Asoy juga vote-an kalian. Okkie, ku akan up cepat jg sesuai omongan di chapter sblmnya hehe~
Jam istirahat Ragil sama Dergan duduk di kursi depan kelas. Nyantai, biasanya sih Ragil pas istirahat demen nyamper Jaevin ke kelas tapi kan sekarang mereka lagi kemusuhan.
"Hoi!"
"Eh lu? Ngapain lu kesini?" Raut tak suka Ragil tampakkan ke orang yang barusan negur dia. Itu Alex musuh bebuyutan Ragil, kemaren-kemaren mereka gak teguran tapi ntah apa alasan Alex lewat dan nyapa Ragil.
"Kemana aja lu?"
"Bukan urusan lu, panjul."
Alex terkekeh, "gua liat-liat sekarang lu homo kan? Gimana rasanya anus cowo? Gak bau tai tuh kontol lu? Eh atau malah lu yang kena sodok ngahaha."
"Maksud lu?"
"Make nanya lagi, satu sekolah juga udah pada tau kalo lu ngehomo sama adek kelas itu!"
"Bangsat!" Ragil melayangkan satu bogeman ke wajah Alex bertepatan sama Jaevin dan Jessica yang baru aja pengen lewat situ.
"Nah, tuh homoan lu dateng," ucap Alex gak tau diri, padahal sudut bibirnya udah berdarah. Ragil emosi, dia menampari Alex brutal. Sumpah, Ragil memang masih manusia, diam-diam hatinya sakit dikatai begitu. Apalagi ini membawa-bawa homoseksual, Alex seperti membuka luka lama Ragil. Bertepatan dengan layangan-layangan pukulan itu, memori Ragil juga ikut bernostalgia.
Flashback
Ragil muda adalah anak yang pintar. Dia kutu buku berkaca mata tebal, temannya juga gak banyak cuma Dergan, tiap hari dihabisin sama belajar. Ragil punya ayah tiri, awalnya dia biasa aja sama ayah barunya itu sampai suatu kejadian merubah kehidupan. Malam itu seperti biasa Ragil sedang belajar lalu sang ayah tiri menghampiri.
"Lagi belajar, nak?"
"Iya, yah."
Sang ayah menempatkan diri di samping Ragil, "rajin banget ya kamu, cakep lagi."
Ragil tersenyum, "makasih."
Sang ayah mengusap pipi Ragil dan yang diusap mulai merasa risih pasalnya ayah semakin dekat serta mulai memegang tempat-tempat yang gak seharusnya, "ayah, aku pengen belajar kalo dipegang-pegang jadi gak fokus."
"Udah dulu aja belajarnya, mending main sama ayah," ayah tiri itu mengangkat tubuh Ragil lalu menghempaskannya ke kasur.
"Ragil masih mau belajar."
Sang ayah menuli dia malah menahan anak sambungnya itu dengan perlakuan kasar. Bahkan ayah juga sudah melucuti celana Ragil, "ayah jangan! Lepasin Ragil, aku gak mau, ARGHH–"
Malang nasib Ragil muda, malam itu dia harus diperkosa oleh ayah tirinya. Dia mengadukan hal tersebut ke mama nya tapi justru makin membuatnya terpukul karena mama gak mau ngelaporin kasus ini ke ranah hukum, mama melindungi suami barunya. Ragil muda merubah diri, dia membenci mama, dia takut sama cowo paruh baya yang baru ditemuin, dia gak suka belajar lagi, dia ubah dirinya, dia jadi brengsek dan suka main wanita.
Flashback off
"Ragil, stop!" Jaevin mencoba menghentikan Ragil yang sejak tadi memukuli Alex tanpa belas kasihan.
"Gak usah ikut campur lu bangsat!"
"Ragil, please dia udah mau mati lu pukulin," Jaevin gak tau apa yang harus dia lakuin tapi biasanya kalo di film-film memeluk itu bisa meredam emosi jadi sekarang Jaevin meluk Ragil dari belakang. Dergan sama Jessica serta siswa lain yang nonton cuma bisa melongo. Bener aja, Ragil jadi berhenti. Sejujurnya dia kaget sama perlakuan Jaevin jadi dia cuma bisa diem gak bergerak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Homophobic [BXB] (Completed)
Teen Fiction"Sekarangkan lu udah liat gua, mau apa lagi lu?" "Gak papa, gua mau liatin aja terus." "Homo lu kont-" sebelum keluar kata yang gak gak Niko udah duluan bekap mulut Jaevin. "Dek Jaevin dari kemaren kasar terus nanti kalo ngomong kotor lagi gua cium...