Bunyi monitor di ruangan tersebut menemani Hesti yang sedang memperhatikan detak jantung Nendra. Wanita itu tidak bisa tertidur sedikitpun, dia akan merasa cemas dan gelisah jika menutup mata sedetik saja. Sudah tiga hari dia menjaga Nendra, pria itu sudah melewati masa kritisnya dan sekarang dipindahkan ke ruang inap Intensif.
Walaupun masih dalam pengawasan ekstra, tetapi Nendra sudah bisa dikunjungi oleh beberapa orang. Termasuk adiknya pria tersebut, David. Beberapa kali david datang menjenguk tanpa mengatakan se-kata apapun, hanya datang, menghela napas dan meletakkan bawaan.
Bahkan keberadaan Hesti disana pun tidak dihiraukan sama sekali oleh David. Hesti juga tidak berencana untuk menyapa duluan atau mengajak pria itu berbicara. Selama 3 hari, Hesti datang di waktu yang berubah-ubah, kadang sehari dua kali, kadang, seharian dia menjaga, kadang juga dia hanya sekali. Tidak menentu, sesuai jadwal kuliahnya.
"Sudah makan?" tanya Gema pada Hesti yang tertidur di sofa tunggu. Wanita itu sudah menutupkan matanya ketika Gema baru saja tiba disana membawa beberapa gorengan, buah-buahan dan juga air mineral besar.
Hesti mendengar itu hanya menjawab dengan gelengan, tidak berniat untuk membuka mata. Matanya sangat berat, apalagi kepalanya. Seperti ingin pecah, pusing sekali. Hari ini dia tidak banyak bicara, di kampus juga Hesti banyak diam. Astri mengerti dengan keadaan wanita itu, bahkan astri berniat untuk menjadi 'supir pribadi' hanya untuk Hesti .
"Mau makan? Ayo gue juga belum." Ajak Gema sambil berkacak pinggang di hadapan Hesti. Tubuh gempal wanita itu bergerak tidak nyaman, mencari tempat ternyaman untuk memejamkan mata. Gema tidak menyerah, diraupnya tangan Hesti, ditariknya sedikit kuat.
Hesti tentu saja tersentak, matanya langsung terbuka lebar. Terlihat matanya memerah, seperti orang yang hidup segan, mati pun tak mau. Gema menarik lebih kuat lagi sehingga Hesti mau tak mau beranjak dari tempat ternyamannya dan mulai mengikuti Gema dari belakang.
Tubuhnya ogah-ogahan, menunjukan tidak ketertarikan. "Masih kenyang, atuh, mas," ujar Hesti lemah. Gema tidak menyaut, tapi tangannya meraih pergelangan tangan Hesti dan digenggam dengan kuat. Tubuh Hesti terhuyung ke depan gara-gara Gema menariknya dengan kuat. Tubuh Hesti dan Gema berdekatan, sehingga harum wangi kekayuan yang menenangkan langsung tercium di hidung.
"Lu tu harus makan. Kalau lu sakit, gue yang dibantai sama Nendra." Gema menarik Hesti untuk duduk di kursi panjang kantin rumah sakit. Lagi dan lagi Hesti hanya diam dan menuruti apa yang disuruh Gema . Tubuhnya sudah lelah untuk adu bacot atau sekadar berlari menghindar dari paksaan Gema .
Gema berlalu dari hadapan Hesti, meninggalkan wanita itu yang sedang tertunduk lemas. Tubuhnya yang biasanya penuh dengan energi, penuh dengan aura positif, sekarang pundung. Menegakan punggung pun sulit bagi wanita tersebut.
Tidak lama itu Gema kembali sambil membawa dua piring nasi goreng dan juga dua air es putih menggunakan nampan. Sambil meletakkan di meja, Gema melirik Hesti yang hanya diam menatap ke depan. Tatapan mata Hesti kosong, matanya menyiratkan sesuatu yang tidak berarti. Gema tidak tahu ada apa dengan wanita itu. kemarin, wanita itu baik-baik saja, tidak ada yang salah.
Pagi ini Hesti datang dengan wajah yang datar, tidak ada sapaan seperti biasanya, tidak ada canda tawa wanita itu. padahal kemarin wanita itu masih menertawakan Gema yang terpleset di kamar mandi. Tapi hari ini, cukup berbicara saja sudah syukur.
"Lu kenapa? Ada masalah?" Hesti mendongak untuk melihat Gema yang sedang menatapnya saat itu. Gema melipat tangannya di atas meja dan memperhatikan Hesti yang hanya menggeleng dan mulai menyedokan nasi gorengnya ke dalam mulut.
Gema menahan tangan wanita itu, "Jawab deh. Gue bingung lu kenapa dari tadi pagi diem aja. Gue jadi serba-salah banget." Hesti berhenti mengunyah nasi gorengnya dan mulai meneguk air es di samping piringnya. Tangannya melepaskan genggaman Gema di pergelengan tangannya, dia sebenarnya tidak berniat untuk membahas hal ini. tapi Gema sejak tadi terus membordirnya dengan pertanyaan dan juga pernyataan yang salah banget. Hesti butuh ketenangan, tetapi sepertinya hal itu tidak akan pernah terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, I'm Yours - ON GOING
Romance[update setiap hari selasa dan jumat jam 8 malam] Raditya Danendra sang Aktor terkenal, akan terus mencintai Ayuningtias Lara Maheswari yang hanya Wanita biasa-biasa saja. "Mencintaimu adalah sakitku, memilikimu adalah tangisku, bahagiamu adalah sed...