part 34

3.3K 225 27
                                    

Happy reading 💞

Secercah sinar mentari menembus lincah dari cela bukit dan gundukan bumi. Burung burung merpatipun menari riang di atas langit suci. Sebuah bus berwarna merah melintas pasti menyusuri kota yang mulia ini.

Pemandangan Padang pasir yang gersang, perlahan tergantikan dengan gundukan bumi yang menjulang tinggi. Gunung itu bukanlah gunung biasa. Gunung itu adalah saksi dari terutusnya seorang nabi penutup para nabi.

"Di sebelah kanan kita adalah Jabal nur. Di pucuk gunung itu ada sebuah gua kecil yang tak lain adalah gua khiro'.

Gua khiro' adalah tempat nabi menerima Wahyu untuk pertama kalinya. Yakni surat Al alaq, ayat 1-5

Bisa di lihat dari sini, banyak orang yang berjejer mengantri masuk ke dalam gua. Gua tersebut memang sangatlah sempit. Dan kita hanya bisa menikmati gua tersebut dari kejauhan. Karena selain membutuhkan banyak waktu, jalanan disana juga cukup sempit dan curam"
Jelas Furqon membuat seluruh para jama'ah memfokuskan pandangan mereka ke arah kanan.

Terlihat gunung nur yang menulang tinggi dengan titik titik warna warni yang tak lain adalah para insan yang berjuang mendaki gunung nur.

"Nabi Muhammad selalu berkhalwat disana saat bulan Ramadhan"
Lanjut Furqon mengiringi bus yang terus berjalan melewati Jabal nur

Berbeda dengan Furqon yang nampak asik bercerita kisah turunnya Wahyu kepada sang nabi, Hanif terlihat gelisah menatap layar ponselnya.

Ia sudah beberapa kali menghubungi nomer uminya. Namun uminya tak kunjung mengangkat. Ia takut bila uminya sakit hati karena kemarin.

"Mas kapan kapan naek kesana ya!"
Ucap Rasya membuyarkan lamunan Hanif.

Hanif tatap lekat wajah Rasya yang masih asik melihat gua khiro'dari kejauhan. Entah mengapa, perasaan nya berubah tak enak.

Merasa ucapannya tak di respon, Rasya pun menoleh ke arah Hanif. Dan ia baru menyadari kalau dari tadi, Hanif hanya memandang nya. Namun tatapan itu..

Tatapan itu tak seperti tatapan Hanif pada biasanya.

"Mas kenapa?"

Hanif hanya tersenyum manis dan menggeleng pelan.

"Mas sakit?"
Lagi lagi Hanif hanya menggeleng pelan.

"Mas nggak kenapa Napa kok. Kamu nggak perlu khawatir"
Ucap Hanif dengan senyuman manisnya.

Tiba tiba, perhatian Hanif teralihkan saat ringtone ponselnya berdering. Pertanda ada pesan masuk.

Hanif pun langsung membuka pesan itu.

Umi cantik❤️
Kenapa Zayn?
Umi baru selesai ngajar..

Hehehe..
Nanti aja umi..
kayaknya, umi lagi repot..

Hanif hembuskan nafas nya lega. Setidaknya ia sudah tau kalau uminya tak marah. Nanti ia akan menjelaskan semuanya pada umi cantiknya itu.

"Kenapa mas?"
Tanya Rasya merasa heran dengan perubahan raut Hanif yang berubah dengan cepat.

"Nggak papa sayang."
Jawab Hanif dengan begitu manisnya. Membuat Rasya semakin tak faham dengan suaminya.

Rasya putar badannya. Menikmati pemandangan jalanan Makkah yang gersang. Ia tak mau ambil pusing dengan tingkah aneh suaminya.

Tak lama kemudian, ia kembali di suguhkan dengan sebuah gunung yang bersejarah. Di gunung tersebut, nabi Muhammad dan sayyidina abu bakar bersembunyi dari kejaran kaum kafir Quraisy saat hendak hijrah ke Madinah.

Asmara Tanah HaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang