Chap 8 - perhatian terduga

77 73 91
                                    

Bayangan Hesti yang lama kelamaan menjauh dan menghilang pun membuat sikap Nendra tiba-tiba saja berubah. Ia loncat kegirangan dan bertepuk tangan sambil berteriak, tubuhnya menjadi sangat bugar dan sehat.

Hatinya begitu senang, sampai tubuhnya yang merasa lemah pun menjadi tidak merasakan sakit sama sekali. Bahkan, ketika pelukan dirinya dan Hesti tadi terjadi, senyum wajahnya tidak pernah luntur. Nendra benar-benar merasakan perasaan yang berbeda kali ini. semua terjadi begitu saja, mengalir bagaikan air di tepi batu.

Dia tidak menyangka jika hanya karena besok Hesti akan mengunjunginya kembali, mood Nendra menjadi baik, sangat baik. Perasaan marah dan juga dendam yang tersulut menghilang. Perasaan senang kini muncul. Dia berteriak memanggil Gema dengan riang lalu meminta jadwal selanjutnya.

Sempat perselisihan sebentar dari gema. Dia bahkan tidak percaya bahwa Nendra yang dia kenal beberapa jam yang lalu dengan sekarang itu sangat-sangat berbeda. Seseorang yang memukul pipinya dengan keras, memperlihatkan wajahnya yang merah padam, gemertak giginya, menunjukan dia amat lepas kendali.

Tetapi sekarang. Senyuman lebar, matanya yang ikut menyipit pun menjadikan icon perbedaan dari yang sebelumnya.

Hari itu juga, Nendra menyelesaikan semua pekerjaannya yang sempat tertunda. Nendra mendadak baik pada semua orang di sana, beda sekali dengan Nendra sebelum bertemu Hesti.

"Sar, maaf ya tadi sudah bentak kamu." Dan juga meminta maaf dengan Sara yang pada dasarnya, Nendra tidak pernah melakukan itu.

Nendra memanggil Gema lalu menyuruh pria itu untuk menanyakan semua orang yang berada disana, makanan apa yang mereka ingin makan, Nendra akan mentraktir semuanya sebagai permintaan maaf. Nendra benar-benar bahagia, Gema hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, dia tidak tahu jika kekuatan cinta itu begitu besarnya sampai membuat orang terlihat gila seperti ini.

Esoknya, Nendra bangun pagi dengan segar. Tetapi, hal itu tidak membuatnya beranjak dari tempat tidur, dia sudah mengajukan cuti selama sehari penuh hanya untuk menyambut kedatangan Hesti. Dia sudah berbicara pada Gema, mereka akan menjalankan misi kali ini.

"Jadi, gue pura-pura bilang kalau lu sakit parah?" Nendra mengangguk dan tersenyum, itu rencana mereka.

"Tolong, jemput dia ya. Saya nggak mau dia pakai transportasi online, saya takut." ujar Nendra dengan wajah tidak berdosanya, Gema mendengar itu bercuih lalu memegang perutnya ingin muntah.

Di kediaman Hesti saat ini, wanita itu sedang bersiap-siap untuk mengunjungi Nendra , sebelumnya dia sudah membeli beberapa makanan dan buah, dia juga menggunakan pakaian yang lebih layak daripada kemarin. Pakaian yang lebih rapi dan juga penampilannya lebih diperhatikan.

Setelah siap dengan semuanya, Hesti menelepon Nendra terlebih dahulu untuk menanyakan di mana pria itu sekarang. Tetapi, yang menjawab telepon Hesti bukanlah Nendra, melainkan Gema dengan suara serak dan sendu. Hesti tentu saja bertanya, mengapa dengan Gema.

"Lu jadi ke sini?" tanya gema di ujung telpon.

"Jadi, Kak. Ini udah mau berangkat."

"Cepat ya, Nendra dari semalem ga beranjak dari tempat tidur, sakitnya makin parah." Hesti mendengar itu menjadi panik. "Tunggu di sana, gue jemput lu," ujar kembali Gema yang dijawab Hesti dengan pasti, wanita itu gelisah. Jika sakitnya Nendra makin memburuk, dia akan semakin merasa bersalah.

Gema menjemput dirinya tidak lama itu menggunakan mobil, mereka langsung saja. Selama diperjalanan, Gema bercerita jika semalam setelah kepulangan Hesti, hal itu membuat Nendra melanjutkan semua pekerjaannya dengan cepat lalu tumbang karena kelelahan.

Gema melihat raut wajah Hesti dari samping matanya, terlihat wajah yang khawatir, walaupun sebisa mungkin wanita itu sembunyikan. Hesti bahkan sepanjang jalan hanya mendengarkan gema berbicara sambil memainkan jari.

Hey, I'm Yours - ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang