"Dan pada akhirnya apa yang sudah menjadi milikku akan kembali padaku juga"
Devano Reynand********
"Cebong ... lo beneran gak inget gue, yah?" Dev merengek bak anak kecil. Laki-laki itu masih gentar mendatangi Anya.
"Gak! Pulang sana! Lo gangguin gue tau gak?" Anya berkacak pinggang saat Dev terus ngelendot di kaki Anya.
"Jahat banget sih! Padahal dulu kalau lo nangis, gue yang lap ingus lo," seru Dev pura-pura cemberut.
Anya memelototkan matanya tajam. "Enak aja! Dasar tiang listrik!"
Dev langsung mendongak, menatap intens bola mata coklat itu. Tiang listrik? Itu panggilan untuk Dev dari Anya. Apa gadis itu sudah mengingat dirinya? Apa gadisnya sudah kembali? Tanpa ba-bi-bu Dev langsung menyergap tubuh mungil Anya, membawa gadis itu ke pelukannya.
"Cebong ... lo inget gue? Huaa ... bunda ... cebongnya Dev udah inget sama Dev, hiks."
Anya menabok pantat Dev setelah bisa melepaskan pelukan mematikan dari laki-laki di depannya ini.
"Mau bikin gue mati?!" bentak Anya pada Dev.
Dev hanya menyengir kuda lalu, mengelap ingusnya dengan baju milik Anya.
Plak!
Satu tabokan lagi menadarat mulus di pantat Dev. Laki-laki itu kembali meringis kemudian menatap Anya dengan mata berkaca-kaca.
"Hoby banget, sih nabok pantat gue." Dev mengusap pantatnya yang terasa panas.
"Gue inget sama lo, tapi gue pura-pura aja gak inget sama lo. Secara gitu yakan, lo itu suka banget jahilin gue."
"Anak anj--"
"Apa?!"
"Hhhe, gak papa kok, Sayang." Dev menyengir saat melihat tatapan maut dari gadis kesayangannya.
Laki-laki itu tersenyum bahagia lalu, membaringkan tubuhnya di kasur king size milik Anya. Merasa bosan saat melihat Anya yang sedang asik sendiri, ia bangkit dan berniat menjahilinya.
Dev terus mencolek pipi Anya tak jarang pula laki-laki itu mencubit pipi tembam milik gadis cantik bersurai ikal itu. Bau khas harum rambut milik Anya membuat Dev candu akan itu, ia semakin betah menciuminya.
"Minggir, ah!" Bukannya menurut laki-laki berwajah tampan itu semakin gencar menciumi rambutnya. Bahkan tangan laki-laki itu sudah melingkar di perutnya.
"Suruh siapa cuekin gue."
Anya menghembuskan napas kasar. Berdebat dengan Dev sangat mustahil untuk menang. Jangankan menang untuk seri saja pun sangat susah.
"Tiang listrik yang gantengnya kayak kodok kecemplung got, lepasin gue, yah ...."
Dev menggeleng. "Gak mau!" jawabnya sambil menghirup leher jenjang milik Anya.
"Geli setan!"
"Lo jahat banget, sih! Suka lo sama pantat gue? Hoby bener kayaknya lo nabokin pantat gue." Anya menjulurkan lidahnya yang disambut dengan tatapan tajam Dev.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Anya (ON GOING)
Teen Fiction"Lo gak tau rasanya jadi gue! Sakit Rin, sakit!" Anya menatap sendu ke arah Karin. "Lo gak tau rasanya dibenci sama orangtua lo! Lo gak tau rasanya dibenci sama Abang sendiri! Lo gak tau rasanya jatuh berkali-kali di jurang yang sama! LO GAK TAU ITU...