Chap 11 - tangisan

79 70 88
                                    


Hesti membalikan kertas yang di baca, sudah hampir habis dia membaca Novel karya penulis kesukaannya. Hari ini tidak ada kelas yang aktif, semua dosen berhalangan hadir. Daripada ikut mengoceh di kelas, dia akhirnya kabur menuju perpustakaan jurusan.

"Si Salma kok bisa nggak percaya dengan Nathan yang bucin banget sih!" ocehnya tidak sabar. Matanya jelalatan membaca kanan kiri, mengeja satu per satu huruf yang akhirnya menjadi rangkaian kata.

Sejak tadi, novel di depanny lebih mengugah selera untuk disentuhnya daripada yang lain. Hesti terus saja membaca walau terkadang tanpa sadar dia sering mengoceh tanpa sebab karena kesal membacanya.

"Yaelah, siapa sih ini? Dodit?" Dibalikannya kertas itu dan menghembuskan napas.

"Kenapa sih ngoceh mulu?" Astri datang dari belakang, sambil menenteng macbook bergambar buah apel tergigit tersebut. Gadis berambut panjang itupun akhirnya duduk di samping Hesti lalu membuka macbooknya. Hesti mengabaikan keberadaan temannya tersebut, dia terus membaca kata per kata.

"Gue lagi sedih nih."

"Kenapa? Sedih kenapa lagi? Mantanmu balik?" tanya Hesti tidak menoleh sedikitpun.

Astri mencebik, dia mulai membuka file yang sudah tersimpan sebelumnya. Hatinya sedang tidak baik, tapi demi tugas, dia akan kerjakan. Suasana kembali hening hanya terdengar bunyi keyboard yang pencet dengan cepat, menyuarakan hasrat ketidakpedulian.

"lu tau kan idola gue?"

"Hmm."

"Kecelakaan semalem. Astaga, gue sedih banget sumpah, Hest. Mau nangis rasanya sekarang."

Hesti seketika berhenti membaca novelnya, telingahnya berdenging.

"Kecelakaan kenapa?" tanya Hesti penasaran. Dia sepertinya lupa siapa yang sekarang mereka bicarakan. Tapi, Hesti ingat. Satu-satunya idola Astri ya hanya Nendra. Hesti tidak mau menduga sendiri, matanya tidak lagi fokus pada buku yang sedari tadi dia pegang.

Pikiran dan nafasnya sekarang tidak beraturn. Otaknya mengatakan sesuatu, otaknya langsung memproses kata demi kata yang diucapkan Astri . Idolanya kecelakaan? Nendra sejak semalam, belum menghubunginya sedikitpun. Biasanya Nendra akan mengabarinya jika sudah sampai, tapi semalam tidak.

Hesti tidak terlalu peduli awalnya, dia pikir jikalau memang pria itu sedang kelelahan sehingga tidak bisa memberikan kabar apapun padanya.

"Katanya ngantuk di jalan terus kena tabrak oleh truk dari belakang. Ya Tuhan, gue bener-bener mau nangis sekarang." Astri kembali melanjutkan ucapannya, dari suaranya, Astri sudah menahan tangis. Wanita itu bergetar, walau matanya tetap berfokus pada macbook di depannya, air matanya juga berontak untuk mengalir.

Jantung Hesti berdegup kencang.

"Kapan kecelakaannya?"

"Semalem." jawab Astri dengan nada yang sudah sangat parau. Pernyataan ini membuat jantung Hesti makin berdegup dengan kencang, seperti ingin loncat dari tempatnya.

Hesti melepaskan Novel yang dia genggam, menoleh seutuhnya kearah Astri yang masih sibuk mengetik tapi mulutnya bersuara. Wajah Hesti memerah, tidak mungkin!

Hesti menarik tubuh Astri untuk mengarah padanya, menatap mata Astri untuk menemukan kebohongan.

"Siapa dia?" tanya Hesti mengulang lagi. Doanya terus terperanjat, duni seharusnya berpihak padanya.

"Nendra, Hest. Masa lu lupa sih, wah parah lu."

Hesti beranjak dari tempat duduknya dan berlari keluar. Dia menghiraukan teriakan Astri yang memanggil dirinya, jantungnya berdetak dengan cepat.

Hey, I'm Yours - ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang