[13] CHANDARA :: LEE HAECHAN

312 38 0
                                    

'So sowryy ~'

CHANDARA - LEE HAECHAN

Sekarang dirumah sepi. Chandra lagi menikmati ketenangan didepan laptopnya. Kedua ponakannya ada diatas kasur dengan ponsel Chandra ditangan mereka.

Kakaknya sudah berangkat beberapa jam yang lalu, dianter dia ke terminal dan naik brt ke kostannya. Temen temennya, udah diusir dari satu jam yang lalu.

Sekarang jam di laptop udah menunjukkan pukul delapan lebih tujuh belas malam. Dua anaknya belum dikasih makan, tapi tadi sore mereka udah makan, gak usah aja ya? Tapi anak orang..

"Dek mau makan gak?" Ganesh berbalik menghadap Chandra dan mengangguk antusias. Tuh kan, laper Ndraa. 

"Mau makan sama apa?" Ganesh membuat pose berpikir, sedangkan adiknya malah tak menggubris ucapan Chandra sama sekali.

"Abii, ada sosis nda?," Chandra mengangguk. "Sama itu aja ya?" Chandra gemas dengan keponakan paling kecilnya itu, bahkan matanya tak teralihkan dari video youtube diponselnya. 

"Ganesh disini atau ikut?" "Ikuut!" Ganesh merentangkan tangannya. Ayo sekali kali olahraga Ndra! Gendong adikmu ke dapur.

"Bama tinggal ya?" si kecil mengangguk. Oke, tinggal aja ga salahkan? Dia yang minta kok..

Chandra berjalan kebawah dengan Ganesh digendongannya. Dia harus mengeluarkan tenaga lebih buat turun, adeknya itu udah gede..

"Duduk, anteng ya," Chandra mendudukan Ganesh dikursi makan dan menuju kulkas mengambil sosis difreezer. "Satu atau dua?" Ganesh mengangkat semua jarinya. Oke, mari kita habiskan setengah dari persediaan ~

Chandra menyalakan kompor, menuangkan minyak ke wajan, dan memotong 5 buah sosis yang tadi dia ambil lalu memotongnya menjadi empat bagian. Chandra berbalik menatap keponakannya, Ganesh meletakkan kelapanya dimeja dengan raut wajah mengantuk.

Minyaknya panas, ia memasukkan sosisnya ke wajan. Tunggu, aku punya bakat untuk menulis buku masakan ~ 

"Dek ngantuk?" ya, selama ini ia tidur jika hari sudah berganti. Chandra tak tau waktu balita untuk tidur. 

"Lapeerr," oke, dia membuat kesalahan dihari pertama. Kepada laptop, mungkin Chandra akan butuh waktu lebih untuk kembali memainkanmu lagi. 

"Bentar lagi dek, tu bentar lagi mateng," Chandra buru buru mengambil nasi dan membalikkan sosis sosis tadi. Tolong, cepatlah matang. 

"Abii, telphonee ~" teriak si kecil sambil berlari menuruni tangga. Chandra buru buru menghampirinya. Kalo jatuh, nanti nangees.. Kan dia yang repot.

Bama memberikan ponsel dan Chandra menerimanya. Nama Riyan tertera dilayar utama ponselnya. Sudah ku bilang untuk mengingatkan Chandra, ya.

"Halo," sapanya.

"Ndra," panggil Riyan dari sebrang. "Kenapa?" apa topik pembicaraan Riyan?

"Kak Juli," Chandra membulatkan mata. "Kenapa hee?" ucapnya sepontan.

"Kayaknya mau pindah deh," Chandra mengernyitkan dahi. "Ayah sama Ibunya cerai. Rumahnya malah mau ditempatin sama selingkuhannya," sialan. 

"La terus mau pindah kemana?" Pandangan Chandra masih fokus pada makanan yang sedang ia goreng ini. Dia mematikan kompor dan meniriskan sosisnya.

"Ga tau, tadi aku sempet liat di deket martabak. Paling pulang kerumah neneknya. Eh tapi, tetehnya kan kerja. Kalo nggak ngekost kali," oceh Riyan. Chandra menunda pemikirannya ini. Masih ada anak orang yang harus dia kasih makan.

"Sek sebentar," Chandra meletakkan ponselnya, dia menyajikan dua piring sosis dan nasi untuk dua ponakannya. 

"Nek tak suruh disini sek mau gak yo?" perkataanya terputus. "Tapi gak enak sama bunda, nanti dikira ikut campur gimana?" ia masih berkalut dengan pikirannya.

