"Ada pengumuman apa sih, rame bener tuh mading," ujar Yana.
"Lo gak tau? Habis ini kan bakal ada pertandingan persahabatan sama sekolah sebelah."
"Beneran? Wahh pasti bakal ada banyak cowok-cowok ganteng deh," ujar Yana dengan semangat.
"Maksud lo sama SMA Airus?" tanya Kenzie memastikan.
"Iya, SMA mana lagi emangnya?" Kenzie tampak berpikir sebentar kemudian melanjutkan lagi membaca buku. Ia mencoba tidak peduli dengan pertandingan itu.
"Tapi masalahnya gw jadi bingung siapa yang harus gw dukung," ucap Aurel.
"Iya ya pacar lo kan sekolah di Airus ya, dia masuk tim basket juga kan?"
Aurel mengangguk. "Pacar gw itu bagian tim inti tau! Keren kan?"
"Heleehh gitu doang, emang seganteng dan sekeren apa sih pacar lo itu?"
"Yaa 11 11 lah sama Kenny, entar deh gw kenalin kalian ke pacar gw," ujarnya antusias.
"11 11? Maksud lo ketampanan mereka setara gitu? Gw jadi penasaran juga sama pacar lo."
"Ya iyalah, pacar gw gituloh!" Aurel menyibakkan rambut, menyombongkan diri.
"Heleehh! Gaya lo!"
"Suka-suka gwlah!" Aurel menujulurkan lidah. "Sebelum hari pertandingan kita nyalon yuk! Perawatan dikit gitu," usul Aurel.
"Buat apa?" sahut Kenzie.
"Ya secara kan, hari itu bakalan banyak siswa lain yang dateng, katanya sih cowoknya pada ganteng-ganteng. Ini kesempatan tahu buat kalian, siapa tahu ada yang bisa digebet. Iya gak Na?" Aurel menyikut lengan Yana.
"Bener juga kata lo Rel, kenapa gw gak kepikiran ya? Gak dapet disini siapa tahu dapet disana haha."
"Terserah kalian! Gw gak ikut."
"Yeee jangan gitu dong Zie, ini tuh kesempatan juga tau buat lo, siapa tahu lo bisa mengakhiri masa kejombloan lo itu, lo gak bosen apa idup ama buku mulu?"
"Tau nih Zie, gw aja baru setahun ngejomblo udah bosen," timpal Yana.
"Itu kan lo Na bukan gw," sangkal Kenzie.
Aurel dan Yana saling tatap seperti merencanakan sesuatu dalam benak mereka.
"Lo gak ada latihan Rel?" tanya Kenzie.
"Latihan apaan?"
"Ya cheers lah, kalo tim basket mau tanding bukannya tim cheers juga harus latihan ya buat jadi suporternya?"
"Iya ya, gw lupa. Tadi si cewek badut ngasih tahu gw hari ini ada latihan, untung aja lo ingetin Zie, yaudah gw pergi dulu kalo gitu, bye Zie, Na!" Tergopoh-gopoh Aurel pergi ke ruang latihan Cheers.
Hanya Aurel yang ikut ekskul ini. Kenzie dan Yana mengikuti klub kesenian.
"Yuk Zie!" ajak Yana kemudian.
"Kemana?"
"Liat Aurel latihan Zie, kayaknya seru deh, katanya mereka latihan dilapangan basket Zie. Anak basket juga pasti ikut latihan juga, kan lumayan sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui."
"Tumben pribahasa lo bener!" gurau Kenzie.
"Gini-gini gw juga pernah baca kali Zie! Yuk lah!"
"Tapi gw lagi baca Na."
"Yaelah lo bacanya disana aja Zie kan bisa," bujuk Yana.
"Yaudah iya iya."
"Yey gitu dong, yuk!"
****
"Gw gak lihat Aurel, mana tuh anak?"
"Masih ganti baju mungkin."
Yana celingukan mencari keberadaan Aurel. Anggota Cheers yang lain sudah berada dilapangan dan mulai bersiap latihan.
Disamping itu ada tim basket juga yang sedang latihan. Yang tak lain dan tak bukan ada Kenny dan kawan-kawannya.
"Kenny! Go! Go! Go! Kenny!"
Tim Cheers mulai bersorak memberi dukungan. Tapi sepanjang itu hanya nama Kenny yang terdengar dari sorakan mereka. Sesekali nama Dimas, kadang juga nama Ryon. Nama Azka juga sesekali terdengar.
"Emangnya tim Cheers cuma menyemangati satu orang doang ya? Perasaan dari tadi nama Kenny Kenny itu yang mereka sebut, anggota yang lain kan juga perlu penyemangat kali. Bukan Kenny doang yang main!" pekik Kenzie.
"Ya maklum lah Zie namanya juga Kenny kaptennya, wajarlah nama Kenny yang disebut lagian nih ya lo gak tau apa?"
"Apa?"
"Si Ketua Cheers kan pacarnya Kenny."
Kenzie hanya ber-oh ria mendengarnya. Ia sama sekali tak tertarik dengan hal semacam itu.
"Sekali-kali lo tuh harus update Zie, biar gak kudet tau. Apa jangan-jangan temen lo cuma gw sama Aurel doang ya Zie?" canda Yana.
"Ngapain juga gw harus update berita yang gak penting gitu, ada banyak hal yang bisa gw lakuin selain ngikutin gosip-gosip gak jelas kayak gitu kali Na, gak ada manfaatnya buat gw."
"Ck, kayaknya lo udah lupa sama kata-kata 'bijak' Aurel kemarin Zie." Yana menekankan kata 'bijak', mengingatkan Kenzie kembali. "Hidup tuh gak harus monoton gitu aja Zie, sekali-kali lo harus ngelakuin hal yang berbeda biar idup lo lebih berwarna gitu, masa SMA cuma sekali Zie. Kata orang masa SMA itu masa yang paling indah. Jadi setidaknya lo harus nikmatin selagi masih jadi siswa SMA."
"Yaudah entar gw beli cat Na."
"Buat apa?"
"Ngewarnain idup gw, kata lo hidup harus berwarna." Kenzie terkekeh diakhir kalimatnya.
Sedangkan Yana tak habis pikir dengan pemikiran temannya yang satu itu. Dia berbicara serius malah direspon bercanda. Susah emang!
Yana asik berteriak ikut menyemangati tim basket yang sedang latihan. Sedangkan Kenzie tentu saja lebih memilih membaca bukunya ketimbang menghabiskan tenaga untuk meneriaki sesuatu yang menurutnya 'tidak terlalu penting'.
Yana yang melihat Kenzie membaca buku hanya bisa menghela napas, geleng-geleng kepala. Tak menyangka kalau Kenzie akan benar-benar membaca buku disini. Padahal tadi ia hanya iseng menyuruh Kenzie membawa buku dan membacanya.
"Zie seenggaknya lo semangatin kek temen lo, gak bosen apa tiap hari baca buku mulu, biar ada gunanya lo disini Zie!"
"Ck bawel banget sih lo Na!"
"Makanya jangan baca buku mulu, gw bosen tau liat lo yang ngelihat buku terus kerjaannya."
"Siapa juga yang nyuruh lo liat, gak ada kan?"
"Pliiis deh Zie, lo tuh butuh piknik emang."
"Ish! Bosen gw denger lo ngomel mulu, yaudah nih gw semangatin, mana si Aurel? Biar gw teriakin tuh anak! Biar puas lo!"
Yana nyengir lebar melihat Kenzie mau bersorak untuk Aurel.
"Aureeeellll!!!" teriak Kenzie ke arah Aurel hingga membuatnya menoleh ke sumber suara. Melambaikan tangan. Tersenyum lebar. Hafal betul dia warna suara sahabatnya itu.
"Semangaaaattt Relll!" lanjut Kenzie. Yana akhirnya tersenyum puas karna berhasil membuat Kenzie bersorak.
****
"Ken, itu bukannya cewek yang nabrak lo kemaren ya?" tanya Ryon basa-basi karna mendengar teriakan nyaring seseorang.
Kenny yang baru saja berhasil memasukkan bola ke ring merespon pembicaraan Ryon.
"Mana?"
"Tuh yang baru aja duduk disana," tunjuk Ryon dengan dagunya.
"Ohh, biarin aja, emang apa urusannya sama gw?"
"Ya gak papa gw cuma mau bilang aja."
Kini mereka menyelesaikan latihannya masing-masing. Kenzie dan Yana juga tetap dalam posisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adulescentia
Novela Juvenil"Dan kenapa harus mereka berempat yang jadi kandidat?" Kenzie semakin tidak mengerti arah pembicaraan mereka. "Tapi kalo lo mau denger jawaban gw, gw bakal bilang gak ada yang jelek dari mereka." Belum juga Kenzie menyelesaikan kalimatnya, Yana lang...