Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Yang cepat larinya Ca, lambat banget" Baskara mendorong-dorong bahu Resya.
"Ck, bisa gak sih sekali aja lo gak ganggu gue?! Kalo mau jalan duluan sana, gak usah nunggu gue."
"Budaya Indonesia itu mengantri Ca, masa iya gue main serobot gitu aja."
"Bacot."
Mood nya Resya makin gak bagus habis debat sama Baskara. Apalagi dia belum sarapan, disuruh lari lagi. Tinggal 2 putaran tapi Resya sudah lelah, ia melambatkan larinya.
"Ca lo gak papa kan? Kalo cape ke pinggir aja." Baskara tiba-tiba berada di samping Resya, membuat gadis itu terkejut.
Resya memukul pelan lengan lelaki di sampingnya, "Lo tuh ya kalo gak ganggu gue, pasti suka ngagetin. Ada dendam apa sih lo sama gue Aska?"
"Hmm.. dendam sih gak ada. Kalo perasaan suka selalu ada. Ceilaaah." Baskara tertawa renyah sedangkan Resya bersikap tak acuh. Makin cape yang ada kalau ladenin Baskara.
Tak terasa akhirnya Resya berhasil menyelesaikan putarannya ditemani oleh Baskara.
Lelaki itu seharusnya sudah berhenti setelah 1 putaran bersama Resya tadi, tapi ia tak tega membiarkan gadis pujaannya lari sendirian. Sedangkan Nanda dan Lia sudah tepar daritadi di pinggir lapangan.
"Caper banget tuh si Aska dekat-dekat sama Eca" Nanda memperhatikan mereka berdua yang kini berjalan mengatur nafas.
"Bukan Caper, Aska cuma cari perhatian doang"
"Itu sama aja Lia, hadeeh" Nanda mengusap wajahnya pelan.
"Aska udah kaya bodyguard nya Eca aja tadi" Kini Herian yang bersuara.
"Berisik. Bisa diem gak lo Rian? Cape nih gue." Resya duduk di antara Lia dan Nanda.
"Astagfirullah gue baru ngomong loh ini. Udah kena sembur aja."
"Ayo Ca sembur terus. Eca galak galak galak luar biasa!!" Nando teriak sambil mengangkat tangannya seakan meneriakkan jargon.
"Alhamdulillah. Sehat. Allahuakbar!" sahut Darel teman sekelas mereka yang lain.