"Nek gak tanya sek to, kan kamu kemarin juga ikut kesana. Menurutku sih, yo gak papa." but, masalahnya Chandra ga mau canggung sama bundanya Julian, gimana?

"La ayah sama bundamu?" lagi lagi pertanyaan ini. "Ayah kan pulang sabtu, bunda selesai dinas kalo ga sabtu ya minggu pagi," Riyan berdehem dari seberang sana. 

"Coba tanya dulu sana, kalo ga coba ke teh Jessi," sejenak Chandra melupakan dua makhluk mungil didepannya ini.  

"Yo nanti tak coba sek," entah apa yang akan dia bicarakan ke Julian, itu urusan nanti.

"Nek ada apa apa bilang, tak bantu," best friend nie ~

"Iyaa, thanks yok," Riyan menutup sambungan telephone. Chandra berusaha untuk tidak menghubungi Julian dulu. Ada dua anak manis yang  harus dia jaga.


Marvin duduk dibalkon dengan laptop dan secangkir kopi didepannya. Dia bergulat dengan pikirannya sejak tadi. Entahlah, apa yang dia lakukan di malam dingin seperti ini.

Kejadian tadi sore terngiang ngiang dikepalanya. Kejadian ketika kakaknya bilang.

"Chandra gemes banget ya," Theo melirik adiknya. "Kenapa? Suka?" ucapnya bercanda.

Theo bahkan ga duga kalo Jaydan akan mengangguk antusias itu. "Seriously?!" pekiknya. 

Marvin menatap kosong ke arah laptop dengan halaman film yang terbuka.

Maaf, Chandra 'gay'? Terakhir kali dia merenung memikirkan bagamana cara mendekati teman perempuan dikelas Marvin.

Emang ga aneh, hanya kurang umum saja? 

Marvin tau, kakaknya itu antusias. Mungkin sekarang Marvin harus mengalah lagi, karena ada hal yang memang 'mengharuskan' dia melakukan itu. 

Mungkin Marvin berpikir terlalu jauh sekarang. Belum tentu mereka jadikan? Belum tentu juga Chandra memilih itu. Mari kita akhiri pemikiran ini.


"Ayo tidur, udah jam sembilan," Chandra menaikkan keponakannya ke kasur dan mengambil ponselnya. Keduanya meringkup dalam selimut. Mari kita lakukan kegaiatan yang sempat tertunda tadi. 

Chandra membuka ponselnya. Dia keluar dari aplikasi youtube dan beralih ke telegram. Oh no, pesan yang tadi sempat dia kirim ke Julian bahkan belum dibaca. Telephone aja ya? Ok, coba dulu.

Tulisan berdering tertera dilayar ponselnya. Dia beralih ke whatsapp dan mengirim pesan ke kontak Julian. Delive, kenapa ga dibuka? Ayo positif thiking !

Masih belum berputus asa, Chandra menunggu panggilannya diangkat. Tapi sama saja, masih belum diangkat. 

Kalo dia telephone lagi, ganggu ga ya? Apa nanti lagi aja? Fine, Chandra akan menelphone nanti lagi. 

Satu episode, dua, tiga episode berlalu. Artinya hampir empat jam dia berkutat dengan drama yang ia tonton. 

Ponselnya berdering. Siapa yang menghubunginya sekarang? Nama Julian terpampang disana. Buru buru ia mem-pause video dan mengangkat telephonenya.  

"Halo? Kenapa Ndra?" dari suaranya, kelihatan baik baik aja.

"Eum," apa yang harus dia bilang sekarang? "Kakak gapapa kan?" ucapnya to the point. Julian terkekeh pelan.

"Gapapa ndut, kenapa emang? Kangen?" Chandra mencibikkan mulutnya. Kok bisa, Julian masih bercanda sekarang. 

"Kak bilang ke aku," suasananya canggung sekarang. "Masa aku harus tanya ke Riyan dulu. Chat aku ga dibales sama kakak, mungkin kalo kakak ga telephone aku sekarang nanti malem bakal overthiking akunya," hening sejenak. Julian bahkan belum mengeluarkan suaranya. 

Chandra hendak membuka mulutnya. "Maaf," Situasi yang aneh bagi Chandra.

"Bunda belum aku kasih tau kalo kamu ada sama aku dibawah kemaren. Semuanya masih tertutup tentang ayah," Seenggaknya, Chandra bisa memahami alasan ini.

"Jadi gitu," cicitnya. "Sekarang kakak dimana?"

"Didepan rumahmu."

[1] CHANDARA :: LEE HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang