*Dan hari ini aku benar-benar pergi untuk selamanya*
Anya Alexander
********"Maaf, Pak. Kami dan tim sudah sekuat tenaga untuk menyelamatkan putri bapak, tapi sepertinya Allah berkehendak lain ditambah lagi penyakit berbahaya yang bersarang di tubuh putri bapak semakin mengganas. Putri bapak tidak bisa kami selamatkan."
Deg!
Tubuh mereka semua menegang saat mendengar penuturan dari Dokter.
"Bacot banget, sih lo jadi Dokter! ADEK GUE ITU KUAT! Sialan! Berani-beraninya lo!" Sean hendak meninju Dokter muda itu, tapi Dev langsung menarik tangan Satya.
"LEPASIN GUE BANGS*T!" Satya menepis kasar tangan Dev.
Dev yang sudah tersulut emosi meninju rahang Satya.
"BEGO!" umpat Dev di depan wajah Satya.
"LO GILA?! INI RUMAH SAKIT SIALAN! Keadaan lagi genting dan lo gak bisa kontrol emosi lo sendiri. Nyesel 'kan lo sekarang?"
Pertahan Satya runtuh, ucapan Dev mampu membuat laki-laki berwajah dingin itu bergetar. Satya bukan Abang yang baik untuk adiknya, bahkan saat gadis itu sedang berada di titik paling lemah dia hanya menonton dan tertawa di atas kesedihan adiknya. Lagi-lagi ia menyalahkan dirinya, jika waktu bisa diputar kembali Satya akan menyayangi adiknya dan mengikhlaskan kepergian Anka.
"Maafin gue, Dek ...."
Ceril dan Zean juga sama halnya seperti Satya. Mereka terus menyalahkan dirinya atas kematian Anya, tapi semua sudah terlambat.
Keano? Jangan tanya laki-laki itu, karena ia pun sama halnya dengan mereka. Menyesali perbuatannya sendiri bagaimana mungkin, dengan tangannya sendiri ia mampu melukai gadisnya.
***
Disaat semua orang menangis meratapi penyesalannya, Dev membuka ruangan di mana Anya melakukan operasi tadi. Anya, gadis yang dari dulu selalu menggetarkan hatinya kini terbaring kaku dengan senyuman yang menghiasi wajah cantiknya.
Kulit putihnya tampak pucat. Wajah polosnya begitu banyak memamerkan luka yang mampu membuat hati Dev teriris saat melihatnya. Dev selalu menjahili gadis itu, membuat gadis itu selalu menggeram marah karena ulahnya. Membuat Anya marah adalah rutinitas Dev setiap hari, bukan tanpa alasan ia melakukannya. Hanya dengan cara ini ia lebih dekat dengan Anya.
"Sekarang kamu gak akan sakit lagi." Dev tersenyum di sela-sela tangisnya. Mengusap rambut gadis itu untuk terakhir kalinya sambil sesekali memejamkan matanya. Bayangan-bayangan Anya terus memutari isi pikirannya.
"Aku baru sadar ... setelah kamu pergi jauh aku kayaknya cinta deh sama kamu." Dev terkekeh pelan di sela tangisnya. "Lucu, yah. Padahal aku sering banget buat kamu marah. Kamu bangun dong, Nya. Nanti kalau kamu bangun aku rela kok, kalau kamu mau pukul aku, bahkan dengan senang hati."
"Kamu marah, yah?" Dev memainkan rambut Anya dengan memilin-milinnya.
"Aku minta maaf, yah."
"Udah dong ngambeknya!" Laki-laki itu memejamkan matanya. Mencoba mencari ketenangan di sana.
Cukup! Dev tidak bisa menerima ini semua.
"LO BANGUN DONG NYA!" Dev mengguncang kuat tubuh Anya. Isakan tangis memilukan Dev membuat orang yang akan melihatnya juga akan merasa sedih. Dev orang yang dikenal dengan sejuta kejahilannya kini menangis dengan sesegukkan di depan jenazah seorang gadis yang tak lain adalah Anya. Wanita yang dari dulu mengguncangkan hatinya.
Dev memejamkan matanya, bahunya merosot di dinding dengan isak tangis yang masih terdengar. Sakit rasanya saat melihat orang yang dari dulu ia jaga dan perjuangkan kini terbaring kaku tak berdaya dan lebih parahnya lagi kita tidak bisa berbuat apa-apa.
Pintu ruangan terbuka. Menampilkan wajah-wajah yang sudah membuat wanita yang paling berharganya kini tak bernyawa.
Tangannya terkepal kuat mencoba menahan diri untuk tidak melakukan hal yang gegabah, tapi sepertinya lagi-lagi ia gagal. Emosinya kali ini sudah tidak bisa ia tahan.
"PERGI KALIAN! Terutama lo KEN!" seru Dev sambil menekan nama Ken. "LO GAK PANTES BUAT ANYA!"
Lagi, ucapan Dev semakin membuat rasa bersalah Keano dan kehilangan seorang gadisnya kini semakin besar. Keano mengakui dia bukan laki-laki yang baik untuk Anya, tapi ini semua di luar kendalinya.
***
Bersambung
Kalian tim siapa?
Keano 🤍 Anya
Atau
Devano 🤍 Anya
Komen yah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Anya (ON GOING)
Teen Fiction"Lo gak tau rasanya jadi gue! Sakit Rin, sakit!" Anya menatap sendu ke arah Karin. "Lo gak tau rasanya dibenci sama orangtua lo! Lo gak tau rasanya dibenci sama Abang sendiri! Lo gak tau rasanya jatuh berkali-kali di jurang yang sama! LO GAK TAU ITU...