Homophobic [BXB] (Completed)

10

Udah bisa dikomen gak sekarang?

"Minggir!"

"Minggir bangsat!"

"Budeg apa gimana sih lu?"

Siang ini Jaevin lagi-lagi harus ribut dan sumber keributan itu gak lain gak bukan adalah Ragil. Mereka adu mulut cuma karena masalah sepele, Jaevin pengen duduk di bangku nya tapi Ragil menghalangi. Penjelasan rincinya begini, Jaevin sebangku sama Niko, mereka berdua duduk deket dinding. Kursi Jaevin yang mepet di dinding, kan jalan satu-satunya buat menuju kursi itu ya harus lewat depan kursi Niko, masalahnya  kursi Niko sekarang didudukin Ragil dan anak itu gak mau ngasih jalan buat Jaevin.

"Cepet minggir gua mau nyatet tugas, nanti keburu abis jam istirahatnya!"

"Udah pw, males ngegeser pantat."

"Ragil, jangan sampai gua main kasar ke lu."

"Udah sih vin, duduk aja di pangkuannya Ragil," saran Dergan yang duduk nyante di kursi seberang kanan Ragil.

Ragil senyum cerah, "nah tuh pinter juga si Dergan, cini cayang dedih pangku."

"Jijik!"

Tapi namanya juga Ragil, dikatain pun dia gak peduli justru sekarang dia semena-mena narik pinggul Jaevin sampai anak itu duduk di pangkuan ilahi eh di pangkuan Ragil maksudnya.

"Lepasin, anjing!" Jaevin meronta-ronta, untungnya Ragil lebih kuat jadi tangan dia masih aja meluk erat pinggul Jaevin.

"Arghh!!! Ragil sialan!!"

"Lu sengaja gak bisa diem buat godain adek gua yang di bawah hm?" Bisik Ragil. Jaevin merinding, seketika dia diam duduk anteng ngerjain tugas. Dergan yang ngeliat semua kejadian itu cuma bisa terkikik geli sambil geleng-geleng kepala.

"Vin, nanti pulang sekolah jalan sama gua yuk."

"Dih tumben ngajakin gua jalan segala."

"Emang gak boleh apa?" Ragil meletakkan dagunya di bahu Jaevin.

"Muka lu jangan deket-deket, cok!"

"Biasa aja kali, kan cuma numpang naroh muka di bahu lu."

"Tapi muka kita kedeketan!"

"Oh, terus kalo muka kita deketan kenapa?" Suara Ragil merendah, dia menatap Jaevin dari samping. Tangan kanannya juga tergerak untuk menolehkan wajah Jaevin. Sekarang wajah kedua manusia berjakun itu saling tatap.

"Itu gak baik," jawab Jaevin dengan mata yang terkunci satu sama lain.

"Sisi mana yang gak baik?"

"Orang lain bakal berpikiran aneh."

"Oh?" Tatapan mata Ragil turun ke bawah lebih tepatnya ke bibir Jaevin lalu setelah itu tatapannya kembali ke pupil Jaevin. Untuk apa dia melakukan itu? Ntahlah, dia cuma pengen aja.

Lama mereka saling diam sambil tatap-tatapan sampai Jaevin mengernyit dan buka suara, "lu baik-baik aja? Jantung lu kok detak nya kerasa banget sampai punggung gua?"

"Anj!" Ragil gak sengaja dorong Jaevin setelah ngedenger omongan anak itu. Hasilnya dada Jaevin menghantam meja.

"Sakit, gila!"

"Sorry, mending lu duduk sendiri dah udahan aja acara pangkuan-pangkuannya," Ragil menyingkir memberi akses untuk Jaevin agar dia bisa duduk di kursinya sendiri.

"Salting lu?" Bisik Dergan.

"Kaga! Gua cuma takut disangka gay sama orang-orang yang ngeliatin gua sama dia."