siswa maupun siswi memperhatikannya. Asya yang merasa malu saat itu langsung berlari mengikuti Rendy dibelakangnya. Tanpa mendengarkan cibiran dari mulut para penghuni sekolah. Dirinya, sudah banyak membaca di internet kalau hidup ini tidak harus selalu mengalah tapi kita juga harus berani.
"Dih, murid baru aja belagu!"
"Jijik banget gue sumpah!"
"Centil"
"Sok cantik!"
Asya tak menghiraukan berbagai cibiran yang keluar dari mulut para penghuni sekolah yang mungkin merasa iri.
Kini Asya tertegun melihat Rendy yang ternyata menghampiri penjual cilok😑.
"Ih, kakak! Dipanggilin ga nyaut ternyata mau beli cilok?" tanya Asya dengan kesal. Bukan hanya kesal memanggili Rendy tapi juga kesal telah mendapat berbagai cibiran dari murid disekolah ini.
Rendy pun menengok kearah Asya yang masih terlihat kesal. "Sorry, gue lagi pingin!" jawabnya dengan cengiran diujung bibirnya.Asya hanya diam namun matanya melihat sesuatu yang sangat ia inginkan. "Kak? Aku mau beli arum manis dulu ya?" ucap Asya langsung berjalan menuju penjual arum manis tanpa menunggu jawaban dari Rendy.
"Hati-hati!"
"Iya."
***
Kini mereka berdua telah sampai dirumah Asya. Merebahkan badannya untuk meghilangkan letih ditubuhnya.
Rendy menatap Asya dengan geleng-geleng kepala. "Lo, doyan atau laper?" tanya Rendy dengan tatapan tak percaya Asya telah menghabiskan 3 bungkus arum manis!
"22nya!" jawab singkat Asya dengan kondisi masih menikmati arum manis tersebut.
"Awas tu gigi sakit!"
"Iya. Kak tau gak?"
"Apa?"
"Kalau aja ada kamu disini pasti hidup akan berwarna kembali. Semoga kamu bahagia selalu."
"Kan gue udah ada disini mbek!" jawab kesal Rendy.
Asya yang mendengarnya langsung tersadar. "Ih, bukan kamu! Tapi-"
"Gue tau! Dah, sekarang lo mandi sana bau!" lalu Rendy berjalan menuju ke kamar mandi.
"Ish! Kamu mau kemana?" teriak Asya.
"Ke kamar mandi! Mau ikut?"
"Ga! Jorok!"
Tiba-tiba ponsel Rendy berdering. "Kak? Ponsel kamu bunyi!" teriak Asya dengan masih menikmati arum manis ditangannya. Namun, Rendy yang baru saja masuk kedalam toilet untuk melakukan ritualnya belum juga kembali.
"Angkat aja, Sya!" teriak Rendy dari dalam tòilet.
Asya langsung saja menerima panggilan itu. "Hallo?"
"Ren! Gue tunggu lo di tempat biasa! Jangan telat!" panggilan itu pun pangsung diputuskan secara sepihak. Asya merasa kesal karena orang yang beràda diseberang tak salam, atau apa langsung saja dimatikan.
Rendy yang baru saja keluar dari toilet langsung menuju kearah Asya yang berada di depan televisi. "Siapa?" tanyanya sambil mendudukkan posisi pantatnya di sofa.
"Gatau! Katanya kamu ditunggu ditempat biasa, jangan telat. Gitu!"
"Ok, gue cabut duluan ya?" ucap Rendy dengan langsung menyaut tasnya yang berada di dekat Asya.
"Iya, makasih tumpangannya!" teriak Asya tapi sepertinya ucapannya barusna tidak didengar oleh Redy.
"Huh, sepi banget dirumah!"
"Ngomong-ngomong tadi suaranya kek kenal tapi siapa ya?" gumam Asya.
***
Spam emot kesukaan kalian setelah membaca part ini ya💙🐏
See u😙😙
KAMU SEDANG MEMBACA
Minyak N Air
Teen Fiction(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA) *** "Kamu gak kenal sama aku?" "Enggak." *** Cinta Asya dan Eza yang dulu hanya berakhir singkat menimbulkan perasaan yang sulit untuk di jelaskan. Asya yang masih mengira Eza hidup selalu berusaha untuk mencari tahu ke...