part 14

2.4K 170 12
                                    

Happy reading 🤗

Rasya tatap dirinya dalam pantulan kaca. Matanya bengkak dengan riasan tipis yang menurutnya tak berguna. Wajahnya hanya menampilkan guratan kesedihan padahal ini adalah hari pernikahannya.

Semalam,ia hanya sibuk menangis dalam pelukan Sovia, ummahnya. Matanya hanya terpejam sejenak setelah lelah menghabiskan malam dengan tangisan. Ia masih tak bisa menerima Adnan. Walau ia sekuat tenaga mengeluarkan Hanif dari rulung hatinya.

Ikhlas tak semudah mengucapkannya. Bahkan terkadang, lisan mengucapkan iya. Namun tidak dengan sanubarinya. Ia sudah mencoba. Namun ia masih mencintai cinta pertama nya.

"Sudahlah nak...mungkin Adnan lah jodoh mu"
Rasya hanya diam tak menanggapi ucapan Sovia yang tengah mengelus lengannya.

Setetes air lolos dari matanya. Ia harus mulai mengikhlaskan cinta nya. Ia hembuskan nafasnya panjang seraya menutup mata sebentar.

"Ummah dulu juga nggak suka sama Abah kok nak. Abah sama ummah dulu juga di jodohin. Persis kayak kamu. Cuma ummah waktu itu memang nggak pernah tau orang laki laki kecuali keluarga. Apalagi merasakan cinta pada seorang pemuda"
Sovia hapus air mata Rasya lalu tersenyum pilu. Ia sendiri rak tega melihat Rasya menangis semalaman. Tapi ia yakin,kalau semua akan berakhir indah.

Rasya teteskan kembali air matanya. Seharusnya ia harus siap mengikhlaskan Hanif saat pertama kali ia merasakan cinta. Tapi entah mengapa,ia merasa sangat sulit Menerima kenyataan kalau segala bayangan itu harus tergantikan subjeknya.

"Akad akan segera di mulai sayang. Ikhlaskan semua.."
Sovia sedikit terisak.

Ia sedih antara melepas sang putri ke orang lain dan mengetahui kalau sang putri punya pujaan hati.

"Kak,di panggil Abah!"
Ucap Ali dari ambang pintu lalu kembali menutup pintu dan berlalu pergi.

Rasya dan Sovia menoleh bersamaan. Rasya pandang wajah ummahnya beberapa saat. Lalu memeluknya erat.

"Rasya sayang ummah...sampai kapan pun Rasya anaknya ummah kan?"
Rasya kembali menangis dalam pelukan Sovia. Soviapun ikut meneteskan air mata.

"Iya sayang...udah sekarang ayo turun.."
Ajak Sovia melepas pelukan putrinya. Lalu mengantar Rasya turun ke tempat akad.

Akad nikah ini hanya di datangi keluarga inti saja. Tak ada tetamu kecuali kyai Hamid dan nyai Nafisah. Rarapun berhalangan datang. Padahal Rasya sangat mengharapkan kedatangan sahabat nya itu untuk memberinya semangat.

Semua mata tertuju pada Rasya. Rasya hanya menunduk. Kepalanya terasa berat. Seakan sedang susah payah menanggung berpuluh-puluh beban.

Rasya duduk di samping Sovia dan bunyainya. Ia tak melihat perwakilan dari keluarga Adnan. Hanya ada keluarga nya saja. Itupun hanya beberapa.

Akadpun dimulai. Sultan mengucapkan dengan lantang kalimat ijab pada seorang pemuda di hadapannya. Dan dengan sekali tarikan nafas,pemuda itupun berhasil mengucapkan kalimat qobul dengan lancar.

Kalimat hamdalah menggema syahdu di rumah itu. Semua tersenyum bahagia, Kecuali Rasya. Rasya masih terdiam dengan tatapan mata tak menentu. Perlahan tubuh Rasya melemah. Matanya memburam dan ia pun runtuh di tubuh Sovia.

"Rasya!!"

***

Rasya buka perlahan kelopak matanya. Ia melihat seorang pemuda tengah termangu melihat sebuah benda kubus yang ia yakini adalah Ka'bah. Rasya hampiri pemuda itu hendak bertanya dimanakah sebenarnya dirinya.

Asmara Tanah HaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang