tujuh

3 1 2
                                    

Malam hari di sebuah ruangan bercat putih dan beraroma obat-obatan tengah ada keributan disana.

"Heh ini kan punya gue, kenapa lo ambil" Ucap Adira.

Ya benar, teman-teman Nara sedang menjenguknya setelah mendapat kabar dari Rasya bahwa Nara di rawat di rumah sakit. Bahkan teman Rasya pun ikut menjenguk.

"Apa si orang gue duluan yang ambil ini" Ujar Javas

"Heh, ketek kuda. Lo tuh baru aja dateng terus tiba-tiba ngambil cemilan gue" Teriak Adira.

"Heh sembarangan. Ganteng kaya gini di bilang ketek kuda" Sengut Javas.

"Udah si timbang ciki doang dipermasalahin" Nara akhirnya angkat bicara karena udah muak dengan perdebatan temannya itu.

"Tau lo berdua. Alay" Sarkas Arzan.

Rasya yang melihat kelakuan temannya pun hanya menggelengkan kepalanya. Dilihatnya Nara yang sedikit bosan, dia pun bertanya.

"Kenapa? Mau apa?" Tanya Rasya seraya mengelus lembut kepala Nara.

Nara yang merasa dirinya selalu diperlakukan seperti seorang ratu oleh Rasya pun dia tersenyum lebar.

"Mau ke taman, bosen" Jawab Nara mengerucutkan bibirnya.

"Nanti aja ya, soalnya di luar hujan"

"Yaudah, tapi janji temenin aku ke taman ya"

Rasya pun mengangguk dan tersenyum sangat manis. Senyuman itu hanya ditunjukkan untuk Nara. "Iyaa sayanggg.." Jawabnya sambil mengacak gemas rambut Nara.

"EHEEMM! Masih ada orang nih di sini" Sindir Javas.

Rasya melirik Javas malas. Ganggu aja bisanya. Gerutu Rasya dalam hati.

"Udah kek romatisanya, ga kasian nih ada jomblo" Ujar Adira memelas.

"Kasiannya temen aku" Ujar Nara sambil merentangkan tangannya.

Adira yang ingin menghampiri Nara pun sontak tidak jadi, karena rentangan tangan Nara langsung di balas oleh Rasya.

Rasya yang melihat Adira menghentakkan kakinya karena kesal dia tersenyum miring mengejek.

"Gaa boleh gitu ih kamu". Ucap Nara sambil memukul pelan punggung Rasya.

"Ga boleh peluk-peluk, kamu masih sakit"

"Ini kamu meluk aku loh Van," Sindir Nara

"Kalo aku mah boleh" Ujar Rasya sambil melonggarkan pelukkannya.

"Heh es batu. Kok lo posesif amat. Temannya Nara ini loh" Kesal Javas yang melihat temannya itu sangat posesif. Padahal kan yang mau meluk Nara itu perempuan. "Gimana gue kali ya yang maju tadi meluk Nara" Lanjutnya.

"Ga usah aneh" Ketus Rasya.

•••
Di lain tempat. Seorang laki-laki tampan tampak gelisah. Dia bingung bagaimana caranya memberitahukan pada kedua orangtuanya perihal adiknya itu. Akhirnya Aska memutuskan untuk menghampiri ruangan tunangannya. Dia butuh penenang, dia butuh support.

Tok.. Tok.. Tok..

"Masuk," Jawab Sheera dari dalam ruangan.

"Sayanggggg... " Rengek Aska seperti anak kecil.

"Aduh aduh kenapa lagi?"

"Aku bingung gimana caranya ngasih tau ke mamah sama papah"

"Yaudah, gini aja. Kamu telfon mamah sama papah kamu langsung ke ruangan aku, jadi ga usah ke ruangan Nara dulu"

"Yaudah, nanti aku telfon mamah" Jawab Aska sambil menyandarkan kepalanya di bahu Sheera.

Sheera mengelus lembut kepala Aska, "Kamu berdoa aja buat Nara ya, aku bakal ngebantu sebisa aku, Mas"

"Hmm" Aska memejamkan matanya.

"Hehh, malah tidur kamu mah"

"Bentar doang yang.."

•••
Senyum ceria yang selalu terpancar dari wajah gadis cantik nya membuat seorang Rasya tak rela jika senyuman itu akan hilang begitu saja. Rasya tidak tau apa yang sebenarnya menimpa gadis tersayangnya itu. Bahkan Aska sebagai kakak dari gadisnya itu pun hanya bungkam saat ditanya. Rasya ingin mencari tau sendiri tapi rasanya melihat gadisnya yang selalu tersenyum membuat Rasya enggan memalingkan tatapannya.

"Kenapa ngeliatin aku kaya gitu heh?!" Tegur Nara

Rasya hanya tersenyum manis melihat gadisnya itu.

Teman-teman Rasya dan juga Nara sudah tertidur pulas di ruangan Nara. Ada yang tertidur di sofa, Ada juga yang tertidur di karpet yang sengaja mereka bawa.

"Cantik," Gumam Rasya yang masih di dengar Nara.

"Makasih,"

"Langitnya cantik Queen" Kekeh Rasya.

Nara pun langsung mengerucutkan bibirnya. Ia kira Rasya bicara seperti itu untuk dirinya. Namun, dirinya hanya kegeeran.

Rasya yang melihat wajah cemberut Nara pun langsung saja mengacak rambut Nara pelan.

"Uuu lucunya. Kamu kok yang cantik, sampe langit aja minder," Jelas Rasya.

"Kamu ga tidur Van?"

"Aku mau nungguin kamu, aku tidur kalo kamu juga tidur"

"Iihh, kan kamu daritadi udah jagain aku. Udah gapapa sekarang kamu tidur."

"Iyyaa, tapi aku mau tidur disini ya?" Tanya Rasya sambil menunjuk ke kasur yang ditempati Nara.

"Emang muat?" Tanya Nara polos.

"Muat, kan badan kamu kecil" Kekeh Rasya.

Nara pun mengerucutkan bibirnya. "Yaudah sini naik"

Rasya pun naik ke atas kasur langsung memeluk tubuh mungil Nara. Dan tidak lama terdengar dengkuran halus.

'Kamu pasti cape ya Van sama sikap aku yang sekarang? Maaf ya. Maafin aku Van' Nara membatin seraya mengelus rambut Rasya.

"Sleep tight, baby" Ucap Nara.

•••

Sedangkan di suatu rumah seseorang yang sedang terkejut akibat berita yang sangat mengejutkannya membuat ia juga sesegukan tak berhenti. Hingga suara bariton memecahkan keheningan mereka berdua.

"Udah ma, papah yakin kok Nara bisa lewatin ini semua,"

Mereka adalah orangtua Nara, mereka sudah mengetahui kondisi Nara saat ini sehabis tadi Aska menelpon mamahnya.

"Kita ke rumah sakit yuk sekarang," Ajak Bagas. Hanya dibalas dengan anggukan kecil saja.



Kayanya ini updatean terakhir untuk sekarang. Aku mau istirahat bentar aja ya guys:)
Mm, sepertinya tidak banyak yang suka dengan cerita ini. Jadi, aku istirahat sebentar saja. Sampai aku mau melanjutkannya. Xixixi.

Doain aja secepatnya.

See you🙂

Makasih yang udah nyempetin buat baca sampe sejauh ini🙂🙂❤

HIRAETH🦋 [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang