part 38

1.3K 119 15
                                    

Assalamualaikum semuaa ❤️
Berhubung kayaknya kalian udah ga sabar Ama lanjutan cerita nya. Dan sinyal disini susah di ajak kerja sama buat nambahin foto. Jadi aku nambah cerita dulu 🤗
Happy reading 💕

✈️✈️✈️

Jeddah, beberapa hari kemudian..

"Iya umi. Nanti Zayn langsung telfon umi"
Hanif tarik koper hitamnya. Mencari tempat duduk yang kosong lalu mendudukinya

"Kira kira jam 8 pagi Zayn udah nyampe di bandara"
Hanif edarkan pandangannya mengamati sekitar

"Nayla? Emang kalo Nayla ngga bisa dateng kenapa?"
Raut wajah Hanif seketika berubah masam.

"Zayn kan udah bilang. Zayn udah nikah. Zayn udah punya Rasya"
Hanif pelankan suaranya saat menyebut nama Rasya.

Sungguh ia sangat merindukan Rasya. Walaupun setiap malam ia selalu meminta tolong pada Sovia agar memvidio Rasya yang sudah terlelap.

Sovia bilang, Rasya masih belum mengingatnya. Walaupun beberapa kali, Rasya menanyakan tentang apa saja yang sudah ia lupakan.

Rasyapun lebih sering terlihat murung. Padahal ada Rara dan Raya yang datang setiap hari untuk menghiburnya.

Hanif pejamkan matanya cukup lama. Menyesali ucapannya pada Rasya tempo hari. Pasti Rasya sangat tersiksa karena ucapannya.

Namun di lain sisi, ia juga bahagia. Karena ia akan segera pulang. Lalu ia akan menemani Rasya berjuang.

Ya, ia akan tetap memperjuangkan Rasya. Bukankah restu juga perlu di perjuangkan. Ia tak ingin bermain main dengan kata pernikahan. Apalagi meninggalkan istri yang mati matian berusaha tuk kembali mengingat semuanya.

"Kalau kamu masih membenciku. Dan tak percaya kalau aku adalah suamimu, sampai aku pulang ke Indonesia.maka aku tetap akan memperjuangkan pernikahan kita. Sampai kapan pun"

Hanif hembuskan nafas nya gusar.

"Terserah umi. Pokoknya Zayn udah bilang, Zayn udah nikah"

🍃🌸🍃

Sholawat thola'al menggema keras mengiringi langkah Hanif menuju rumah. Dua tahun tak pulang ke Indonesia, cukup membuat celengan nya penuh dengan rindu suasana rumah.

Namun cover buku tak selalu sama dengan isinya. Begitu pula dengan dirinya. Ia memang terlihat sangat bahagia. Tersenyum lebar. Namun hatinya jauh menerawang kenapa Sovia tak menjawab telepon nya semalam.

Setelah menelpon uminya, ia langsung menelpon mertua nya. Walaupun Rasya tak bisa menjemputnya. Setidaknya ia tau bagaimana kabar Rasya.

Kini pikiran nya pun melayang. Ia tak mau menebak apalagi berburuk sangka dengan mertua nya.

"Bang Zayn!"
Sebuah pelukan membuyarkan lamunannya

"Masya Allah. Adik Abang kok tambah jelek gini"
Hanif lepaskan pelukan adik perempuannya. Lalu mencubit kedua pipi adiknya gemas.

"Dasar ngeselin. Balik lagi sana!"
Kay buang tangan Hanif dari pipi nya.

Hanif pun tertawa. Ternyata adiknya masih sama. Gampang marah. Namun sangat lucu bila sedang marah.

Asmara Tanah HaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang