part 9

2.5K 184 5
                                    

Happy reading..

Lantunan gambus mengalun syahdu di rumah keluarga Al Fatih. Aroma Masakan bertema timur tengahpun semerbak harum membuat setiap orang ingin segera mencicipi. Sovia tata seluruh masakannya di atas sebuah meja makan berwarna putih. Di bantu Rasya yang sedang bad mood dan tak enak hati.

"Udah kamu siap siap aja. Bentar lagi keluarga Adnan datang"
Sovia ambil piring yang sedang di pegang Rasya lalu mengisyaratkan agar ia segera pergi merias diri.

Rasya pun pasrah. Ia langkahkan kakinya ke kamar. Lalu memandang gamis putih yang bertengker manis di lemarinya. Ia tutup pintu kamarnya dengan pelan.

Gamis itu sangat cantik. Tapi tetap saja ia masih tetap bersusah hati. Bayangan raya yang menangis masih menari di pikiran nya dan sulit  ia suruh berhenti.

Ia masih belum bisa menerima perjodohan ini.  Tapi ia sangat tak enak hati bila menolak  permintaan kyai. Di lain sisi ia tak hanya ia yang tersakiti. Masih ada raya dan mungkin Hanif..

Ahh sudahlah. Bagaimana mungkin ia berhalusinasi sejauh ini. Berharap cintanya tak bertepuk sebelah tangan di situasi seperti ini.

Tapi tiba tiba Rasya terdiam. Ia menemukan sebuah cara Yang mungkin bisa membuat Adnan goyah untuk melamarnya. Ia tersenyum tipis saat manik matanya melihat Al-Qur'an Makkah pemberian Hanif beberapa tahun silam.

Semangatnya langsung muncul. Ia segera berganti pakaian tanpa mengoles wajahnya dengan apapun selain bedak. Setelah itu, ia ambil Al-Qur'an Makkah itu dan mulai membacanya.

***

"Assalamualaikum Sulthan.."

"Waalaikum salam"
Sultan buka pintu rumahnya seraya tersenyum ramah.

"Silahkan masuk.."
Sultan persilahkan tamunya itu masuk. Namun ada sedikit yang membuatnya heran. Kenapa-

"Assalamualaikum bah.."

"Waalaikum salam Adnan.."
Sultan biarkan pemuda berkokoh navy itu mencium tangan nya lalu mengajaknya masuk ke dalam

"Orang tua kamu nggak ikut?"
Tanya sultan karena merasa bingung. Adnan hanya di antarkan kyai dan juga bunyai saja. Setahunya, Adnan bukanlah kerabat kyai apalagi anaknya.

Adnan tersenyum getir.

"Mereka sudah meninggal bah"
Ucap Adnan lirih dan masih tersenyum getir.

Sultan langsung terdiam. Ia tak berani mengungkit kembali masalah orang tua ataupun keluarga adnan.ia takut pertanyaan nya menyinggung perasaan Adnan.

Di lain sisi,Adnan terdiam. Pikirannya melayang jauh pada saat pertemuan terakhir nya dengan ayah dan bundanya. Ia sangat merindukan mereka. Tapi entah bagaimana cara agar ia bisa mengobati rasa rindunya.

Ia masih punya Kamil dan juga qiyyah. Tapi untuk saat ini,ia tak ingin menyangkut pautkan mereka. Ia sudah terlalu sering merepotkan mereka. Ia tak ingin terus menjadi beban mereka sekeluarga

Ia memang berniat menyembunyikan niatnya melamar dan menikah pada Kamil dan qiyyah. Ia sudah pindah rumah. Ke rumah yang dulu ia singgai dengan ayah dan bunda. Jadi, tak akan sulit baginya untuk menyembunyikan semua dari mereka. Itu semua pun hanya untuk sebuah tujuan. Yang tujuan itu sudah ia rancang sejak lama.

"Ummah.."
Adnan telungkupkan tangannya pada Sovia yang sudah tersenyum ramah menyambut nya.

Sovia hanya mengangguk dan membalas salam Adnan.

"Ali, kamu panggil kak Rasya ya. Suruh kak Rasya buatin teh manis terus bawa  kesini"
Ucap sovia pada bocah berumur 9 tahun yang sejak tadi membuntutinya kemanapun. Bocah itu mengangguk lalu berlalu pergi ke kamar Rasya di lantai atas.

Asmara Tanah HaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang