Sesuai dengan janjinya tadi, Kenny pergi menjemput Rachel dirumahnya. Meski dengan perasaan sedikit ogah-ogahan tapi Kenny tetap berangkat.
"Kenny! Mau kemana kamu?" Sang papa yang kebetulan sedang berada di rumah melihat Kenny dengan pakaian rapi yang hendak keluar rumah.
"Keluar bentar pa sama temen."
"Kamu lupa dengan tugas kamu? Kamu masih ingin main-main seperti ini? Papa sudah bilang kalau kamu harus bisa merubah perilaku burukmu itu."
"Kenny tahu, Papa gak perlu khawatir." Nada bicaranya terdengar malas menanggapi.
"Lebih baik kamu gak usah lagi main-main sama teman brandalan kamu itu!"
"Mereka temen Kenny Pa, bukan brandalan!" sanggah Kenny tak terima.
"Sama aja! Mereka membawa pengaruh buruk buat kamu, kamu jadi ikut-ikutan berandalan juga kayak mereka."
"Pa mereka bukan berandalan, papa gak tahu apa-apa jadi jangan sok perhatian sama Kenny!"
"Kenny kamu--" Belum selesai papanya berujar Kenny menyelanya.
"Kenny berangkat Pa!" Kemudian Kenny pergi begitu saja mengabaikan teguran sang papa.
****
"Ma kacamata Kenzie rusak, Kenzie pamit ke optik ya ma mau beli kacamata yang baru." Kenzie menemui mamanya yang berada di dapur entah membuat apa.
"Kok bisa rusak sih? Kamu gak hati-hati yang makainya?"
"Gak sengaja tadi jatuh Ma pas disekolah."
"Yaudah gih sana! Kamu pergi sama siapa?"
"Tadi Kenzie udah janjian sama Yana minta ditemenin ma."
"Yaudah kalo gitu, pulangnya jangan malem-malem ya!"
"Iya ma, Kenzie pamit. Assalamualaikum!" pamit Kenzie mencium tangan mamanya.
"Waalaikumsalam, hati-hati sayang!"
Berhubung kacamatanya rusak dan harus beli yang baru jadi sekalian Kenzie akan memeriksakan matanya. Siapa tahu minusnya berkurang, atau malah jadi bertambah? Ah sudahlah! Kenzie tidak peduli bertambah atau berkurang. Yang penting kacamatanya harus ada.
Kenzie dan Yana sudah sepakat langsung bertemu di mall. Agar tidak memakan banyak waktu. Mereka juga berencana bersenang-senang sebentar sekedar refreshing.
Kenzie sudah sampai didepan mall terdekat dari rumahnya. Ia bisa melihat Yana berdiri sendirian didepan pintu mall.
"Na!" panggil Kenzie, berlari ke arah Yana. Yana menoleh dan tersenyum lebar melihat Kenzie sudah datang.
"Udah lama nunggunya?"
"Lumayan sih!"
"Ya maaf, kalo dari rumah lo kan emang lebih deket Na beda lagi kalo dari rumah gw, mana jalanan rame banget lagi," ujar Kenzie memberi alasan.
"Iya iya, gw ngerti kok, yaudah yuk biar bisa lama seneng-senengnya."
"Yukk!"
Kenzie dan Yana menuju ke toko optik yang berada didalam mall ini. Karna malam minggu mallnya jadi lebih ramai dari hari biasanya.
"Gw tunggu disini ya, lo periksa gih cepet!"
Kenzie segera masuk dan mulai memeriksakan matanya. Berharap minusnya berkuraang walaupun sedikit.
Setelah diperiksa ternyata minusnya malah bertambah sedikit di kedua matanya. Mau bagaimana lagi, Kenzie memang suka membaca buku sambil tiduran, mungkin itu penyebab minusnya bertambah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adulescentia
Teen Fiction"Dan kenapa harus mereka berempat yang jadi kandidat?" Kenzie semakin tidak mengerti arah pembicaraan mereka. "Tapi kalo lo mau denger jawaban gw, gw bakal bilang gak ada yang jelek dari mereka." Belum juga Kenzie menyelesaikan kalimatnya, Yana lang...