28

6 2 0
                                    

28. New Friend ?






"Aku pesenin ojek online aja ya?"

"Call nya kamu yang matiin atau aku?"

"Sayang, bagusan yang mana? ini atau yang itu?"










"Mau apa?"

"Minum,"

"Minum apa?"

"Yang anget,"

"Minum anget apa?"

Cowok yang sedang memegang pisau itu jadi terkekeh tak habis fikir, melepas apron doraemonnya kesal. "Heh jancuk!"

Amantara menoleh cengo. "Hm?"

"Sini dulu deh," suruh Junet.

Amantara mengangguk, meletakan sendok yang berisi kopi lalu berjalan kearah Junet. "Apa bang?"

Junet menghelah napas berat. Memandangi wajah adiknya itu lama. Amantara melihat itu jadi makin berkaca-kaca. "Apa bang?"

"Lo," tunjuknya pada Amantara. "Lo kenapa?"

Amantara menggeleng sambil menunduk membuat Junet memejamkan mata makin pusing.

"Tar, liat gue." Junet mengangkat dagu Amantara.

Amantara membuang muka. "Enggak mau."

Junet melongos panjang. "Jangan gini deh please. Bilang lo ada masalah apa, lo tuh kebiasaan apa-apa nggak bilang, apa-apa diem. Lo tau kan mamah papah tuh khawatir tapi nggak berani nanya, mau liat mereka sakit mikirin lo? Dua hari ini lo diem terus, mamah papah dikantor neror gue nanyain lo lagi apa? Masih diem terus enggak? Makannya udah mau belom bang? Hibur dong bang adeknya!" omel Junet menendang kotak sampah samping kompor membuat Amantara menunduk takut.

Junet menghelah napas kasar. "Sorry, gue kebawa emosi."

Amantara mendongak menatap Junet. "Bang, ada sesuatu yang udah lama pengen Tara bilang."


















🦩🦩🦩















"Seneng banget lo ya?" tanya Junet langsung dibalas anggukan oleh Amantara.

"Banget!"

Junet terkekeh mengusap rambut Amantara. "Pesen banyak-banyak, gue mau ke dalem bentar, duitnya kelupaan tadi saking nggak mau ketinggalan cilok." pamitnya langsung berlari ke dalam rumah.

"Okay!"

"Mau berapaan ini ciloknya Mba?"

Amantara menoleh. "Dua puluh aja, sambelnya banyakin ya Mang."

"Siap!"

Amantara duduk di depan pagar rumahnya sambil menunggu pesanan ciloknya. Kemudian membuka ponsel, namun jadi menaikan alis karena melihat sesuatu dibelakang Mang cilok. Amantara berdiri, berjalan mendekat.

"Lo... siapa?"

Mang cilok sontak melongo. "Saya? Mang Udin nama saya Mba." jawabnya.

Amantara menggeleng, makin mendekat ke belakang Mang Udin. "Hei! nggak papa, sini!" panggil Amantara karena melihat cewek dibelakang Mang Udin itu hendak berlari.

Cewek itu menunduk takut, menyembunyikan wajah dengan rambut hitam panjangnya. "Aku cuma mau itu... satu aja." cicitnya pelan. "Boleh?"

Amantara tersenyum. "Boleh. Mang tambah dua puluh lagi,"

TANDA TANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang