[7] CHANDARA :: LEE HAECHAN

418 49 0
                                    

'Ini kenapa sih?'

CHANDARA - LEE HAECHAN

"Dek, habis ini langsung pulang loh. Ga usah nginep, bunda sama ayah dirumah," Chandra mengangguk. Tara, Yudha, Jonathan turun. Ah, sama Jaydan juga. Motor dia masih disini kalo kalian lupa. Julian ngelanjutin jalan buat nganter Theo sama Marvin, juga Riyan.

"Kak, ini buang mana?" Chandra cari tempat sampah buat buang kemasan minmannya tadi.

"Sini. Buang sini aja, nanti kalo turun baru buang di tempat sampah. Chandra masukin sampahnya ke plastik kosong

"Kok jahat si Chan, masa kakak ga dibeliin," kasihan Marvin tuh, dai tadi dia cuma natap melas ke arah temen sama kakanya.

"Ga bilang sih," Chandra menjawab dengan entengnya.

"Itu Julian ga bilang kamu beliin," 

"Itung itung buat ganti uang bensin," Theo cuma geleng geleng. Kalah deh kalo debat sama Chandra. Asal ceplas ceplos doang.

Seketika semuanya sunyi setelah perdebatan singkat itu. Tidak ada yang mengeluarkan suara. "Kok, sepi?" Chandra memecah keheningan.

"Nyetel lagu sana," Julian menghidupkan speaker (?) dan nyambungin bluetooth ke handphonenya dan nyuruh Chandra pilih lagu. 

"Lagu apa? Kalo terserah Chandra nanti lagunya Korea semua," Chandra itu ga tau lagu lagu Inggris. Bukan ga tau lagunya, ga tau judulnya.

"Yang lagi hits atau apa gitu," Chandra menjelajah di spotify, dan akhirnya memilih lagu 'Peaches - Justin Bieber'.

CHANDARA - LEE HAECHAN

"Udah mainnya?" tanya mama Theo begitu masuk rumah, sedangkan yang ditanyain cuma cengengesan doang.

"Heh, mau kemana kamu?" tegur papa Theo pas lihat Marvin nelonyor gitu aja. "Hehee, mau ke kamar," Marvin cengengesan. Omnya itu memberi isyarat buat duduk didepan dia.

"Chandranya ga dibawa pulang?" mama Theo celingukan cari anak kesayangannya. "Iya, udah lama papa ga lihat si gembul," ini anaknya siapa, yang dikangenin siapa.

"Tanteee!" suara cempreng itu menghiasi ruang tamu. Mama Theo terpekik senang liat anak kesayangannya.

"Aduuh makin ndut ajaa. Pa lihat, pipinya makin gembul gini," pipi Chandra diuyel uyel saking gemesnya.

"Jidan pulang," Jaydan berusaha cari celah buat masuk kedalam. Pasalnya, mama Theo sama Chandra persis ada dipintu. Mereka udah ngeblokir akses jalan masuk utama ke dalam rumah.

"Dek, ya ampun kamu tu ngapain toh ndesel ndesel mama. Sempit tau ga," iya deh, Ibunda selalu benar.

"Lha mama ngapain didepan pintu," mama Theo menatap sinis anak bungsunya itu. Jaydan malas berdebat dengan mamanya itu. Bukan, lebih tepatnya adalah 'menjaga sikap didepan Chandra'. Dan berakhirlah dia masuk melalui jendela yang terbuka.

"Tantee, Chadra bawa boba milk. Tadaa!," Chandra ngasihin bubble drink yang dia beli tadi.

"Ma, itu Chandra beli sendiri loh," timpal Theo.

"Aaa, makasih sayang. Wih, ini kamu ga mau nyogok tante karena bawa anak tante semalemankan?" Chandra tersenyum kikuk. Mama Theo merangkulnya dan mendudukkan Chandra ditengah tengah antara mama dan papa Theo. Udah siap jadi anak bungsu dikeluarga Adithama nih..

"Hayo, semaleman ngapain aja? Anak om dibawa tiga tiganya,"sekarang ini Chandra benci sama pikirannya.

"Kak Tara nraktir di pujasera," Theo langsung motong pembicaraan, dia tau Chandra lagi malu.

'Ciee malu'

"Kok mama ga diajak sih kak, duh kan pengen," mama Theo ngelus perutnya laper.

"Hehe, besok Chandra ajak tan," Chandra berdiri dari duduknya. "Chandra pamit ya tan om, kak Julian sama Riyan udah nunggu didepan," 

"Loh, kok cepet banget," mama Theo ikutan berdiri buat nyalamin Chandra. "Kapan kapan Chandra kesini lagi kok," sekarang Chandra nyalamin papa Theo. 

"Kapannya itu kapan? Paling nanti Theo yang ngapel kerumah kamu. Mbok udah disini aja, tidur sini gantian," papa Theo ngerangkul pundak Chandra. "Chandra udah cocok jadi anak papa belum kak?" Theo bergidik.

"Jangan mau deng mbul punya ayah kaya papa," Theo langsung dihadiahi tatapan tajam dari papanya.

"Anterin Chandra ke depan sana kak," Theo berdiri dari duduknya, berjalan ke luar diikuti Chandra.

"Ikut kakak sana dek, ini juga gembrot satu, sana keluar." Jaydan sama Marvin udah kaya orang ngekost diusir sama ibu kostnya karena ga bayar uang sewa.

"Om, tante, kak, Chandra pulang ya," Chandra melambaikan tangannya.

"Om, tante duluan ya," ucap Julian dari dalem mobil, diikuti lambaian tangan Riyan dari jendela.

"Heh kamu, udah disini kok malah ga turun," Julian sama Riyan cuma cengengesan. Chandra masuk mobil. Julian menyalakan mesin mobilnya, memencet klakson dan melajukan mobilnya.

CHANDARA - LEE HAECHAN

"Chan, tolong telfon bunda dong. Kalo masih ga bisa telfon teteh aja," Julian ngasihin handphonenya. Kata 'masih' kini membuat Chandra bingung.

Beberapa detik berlalu, lamun dilayar hp masih tertera tulisan 'memanggil'. Kini Chandra menggantinya dengan panggilan reguler. Tapi sama saja, yang berbunyi hanya suara layanan customer saja.

"Teteh coba dek," wajah Julian kini menampilkan mimik khawatir.

"Pelan pelan aja kak, hati hati nyetirnya," Riyan mengingatkan, ia tau Julian gelisah. 

"Di reject sama teteh," sekarang bukan hanya Julian, tapi seisi mobil pun gelisah.


"Makasih ya kak. Hati hati, kalo ada apa apa telfon Riyan aja." Julian mengangguk dan langsung menancapkan gas ke rumahnya yang tak jauh dari gang rumah Riyan.

"Santai aja kak. Ga ada apa apa kok. Ini minum dulu," Chandra menobloskan sedotan ke bubble drink yang seharusnya milik bunda Julian dan menyodorkannya ke Julian.

"Kamu turun dulu, kakak parkir diatas," tak butuh waktu lama untuk sampai kerumah Julian. Chandra turun dan melihat halaman rumah Julian. Hanya ada satu mobil yang dia yakini milik ayah Julian, dan satu motor milik tetehnya terparkir didepan.

Julian datang menusul Chandra, merangkul adiknya dan masuk ke halaman rumahnya. Suasananya gelap. Mungkin karena hari mulai petang? Dan lampu rumah belum dinyalakan. 

Julian membuka pintu, "Bun-", 

'Prangg'

Perkataannya terpotong mencengar suara pecahan kaca yang mungkin berasal dari vas bunga koleksi bunda Julian diatas. Chandra tersentak kaget dan menatap Julian. Kini terdengar hanya suara isakan tangis dan deruan nafas kasar yang samar samar.

'Brakk'

Kini barang yang lebih berat jatuh ke lantai. Chandra masih terkejut dan belum bisa mencerna apa yang terjadi. Mungkin perampok? Tapi bukankah ayah Julian dirumah? Seharusnya amankan?

Ah, Julian sepertinya tau apa yang terjadi. Ia segera memasangkan airpods pada adiknya itu, memutar lagu dengan volume yang cukup keras dan menutup telinga Chandra dengan tangannya.

Suara beling pecah kembali terdengar samar ditelinga Chandra. Chandra menatap Julian yang sedang menutup matanya. Badan Chandra gemetar sekarang.

Suara teriakan kini terdengar.

'Kamu bahkan ga becus jadi ibu. Kamu itu seharusnya ga pantes jadi ibu buat Julian sama Jessi. Kamu itu ga sebanding sama dia,'

Cuma itu yang Chandra dengar. Hanya terikan keras dari sosok pria dan tangisan yang menjadi jadi dari si wanita. Dan Julian, semakin menutup telingannya rapat.

_________________

[1] CHANDARA :: LEE HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang