"ANYA ALEXANDER ... BERHENTI SEKARANG JUGA!"
"Gak mau! Entar saya dihukum lagi."Anya berlari sambil sesekali melirik ke belakang, di mana seorang laki-laki paruh baya sedang mengejarnya dengan tampang garang.
"Kalau kamu berhenti, saya akan traktir kamu cilok di kantin ...." Teriaknya membuat senyum Anya merekah.
Wajah lelah Anya seketika sumringah. Gadis itu menghentikan langkahnya, berbalik menghampiri Pak Anton yang sedang terengah-engah.
"Beneran, Pak?" tanya Anya mencoba memastikan.
Pak Anton mengangguk pelan sambil mengatur napasnya yang tersengal-sengal.
***
"Mpok! Ciloknya dua mangkok lagi, yah."Pak Anton menggelengkan kepalanya. Heran melihat muridnya yang satu ini, padahal gadis itu sudah memakan dua mangkuk cilok pedas, dan sekarang ia ingin menambah lagi? Sebenarnya Anya ini manusia atau setan sih?
"Kamu ini manusia atau setan sih? Kalau gini jadinya saya nyesel traktir kamu tau gak? Tumpur saya!" Kesalnya sambil menatap malas Anya.
"Bwapak ini guimana suih? 'kan bwapak soendiri yang mau neraktir suaya, lagian nih ya, Pak kualau neraktir itu juangan setengah-setengah!" seru Anya dengan suara yang tidak jelas. Mulutnya yang dipenuhi dengan cilok membuat ucapan gadis itu menjadi tidak jelas.
Anya bersendawa dengan sangat keras membuat laki paruh baya itu terkejut bukan main.
"Hhhe, maaf, Pak." Anya menyengir kuda, memerkan gigi kelincinya.
***
Brugh!
"Anak anj! Punya mata gak--" Ucapannya terpotong saat melihat siapa yang baru saja menabraknya.
"LO?! Ngapain lo di sini? Mau mata-matain gue lo, yah?!" Anya menatap garang laki-laki di depannya. Ini bukan pertama kali laki-laki itu menabraknya.
Seorang laki-laki dengan jas almamater yang sama berdiri di depan Anya dengan wajah datarnya. Darrel, dia laki-laki yang sudah dua kali menabraknya dan berakhir selalu mendapat semprotan dari Anya.
"Berisik!" Darrel berdecih pelan membuat gadis di depannya berdecak kesal.
"Ngapaiin lo di sini? Pasti mau kenalan 'kan sama gue? Secara gitu loh kemarin 'kan lo gak sempet kenalan sama gue, yakan?" Anya mengibaskan rambutnya sombong.
Bukannya terpanah justru Darrel memutar bola matanya malas.
"Gue minta tolong!"
"Apa? Gue gak denger nih!"
"Gue minta tolong!" seru Darrel dengan menekan kalimatnya.
"Apa? Masih gak denger!" jawabnya berpura-pura dengan seakan-akan ia tak mendengarnya.
Darrel mendekatkan wajahnya tepat di wajah Anya, membuat gadis itu menatapnya waspada.
"Tolong ...," lirih Darrel dengan suara serak. Cowok itu sedikit meniup wajah Anya sehingga membuat gadis itu tersenyum kikuk.
'Ganteng banget sih!'
Anya mendorong tubuh Darrel. "Males, ah!" jawabnya dengan senyuman angkuh. Gadis itu membalikkan tubuhnya lalu, pergi meninggalkan Darrel sendirian.
Baru satu langkah berjalan bahunya sudah ditarik kuat oleh Darrel. Tubuh Anya membentur dinding, rasanya memang tidak sakit tapi saat melihat tatapan elang dari Darrel membuat ia meneguk ludahnya kasar. Laki-laki itu mengurungnya kedua sisi kanan dan kirinya.
"L-lo m-mau a-apa? Ja-jangan macem-macem lo!" Darrel tersenyum miring. Laki-laki itu semakin mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Anya.
"Tolongi gue kalau lo gak mau gue cium di sini." Anya meneguk ludahnya kasar perlahan ia mengangguk membuat senyum Darrel mengembang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Anya (ON GOING)
Teen Fiction"Lo gak tau rasanya jadi gue! Sakit Rin, sakit!" Anya menatap sendu ke arah Karin. "Lo gak tau rasanya dibenci sama orangtua lo! Lo gak tau rasanya dibenci sama Abang sendiri! Lo gak tau rasanya jatuh berkali-kali di jurang yang sama! LO GAK TAU ITU...