Part 2

1.8K 238 8
                                    

Lisa sedang membersihkan beberapa cangkir kopi bekas pelanggan tempat ia bekerja. Dirinya kembali memutar percakapan dengan keluarganya tadi malam. 

Mereka—kecuali mungkin ibunya—tidak terlalu suka hobi Lisa dan impiannya menjadi seorang Pro Player. Mereka kerap kali meremehkan Lisa hanya karena dirinya tidak serajin dan sepintar kakaknya dalam hal akademi, padahal Lisa cukup berbakat dibidang lain. Seperti contohnya, saat ia berhasil mendapatkan juara 2 pada kompetisi piano. Atau saat ia meraih rekor tercepat dalam lomba lari di sekolahnya. Tetapi sepertinya itu tidak terlalu membanggakan buat mereka.

Lisa anak yang cuek. Dia tidak terlalu ambil pusing akan perkataan ayah dan kakaknya, meskipun terkadang sesekali terlintas, tetapi hal itu tidak menggoyahkan semangatnya dan membuatnya berhenti bermain. Lagipula, ibunya selalu mendukung dan mendoakannya. Lisa yakin, doa seorang ibu akan membawa dirinya pada kesuksesan.


"Lisa! Lisa!!" Seru seseorang yang setengah berlari menghampiri Lisa.

Dari balik mesin kopi, Lisa setengah mengintip untuk melihat siapa yang datang dengan kegaduhan sambil memanggil namanya.

Dirinya memutar kedua bola matanya saat ia melihat seorang lelaki berambut pirang yang disisir ke belakang.Dia Bambam, sahabat Lisa sejak kecil.

"Rosie, aku titip sebentar," kata Lisa pelan kepada rekannya yang kemudian memberi anggukkan singkat kepadanya.

Lisa lalu menghampiri Bambam yang sudah tersenyum lebar sambil membawa sebuah kertas yang ia lambaikan ke arah Lisa.

"Lisa! Lihat ini!" serunya dengan wajah berseri.

Lisa meraih kertas yang Bambam bawa, "kompetisi LoL???"

Bambam mengangguk cepat, "Lihatlah hadiahnya!"

Lisa kemudian kembali membaca kertas poster itu, kedua matanya terbelalak sesaat ia menatap digit angka yang tertera di sana.

"Apa tidak salah? Ini kompetisi apa sih? Nasional? Internasional?" tanya Lisa sedikit heran.

"Nasional. Lagipula sejak kapan sih kau peduli tentang itu, yang penting kan hadiahnya!"

Bambam benar, Lisa memang tidak pernah peduli dengan kompetisi atau bahkan hadiah yang mereka akan dapatkan. Lisa hanya ingin bermain dan dikenal serta mengenal banyak orang yang dapat ia temui. Menurutnya, membangun relasi yang kuat merupakan hal terpenting.

Tetapi untuk hadiah sebesar ini...

"Aku bahkan tidak pernah peduli dengan hadiahnya. Aku hanya suka bertemu banyak orang dan membangun relasi. Tetapi yang ini... Aku sangat tertarik dengan hadiahnya. Aku sudah gila kalau aku tidak tertarik dengan hadiahnya! Seratus ribu dollar! Seratus ribu dalam dollar!"

"Exactly!"

"Oke, oke, lalu apa yang harus kita siapkan untuk mendaftarkan tim kita?" tanya Lisa bersemangat.

Bambam terkekeh, "tidak perlu khawatir, Mark sudah urus semuanya," katanya.

"Huh?"

"Saat kami lihat posternya, kami segera mencari tahu tentang kompetisi ini. Melihat antusiasme banyak orang di sosial media tentang kompetisi ini, tanpa pikir panjang lagi, aku dan Mark segera mendaftarkan tim kita. Nah, selagi Mark mengurus semuanya, aku kesini untuk memberitahumu. Ya, aku tahu agak berlebihan, maaf ya sudah bikin gaduh hehe,"

"Ah... tidak apa. Kau kan memang suka bikin gaduh," ujar Lisa usil.

Bambam kemudian menarik bahu Lisa dan memerangkapnya, memiting leher Lisa lalu mengusap-usap kepalanya dengan kepalan tangan Bambam.

Lisa tertawa kecil, berusaha melepaskan, "Ahhh Bam! Jangan begitu, aku sedang kerja!" seru Lisa, suaranya sedikit berbisik, tidak ingin membuat pelanggannya tidak nyaman.

"Kan kau yang bilang sendiri kalau aku suka bikin gaduh"

"Maaf! Maaf!"

Bambam tersenyum usil, ia lalu melepaskan Lisa sesaat Lisa mengucap kata maaf.

"Pulang sana, aku mau kerja!" usir Lisa.

"Teganya... aku sudah datang jauh-jauh, malah kau usir"

"Siapa yang suruh datang?"

Bambam terdiam, wajahnya lalu pura-pura cemberut, "Setidaknya buatkan aku kopi," pintanya.

Lisa memutar kedua bola matanya, "Fine. Mau kopi apa?"

"Yay! Iced Americano dan dua brown sugar"

Lisa mengacungkan kedua ibu jarinya, "Oke! Tunggu ya," ucap Lisa yang segera menyiapkan kopi untuk Bambam. 

Karena Bambam hanya ingin kopi Americano, tidak butuh waktu lama untuk Lisa menyiapkannya. Ia kemudian memberikan sahabatnya itu segelas kopi. Bambam kemudian pergi meninggalkan Lisa.



"Hai, aku mau pesan Caramel Macchiato, susunya tolong ganti breve dan ekstra karamel ya," ujar seorang wanita kepada Lisa.

Lisa kemudian mencatat pesanan wanita berambut hitam pekat terurai. Ia kemudian menoleh memandang ke arahnya kembali, "atas nama siapa?" tanya Lisa.

"Jennie. Double N." Sahutnya.

Lisa mengangguk dan menulis nama wanita itu di gelas.

"Jennie?"

"Rosie?"

Rekan Lisa, Rosie mengangkat senyuman lebarnya dan menghampiri Jennie. Lisa yang merasa tidak memiliki kepentingan pada percakapan keduanya, memilih untuk melangkah mundur dan menyiapkan pesanan Jennie, sang wanita berambut hitam pekat.

"Rosie! Sudah lama tidak bertemu!"

"Sangat! Sedang apa kau di sini?"

"Ada janji dengan Kai," jawabnya singkat.

Rosie terbelalak, "Kai??? Kau masih dengan dia? Wah sudah lama ya!"

Wanita itu tertawa kecil, ia menggeleng, "Tidak! Tidak! Jangan salah paham. Kami sudah tidak ada hubungan lagi, hanya teman. Aku dan beberapa temanku, termasuk Kai, ada project bersama, dan hari ini, kami membicarakan hal itu"

"Kalau masih bersama juga tidak apa-apa. Kalian serasi!"

Jennie hanya menguntai senyum tipis.

"Kau lama tidak di sini?" tanya Rosie.

Jennie mengangkat lengan dan memandang jam tangannya, "mungkin sampai jam 4 sore"

"Mau menunggu sampai aku selesai shift?"

"Tentu saja!"

Lisa telah selesai membuat pesanan Jennie, ia kemudian menaruh gelas berisi Caramel Macchiato di atas meja pengambilan pesanan, "Jennie," panggil Lisa.

Sebenarnya, Lisa bisa saja menaruh pesanan Jennie di sana tanpa harus memanggil namanya, atau Lisa juga bisa memberikan langsung kepada Jennie yang sedang berbicara dengan rekannya, tetapi ia harus melakukan sesuai prosedur kerja.

Rosie menepuk tangannya kegirangan, "Yay! Oke, sampai ketemu! Kopimu sudah siap"

Jennie mengangguk cepat, "Sampai ketemu!"

Ia kemudian menghampiri meja pesanan dan mengambil minumannya, "Terima kasih... emm..." 

"Lisa,"

Jennie tersenyum, "Terima kasih, Lisa."

The Gamers - [JENLISA Short AU] [GxG] [Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang