19

10 6 0
                                    

happy 400 readers

tsm malopee! 🤍

yuuu rameinn lagii




19. Ada apa?








"Jaenaf pinjem pensil dong bentaran doang!"

Anak IPA 2 siang ini heboh karena dikasih tugas gambar dadakan oleh Pak Husen.

Hera jadi berdecak kesal karena tangan Naupal tidak bisa diam, alhasil gambarannya jadi rusak. "Kalem dikit dong Pal! aaa gambaran gue jadi jelek..." rengeknya membuat Naupal mencibir.

"Emang dari sananya udah jelek Herawati!"

"Ihh enggak! tadi tuh udah bagus," bantahnya tak terima.

"Yaudah salah sendiri gambarnya deket gue!"

Bima dipojok depan yang dari tadi memperhatikan mereka jadi menggepalkan tangan. Melempar penghapus ke kepala Naupal membuat cowok itu berteriak tak terima. "Siapa yang lempar penghapus ke gue hah??? ngaku nggak lo semua??!"

Pak Husen yang sedang menulis jadi mendelik. "Kenapa rame itu dibelakang?"

"Nggak ada Pak!"

"Yaudah lanjut gambarnya, jangan rame ya!"

"Ahh sial!" umpat Cien. Menyisir rambutnya kesal sendiri melihat gambarannya yang tak ada bentuk. "Husen kenapa juga ngasih tugas dadakan hah?? bikin pening tau nggak!" dumelnya.

"Asik jadiii!" Inge tersenyum senang. Menunjukan hasil gambarnya kepada kedua temannya membuat Cien makin kesal.

"Jangan bagus-bagus lah Nge," ucap Amantara. Cien ikut mengangguk.

Inge menaikan alis. "Kenapa?"

"Kita yang burik ini mau gimana??"

Inge terkekeh. "Itu mah salah sendiri." ledeknya cengengesan.














🦩🦩🦩














"Tar, beneran kan ya dance libur?"

Amantara yang sedang berkaca jadi berdecak. "Udah berapa kali nanya hah??" tanyanya kesal sendiri.

Cien cengengesan. "Kan sapa tau,"

"Sapa tau sapa tau." dumelnya.

"Ihh kok sekarang lo jadi galak sih??" heran Cien.

Amantara menoleh. "Sayang bentar!" teriaknya mengabaikan Cien malah berlari menghampiri Gilang.

Cien tersenyum saja. Biarkan biarkan...








🦩🦩🦩







Inge berdecak melirik jam tangannya yang sudah menunjukan pukul setengah enam sore, hujan juga sebentar lagi turun.

Menoleh kesana-sini lalu tak lama tersenyum lebar melihat halte yang berada diseberang jalan. "Untung halte nya deket sini," gumamnya berlari menuju halte seberang.

"Ehh cewek cantik lewat nih Go!"

Inge seketika terdiam. Kemudian tersentak saat sebuah tangan meraih lengannya. Dia menoleh takut. "Wah masih dede ternyata Dit," sahut cowok lainnya.

"Mau kemana nih cantik??" tanya mereka.

"Mau pulang..."

"Kemana??"

"Aku mau pulang, jangan gangguin please..." pintanya takut.

"Ehh jangan nangis!" panik mereka melihat Inge yang sudah berkaca-kaca. "Kita nggak ngapa-ngapain kok cuma mau ajak main aja, ya nggak Go?"

"Yoi,"

"Gimana nih cantik mau ikut main nggak?" tanya cowok berambut gondrong itu sambil tersenyum miring.

Inge menggeleng. "Aku maunya pulang..."

Cowok satunya jadi berdecih. Membuang puntung rokok ditangannya lalu berjalan mendekati Inge. "Nggak usah sok jual mahal gitu dong Neng, mainnya nggak lama kok, bentaran doang." ucapnya mengusap rambut Inge.

Inge menepis tangan cowok itu, berjalan mundur sampai mengenai tiang halte. "Jangan pegang!"

"Ett kalem..." mereka mundur menjauh.

Napas Inge tak beraturan. Dia bingung. Baru kali ini mengalami seperti ini. Membuka ponsel ingin menghubungi Ragas, namun langsung rampas oleh cowok didepannya.

"Mau telfon siapa hah??"

"Balikin please," pintanya melas. "Kalian butuh uang kan? aku kasih, mau berapa??"

Cowok berambut gondrong itu terkekeh. "Dikira apaan butuh duit, yang kita butuh itu tubuh elo." ucapnya membuat Inge terdiam.

"Sini nggak??" paksa mereka menarik kasar tangan Inge.

"Lepasin!"

"Diem lo!" teriak cowok itu. "Go buka pintu mobil cepet!"

"BAJINGAN!"

Inge menganga melihat cowok yang memukul wajah dua cowok disampingnya.

"Kurang ajar lo semua!" cowok itu masih memukuli wajah mereka tanpa ampun.

Setelah puas dia berdiri, menendang kaki mereka. "Awas gue liat masih gangguin cewek sini!" ancamnya membuat mereka berlari memasuki mobil.

"Takut Lang..." Inge tiba-tiba memeluk tubuhnya membuat Gilang terpaku.

Gilang menoleh pada Amantara di seberang sana, berdiri di samping motornya yang tersenyum menganggukan kepala.

"Lepas Nge, Tara ada disini." ucapnya menjauhkan tangan Inge dipinggangnya.

"Ehh sorry," Inge mengusap air matanya. "Refleks sumpah,"

"Santai."

Amantara berjalan menghampiri mereka. "Lo nggak diapa-apain kan Nge sama mereka??" tanyanya khawatir.

Inge menggeleng. "Enggak, tapi dipegang rambut..." adunya membuat Gilang terkekeh.

Amantara jadi terdiam, memandang Gilang lama yang mengulum bibir menatap Inge.




Amantara jadi terdiam, memandang Gilang lama yang mengulum bibir menatap Inge

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tbc

follow ig aku buat info update @tatamutiaraaaa

.
.

tsm malopee for 400 readers!

uuu seneng banget wkwk

vote, comment kalian tu berharga banget serius 🤍

jadi tambah semangat nulis

tetep stay sama Tanda Tanya ya...








Tata bini Lee Min Ho.

TANDA TANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang