Part 3

1.6K 216 8
                                    

Lisa adalah anak yang supel. Ia pandai bergaul dan sangat menyukai pertemuan dengan orang baru. Lisa ini anak yang ceria, ia selalu menjadi lampu pada setiap pesta. Lisa mudah berterteman, ia bukan anak yang pemilih. Lisa sangat ramah dan mudah terbuka.

Setelah shift-nya selesai, Rosie memperkenalkan Jennie kepada Lisa. Jennie adalah teman SMA Rosie, keduanya cukup dekat. Mereka sempat berjarak karena kesibukkan keduanya dan perbedaan tempat kuliah serta jurusan yang mereka ambil. Jennie adalah mahasiswa jurusan arsitektur, sedangkan Rosie jurusan musik.  

Awalnya terdapat kecanggungan diantara Jennie dan Lisa, karena Jennie sepertinya tipe orang yang malu-malu dan tidak terlalu banyak bicara. Sangat bertolak belakang dengan Lisa. Lisa, meskipun dirinya supel, ia tidak ingin dicap sebagai seseorang yang sok asik dengan orang yang baru ia temui—mungkin hanya beberapa orang yang bisa Lisa perlakukan demikian—tetapi tidak kepada Jennie. Namun, setelah beberapa saat, Jennie mulai membuka sedikit dirinya dan perkenalan mereka hari itu berjalan lancar. 

Lisa senang dengan kenyataan bahwa Jennie orangnya asik dan berwawasan luas, ia dapat menanggapi semua yang Lisa bicarakan. Sayangnya, pertemuan mereka harus berakhir cepat karena Jennie harus pulang ke rumahnya yang memakan waktu satu jam perjalanan dari tempat ini. Lisa berbohong jika ia tidak merasa hampa setelah Jennie meninggalkan kedai kopi. Dirinya berharap, mereka bisa bertemu lagi.

--


Hari demi hari telah berlalu, Lisa sepertinya sudah melupakan Jennie. Saat ini, ia justru tengah fokus mempersiapkan dirinya beserta tim esport untuk mengikuti kompetisi LoL (League of Legends). Tim Lisa terdiri dari lima orang anggota, diantaranya, Bambam, Mark, Bobby, Jisoo dan dirinya. Masing-masing memiliki role mereka sendiri dalam permainan tersebut.

Mark dengan posisi Top Laner, Lisa ADC, Jisoo Mid Laner,  Bobby Jungler dan Bambam sebagai Support. Mereka berlatih dengan mencatat strategi mereka pada setiap permainan. Selain itu, Lisa dan Jisoo juga menonton siaran ulang kompetisi LoL yang dapat dengan mudah mereka temui di internet dan mencoba beberapa strategi dari tim esport berbagai dunia.

Dedikasi yang mereka kerahkan sangat besar untuk kompetisi ini. Ini mungkin merupakan kompetisi dengan hadiah terbesar yang pernah mereka ikuti. Jika mereka menang, bukan hanya mereka dapat bagian, tetapi juga uang tersebut akan mereka alokasikan untuk membuat tim esport dan mengembangkannya bersama—hal itu adalah mimpi mereka semua.

Dedikasi mereka tentunya harus dibayar dengan pengorbanan. Lisa telah mengorbankan kuliahnya demi kompetisi ini—begitupun teman-temannya. Lisa tahu jelas jika ayah dan kakaknya tahu akan hal ini, dirinya mungkin akan mati. Tetapi ia tidak peduli, ia akan pikirkan dan menanggung konsekuensinya nanti, karena yang terpenting saat ini adalah bagaimana caranya untuk memenangkan pertandingan itu. Kalau tidak bisa menjadi juara pertama, paling tidak mereka mesti mendapatkan 3 besar.

"Persiapan kita hanya 2 minggu," celetuk Mark saat mereka sedang beristirahat, setelah latihan selama 2 jam.

Mereka berlatih dan bermain menggunakan telepon genggam mereka dengan permainan yang sama, sambil membahas strategi. Menurut Lisa dan kawan-kawannya, cara tatap muka seperti ini baik untuk menentukan strategi. Setelah dirasa cukup, baru lah mereka berlatih menggunakan komputer mereka masing-masing.

"Ya, tapi kalau melihat permainan kita selama sepekan belakang, sudah sangat baik!" seru Lisa semangat.

"Oh ya, Jisoo, sudah dapat bocoran tim yang akan bertanding melawan kita?" tanya Bobby.

Jisoo tersenyum menyeringai, "tentu saja! Detektif Jisoo sudah melaksanakan tugasnya dengan baik," ujarnya angkuh seraya menyodorkan laptop miliknya kepada teman-temannya. Disana tertera beberapa nama tim yang kemungkinan besar akan melawan mereka.

The Gamers - [JENLISA Short AU] [GxG] [Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang