RASA PENASARAN

23 15 7
                                        

"Kamu beda dari yang paling beda. Dan aku selalu penasaran untuk itu"

-Farren Anela

Anela kini sudah terbaring di atas kasur nya. Ia pulang sejak 20 menit yang lalu. Siang ini Anela benar-benar merasa sangat kesepian. Tidak ada yang ingin ia lakukan, selain...

"Mending gue keluar aja. Ngajak Erlan ga buruk juga. Oke, gue telpon aja tu anak" monolog Anela.

"Halo La? Kenapa dh?"

"Lan, ayok temenin gue keluar. Sumpah gue ga ada temen di rumah"

"Emangnya lo mau kemana dulu?"

"Caffe Resort, gimana?"

"Humm, oke-oke gue otw"

"Cepet ya!"

"Dihhh, berasa jadi babu gue sekarang"

Anela pun terkekeh mendengar kalimat terakhir sebelum ia memutuskan sambungan itu.

Anela segera bersiap-siap untuk pergi keluar bersama dengan Erlan.

6 menit berlalu dan suara klakson mobil pun berbunyi. Anela segera melihat ke arah luar dari kaca jendela kamarnya. Ya, itu adalah Erlan.

Wanita berambut pendek itu pun segera keluar dan menghampiri Erlan yang menunggunya.

"Nunggu lama ya?" Tanya Anela.

"Kagak juga" Jawab Erlan sambil tersenyum kecil.

"Satu tujuan doang?" Tanya Erlan sambil mengendarai mobil miliknya itu.

"Semoga aja haha"

00000

Terlihat Axvel yang kini sedang menikmati kopi panas nya di sebuah Caffe yang cukup terkenal di daerah sana. Namanya Caffe Resort.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Tertera nama sang ayah di sana. Ia pun menghela nafas kasar dan menolak panggilan itu.

Hubungan antara dirinya dan sang ayah memang tidak baik-baik saja. Perubahan ini terjadi semenjak kejadian dimana dirinya yang mendengar bahwa ayah nya mengatakan jika ibu nya tidak becus dalam mengurus keluarga, selalu mementingkan pekerjaan, padahal ayah nya sendiri yang seperti itu.

Dan itu semua tepat saat dirinya ulang tahun. Ia berniat untuk menghampiri keduanya karena ingin mengatakan sesuatu. Namun semuanya tidak terjadi. Dari balik pintu tangannya mengepal kuat menahan emosi. Apalagi ketika-

'Plakkk!'

Sang ayah menampar wajah ibunya. Pipi sang ibu yang tadinya begitu putih seputih susu seperti wajahnya kini terlihat jelas bahwa ada cap tangan seseorang yang tak lain adalah ayahnya yang baru saja menampar pipi ibunya itu.

Axvel yang tak tahan lagi dengan semua ini pun segera menghampiri keduanya.

"UDAH CUKUP AYAH NYAKITIN BUNDA! APA AYAH GA PUNYA PERASAAN?!! SIAPA YANG GA BECUS NGURUSIN KELUARGA?! HAH?! ITU AYAH SENDIRI!! BUKAN BUNDA!! APA SALAH BUNDA DISINI?! APA YAH?! AKU TANYA!"

Keduanya menatap Axvel dengan sangat tak percaya. Terutama sang Ibu yang kini berusaha mengendalikan amarah dari anaknya itu.

"Axvel-"

"Bunda gausah ngelarang aku ngomong kayak gini ke ayah. Bunda itu terlalu baik buat ayah yang punya perilaku kayak iblis-"

DESPONDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang