*aku bukanlah dalang dibalik semua ini*
Anya Alexander
*********Zean terus merutuki dirinya sendiri. Kenapa baru sekarang ia menyadari bahwa ia sangat menyayangi Anya, tapi lagi-lagi masalalu akan kematian Anka terus terngiang di pikiran Zean.
Laki paruh baya itu mengacak rambutnya frustasi. Andai saja waktu bisa diputar, Zean akan menyayangi Anya dan merelakan kematian Anka.
Flashback onn
Dua bocah kembar itu sedang berada di taman, bocah itu tak lain adalah Anya dan Anka. Anak laki-laki berumur sembilan tahun itu tampak mengawasi sang adik sambil sesekali menjahili mereka yang tengah asyik dengan bola.
Anya melempar bola terlalu kencang, membuat bola itu menggelinding ke jalanan.
"Yah, bolanya ke jalan." Anya, gadis kecil itu melenguh dengan wajah sedih.
Dengan langkah malas Anya berlari ke jalan tanpa melihat kanan kiri. Sebuah mobil hitam sedan nampak melaju dari arah kanan, tapi gadis kecil itu tak menyadarinya dia tetap mengambilnya.
"ANYA!" Satya berlari mencoba untuk menyelamatkan adiknya, tapi semua terlambat adiknya sudah tergeletak dengan darah di sekujur tubuh mungilnya.
Satya memeluk tubuh adiknya dengan erat tak perduli jika bajunya akan berlumuran darah.
"Kakak ...." Suara lirih dari Anya menghentikan tangisan Satya. Bocah tampan itu beralih menatap Anya dengan tatapan tajam.
"Dasar adik jahat! Kamu bikin adik aku berdarah, pergi! Jangan sentuh adik aku!" Satya menepis tangan Anya yang mencoba untuk menyentuh tangan putih Anka yang berlumur darah.
"Kamu pembunuh!" teriak Satya sekali lagi.
Para pengunjung taman berlarian ke arah Satya. Mereka mencoba membantu gadis malang itu, tapi ternyata semuanya sudah terlambat. Anka Alexander telah pergi untuk selamanya.
***
"Hiks ... a-aku b-bukan pembunuh." Anya mengusap air matanya. Gadis itu terisak sambil terus mengucapkan kata 'aku bukan pembunuh.'
Anya mendongak saat melihat sapu tangan tersodor di hadapannya. Gadis kecil itu menatap bocah laki-laki seumurannya tengah berdiri dengan wajah datar, tak lupa dengan tangan kanan yang memegang sapu tangan.
"Kamu siapa?" tanya Anya dengan isak tangis. Perlahan ia mengambil sapu tangan itu lalu, mengusapnya perlahan di wajah.
"Dev."
"Aku gak kenal kamu. Pelgi sana!" usir Anya pada Dev.
"Gak mau!" Dev menatap tajam ke arah Anya membuat tangis gadis itu semakin keras.
"Ishh, kok malah nangis sih?" Dev menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Dengan jahil Dev mencubit pipi gembul Anya membuat gadis itu tersentak kaget dan dengan refleks ia menabok pantat Dev tanpa dosa.
"Sakit Anj*ng!" Jangan tanya kenapa mulut Dev rusak. Karena bocah laki-laki itu kalau ngomong suka gak difilter.
"Ihh, gigi kamu ompong, yah?" ledek Anya sambil tersenyum jahil. Gadis itu sempat tertawa terbahak-bahak, seakan-akan masalah yang ia hadapi tadi lenyap seketika.
Dev langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Wajah polos dan lugu Dev semakin mengundang tawa Anya, bahkan gadis itu sambil sesekali mengejek Dev dengan sebutan. 'Dev kayak opa aku.' Dev yang tidak terima langsung mengejar Anya dan terjadilah aksi kejar-kejaran di antara mereka.
"Devano ... ayo pulang, Nak." Seorang wanita muda dengan stelan baju gamis menghampiri kedua bocah yang tengah asik berlari.
"Sayang ... Bunda cariin dari tadi, ternyata kamu lagi main, yah. Sama cewek lagi, duh ... gemesnya." Kinara mencubit pelan pipi gembul Anya. Sedangkan yang dicubit mengerucutkan bibirnya. Anya heran, kenapa semua orang hoby sekali mencubit pipinya.
"Hallo, Sayang. Nama kamu siapa?"
Anya terdiam. Gadis itu tampak berfikir dengan satu tangan mengetuk dagunya, tampak terlihat gemas di mata Kinara begitu juga dengan ... Dev kecil.
Anya menggidikan bahunya lalu, menggelengkan kepalanya. "Anya lupa nama Anya."
Kinara menggelengkan kepalanya, gemas akan tingkah laku Anya.
"Orangtua kamu mana?"
Anya menggelengkan kepalanya pelan. "Gak tau, tadi Anya ke sini sama abang sama kakak, tapi ...," Anya menjeda kalimatnya, gadis itu terisak pelan membuat Kinara langsung membawanya ke pelukan.
"Sekarang, kamu ikut Tante, yah. Biar Tante anterin kamu pulang. Dev, ayo!"
Flashback off
Bersambung
Jadi ini ceritaiin kenapa orangtua dan Satya membenci Anya. Anka meninggal karena nolongin Anya yang saat itu hampir ketabrak.Gak nyambung yah? Iyah aku tau, aku lagi sibuk banget lagi persiapkan diri untuk ujian kenaikkan kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Anya (ON GOING)
Teen Fiction"Lo gak tau rasanya jadi gue! Sakit Rin, sakit!" Anya menatap sendu ke arah Karin. "Lo gak tau rasanya dibenci sama orangtua lo! Lo gak tau rasanya dibenci sama Abang sendiri! Lo gak tau rasanya jatuh berkali-kali di jurang yang sama! LO GAK TAU ITU...