"Nii-chaan!!"
Sejak tadi telingaku selalu tergelitik atas suara Nezuko yang memanggilku secara terus-menerus. Nadanya terdengar sangat imut bagaikan seorang balita sedang merengek, ingin rasanya aku menarik pipi lembut itu dengan erat. Sayangnya, saat ini aku sudah kehilangan semangat dan tidak bergairah untuk bercanda. Pasalnya peristiwa kecelakaan kemarin masih saja terngiang di otakku.
Aku termenung dengan keadaan mata sembab, kemudian aku mengganti posisi duduk sambil bersandar di sebuah sofa panjang. Sesekali aku menyaksikan Nezuko mengemas tumpukan roti itu sendirian. Ya, pagi-pagi buta Nezuko akan berjualan di Kamado Bread, toko yang menyisakan banyak kenangan bersama kedua orangtua kami.
"Aku berangkat ya Nii-chan.."
Padahal aku tidak tega melihat Nezuko seperti itu, harus berjuang demi mencari penghasilan. Jika dalam sehari tidak ada pemasukan, dijamin kami berdua akan mengalami krisis ekonomi. Bodoh, hanya itu yang bisa ku katakan untuk diri sendiri ketika sedang perang batin.
"Hmm..hati-hati Nezuko!" Teriakku setelah Nezuko sudah sangat jauh dari rumah. Alhasil, tidak ada suara sahutan untuk teriakanku barusan.
"Hmmm, anak baik!" Lanjutku berbicara secara monolog.
Ya begitulah keseharian Nezuko selama seminggu. Sampai akhirnya aku mulai pulih dan perlahan bangkit dari jeratan masa kelam. Demi adikku, jangan sampai kesedihan menyelimuti hatiku lagi. Intinya, aku tidak boleh terlihat rapuh dihadapan Nezuko.
Pagi hari, tepat saat semburat cahaya menembus setiap jendela rumah, Nezuko melihatku tersenyum-senyum sambil memainkan handphone. Dengan rasa penasaran, Nezuko lekas duduk di samping.
"Ehem..." Deheman Nezuko.
Aku meluruskan pandangan ke arah manik merah jambu yang terkesan menggoda. Sudah ku tebak, anak ini pasti mengetahui alasan dibalik senyuman tampanku.
"Lalu?" Tanya Nezuko, sengaja memancingku agar aku bisa berkata jujur.
"Begitulah, Kanao akan datang 2 jam lagi," sahutku dalam sekejap.
Bola mata Nezuko mengarah ke langit-langit, sedangkan pikirannya telah mempertimbangkan sesuatu. Beberapa kali, jari telunjuk Nezuko menimpa dagu.
"Nii-chan, kenapa Nii-chan tidak jemput Kanao-san di stasiun saja? Lumayan kan, Nii-chan bisa mengambil kesempatan untuk menghabiskan waktu berdua dengan Kanao-san."
"Dasar modus! Siapa yang mengajarimu seperti itu? Pasti Zenitsu ya? Ha?" Saking gregetnya, aku langsung mengacak rambutnya agar penampilan anak ini terlihat seperti setan sadako. Tentu saja ia langsung cemberut.
"Nii-chan, apa kau bisa pakai cara selain merusak penampilanku?! Aku sudah susah-susah mempercantik diri. Huffftt..."
Walaupun terkesan marah, tetapi wajah imutnya tidak lekas luntur. Hal itu justru membuatku ingin melakukannya sekali lagi. Nezuko ku yang cantik, semoga keceriaan selalu menyertai dirimu. Nii-chan berharap kamu bisa menjadi gadis yang tangguh.
Oh iya, aku hampir melupakan soal Kanao. Beberapa jam lagi gadis itu akan tiba di Tokyo. Maka dari itu, aku harus segera mempersiapkan diri agar terlihat lebih segar dihadapan Kanao.
"Ayo, sebentar lagi Nii-chan berangkat...." Itu kalimat terakhirku kepada Nezuko sebelum aku beranjak menuju kamar mandi.
"Nah begitu dong, ikuti saranku!" Sahut Nezuko
Huh dasar, aku memang sudah merencanakan itu dari awal. Batinku.
🌿☘☘
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Birthday || KNY FANFICT ✔
Fanfikce[NEZUKO X ZENITSU FANFICTION] "Terima kasih atas segala perasaan yang engkau salurkan untuk hati yang kelam ini." Puncak dari ulang tahun akan menentukan nasib kisah cinta mereka. Nezuko tetap berharap kepada Zenitsu yang masih berada di ambang anta...