part 39

789 83 12
                                    

Rasya tatap bijian tasbih pemberian Hanif dengan mata yang berkunang-kunang dan pelipis yang berdenyut nyeri. Bayang bayang abstrak pun silih berganti hadir dan membuat nya semakin pening.

Ucapan Hanif benar benar membuat nya pusing. Apa lelaki itu tengah bercanda?. Namun dengan tegas hatinya menolak dugaannya.

Sebenarnya siapa Hanif baginya?

Rasya pijat pelipis nya pelan. Bayangan abstrak itu benar benar membuat nya gerang.

Beberapa menit ia hanya memijat, di detik selanjutnya ia baru sadar. Ia merasa ada sesuatu di jari manisnya.

Ia pun segera melihat jari manisnya dan menemukan sebuah cincin emas bermata satu.

Lagi lagi dahinya kembali berkerut. Sejak kapan ia memakai cincin itu?

Ia ambil cincin tersebut lalu mengamati nya. Ada sebuah ukiran di bagian dalamnya. Dengan teliti, ia pun membaca ukiran tersebut. Dan alangkah terkejutnya ia saat ada nama 'Zayn' disana.

"Zayn?"
Ia baru ingat kalau adiknya selalu memanggil Hanif dengan panggilan kakak Zayn.

Dan lagi lagi bayangan abstrak itu hadir. Sinar rembulan, Ka'bah lalu sebuah lelaki yang wajahnya tak terlihat.

Bayangan bayangan itu sungguh menyiksanya.

"Kak, ayo makan malam"
Bayangan itu seketika lenyap.

Rasya pasang lagi cincin tersebut. Lalu berjalan menghampiri ummahnya yang tengah menunggu nya di luar kamar.

Ia buka perlahan pintu kamarnya. Lalu menatap fokus pada ummahnya. Ia harus menanyakan nya sekarang.

"Cincin ini dari siapa um?"

Sovia terdiam sesaat. Ia tak tau tapi ia menduga kalau itu adalah pemberian Hanif dulu.

" Sini coba ummah liat?"
Rasyapun melepas cincinnya. Lalu memberikan nya pada Sovia.

Ada ukiran nama Zayn di dalamnya. Sovia terdiam beberapa detik. Ia merasa kasian dengan alur cinta anak sulungnya.

"Dari nak Zayn"
Jawab Sovia seraya tersenyum tipis.

Rasyapun hanya terdiam

"Apa ada lagi yang mau kamu tanya kan?"

Rasya mengangguk pelan.

"Apa benar ustadz Hanif itu suami Rasya?"
Tanya Rasya dengan suara bergetar

Sovia terhenyak. Dalam beberapa detik ia hanya diam. Ia tak tau harus mulai dari mana.

"Tanyakan pada hatimu sendiri. Karena keyakinan itu datangnya dari hati. Besok ummah antar ke pesantren ya. Mungkin bisa membantu kamu meyakinkan hatimu"

Sovia elus tangan putri nya lembut seraya tersenyum.

🍃🍃🍃

"Kamu ingat nggak sya, dulu kita pernah kabur cuma buat beli es oyen?"
Tanya Raya saat bang Asep menyajikan tiga mangkok es oyen di hadapan mereka.

Rasya menggeleng pelan.

"Terus gimana?"

"Terus baru aja bang Asep nyuguhin es oyen-Makasih bang Asep"

Bang Asep mengangguk seraya tersenyum. Lalu berjalan kembali ke gerobak.
" Iya neng"

"Terus... Baru aja bang Asep nyuguhin es oyen, tiba tiba ada keamanan ngontrol. Akhirnya kita cabut deh, ninggalin es oyen yang masih banyak."

"Terus terus.."

"Nabrak"
Sahut Rara yang sejak tadi hanya diam

"Apaan sih Ra. Aku beneran kepo. Terus gimana ya?"

Asmara Tanah HaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang