14

27.7K 4.9K 555
                                    

Pengen unpublish ceritanya, tapi masih sisa bbrpa chapter lagi buat end.

Jaevin udah sembuh dan bisa masuk sekolah. Sekarang aja dia lagi disambut ke empat temannya di depan kelas. Ada juga Jessica yang tersenyum cerah pas ngeliat Jaevin udah ada di sekolah.

"Haii Jaevin, udah sembuh total?" Sapa Jessica.

"Udah, jes."

"Gua bawain catatan beberapa hari ini selama lu gak masuk," Jessica menyerahkan beberapa buku.

Jaevin tersenyum sambil mengusap pelan pucuk kepala Jessica, "makasih ya."

"Ekhem! Ekhem! Aduh aduh apa nii," Sahrul berdehem kencang.

"Baru aja sembuh, balik ke sekolah tiba-tiba disambut doi, ya vin?" Timpal Airon.

"Kita mah apa, cuma sahabatnya," Niko ikut-ikutan mengejek Jaevin.

"Iyaa, kasian kita," Diki ikut menjawab omongan Niko.

"Bacot lu semua!" Jaevin memasuki kelas, dia gak mau denger ejekan temennya.
.

.

.

.

.

"Jaevin, gua bawa bekal nih mau makan bareng gak?" Tawar Jessica pas udah masuk jam istirahat.

Jaevin mana mungkin nyia-nyiain kesempatan emas begini jadi dia mengiyakan ajakan Jessica. Perempuan itu duduk di bangku sebelah Jaevin sambil membuka kotak bekalnya, ternyata isinya nasi goreng, bekal umum anak sekolahan.

"Lu bisa makan duluan," ucap Jessica malu-malu.

Jaevin tersenyum gemas melihat tingkah Jessica, "gak mau, ah."

Jessica terkejut, ketara banget dari ekspresi wajahnya, "kenapa?"

"Gak mau kalo gak disuapin."

Wajah Jessica seketika memerah, "lu seriusan mau disuapin sama gua?"

"Iya lah, gua kan abis sakit masa harus makan sendiri."

"Yaudah deh kalo gitu," dengan tangan yang sedikit tremor Jessica pelan-pelan nyuapin Jaevin dan Jaevin seneng banget nerima suapan itu.

"DEK JAE–" langkah semangat Ragil buat masuk ke kelas Jaevin berenti gitu aja pas ngeliat orang yang mau didatengin malah lagi berduaan sama cewe.

"Jaevin," panggil Ragil pas dia udah ada di dekat tempat duduk Jaevin.

"Apa?" Jaevin masih sibuk disuapin sama Jessica.

"Tadinya mau ngajakin ke kantin taunya udah makan disini."

"Ohh, sorry ya besok-besok lagi aja kalo gua ada waktu."

"Iya, pulang nanti bareng kan?"

Jaevin berpikir sebentar lalu bukannya menjawab Ragil, dia malah menatap Jessica, "jes, lu mau pulang bareng gua? Kebetulan gua tadi pagi bawa motor."

"Lu bawa motor? Kok gua gak tau?" Tanya Ragil lagi.

"Ya abis lu lama jemputnya jadi gua bawa motor sendiri aja daripada telat."

"Maaf, besok gak telat lagi dah."

Jaevin nyengir lebar bikin Ragil bingung, "besok lu gak perlu jemput gua lagi, gua bakal bawa motor sendiri."

"Seriusan?"

"Yoi, Jessica pulang bareng gua, ya?" Jaevin mengulangi penawarannya pada Jessica lalu perempuan itu mengangguk.

"Der, yok cabut," Ragil mengajak Dergan pergi dari kelas itu, ntah kenapa hati Ragil merasa kesal.

"Sial!" Umpat Ragil di pertengahan jalan sambil mengusak kasar rambutnya.

"Lu kenapa?"

"Apaan dah si Jaevin, lu liat tingkahnya gak? Kok dia jadi cuek gitu? Dasar gak tau diri kemaren-kemaren sama gua mulu giliran dapet cewe malah lupa temen!"

Dergan terdiam menatap Ragil sejenak, "lu cemburu kali tuh gara-gara dia deket sama cewe."

Ragil mencengkram kerah baju Dergan, nafasnya memburu, "jaga congor lu. Lu tau sendiri seberapa bencinya gua sama orang homo!"

"Ohoo dude, calm down," Dergan mencoba melepaskan cengkraman Ragil dari lehernya.

Waktu terus berjalan sampai tiba waktunya pulang sekolah. Seperti yang dijanjikan, Jaevin sekarang mengantarkan Jessica pulang.

"Vin, ini serius lu gak papa nganterin gua pulang? Lu kan abis sakit."

"Gua udah sembuh total kok, jes. Buktinya seharian ini gua baik-baik aja tuh di sekolah."

"Yaudah, bawa motornya pelan-pelan aja."

"Oh ya jes, itukan yang di buku catatan gua liat ada rumus pelajaran kimia. Gua boleh minta jelasin ke lu gak cara pemakaian rumusnya?"

"Boleh banget, kapan mau diajarinnya?"

"Malam nanti boleh? Kalo sore ini gua belum bilang sama bang Arvin, mau nelpon juga hp gua mati."

"Nanti malem boleh kok, dateng aja ke rumah gua."

"Siap."

Malemnya Jaevin udah rapi, ganteng, dan wangi pas mau otw ke rumah Jessica.

"Mau kemana lu?" Tegur Arvin.

"Kerumah calon bini, bang."

"Buset, ubun-ubun belom keras gegayaan lu mo punya bini."

"Sewot aja lu. Gua cabut, jangan macem-macem di rumah," pesan Jaevin sambil menapakkan kaki keluar.

"Iya iya, baru juga sembuh udah keluyuran."

Jaevin berangkat ke rumah Jessica dengan tujuan modus eh belajar kimia maksudnya. Sesampainya di rumah Jessica, Jaevin langsung dipersilahkan masuk lalu kedua muda mudi yang duduk di ruang tamu itu mulai belajar rumus kimia kaya kata Jaevin tadi sore.

"Nah yang kita bulatin ini nantinya di bagi lagi sama ini. Gampang kan?" Setelah panjang lebar menjelaskan, Jessica mengakhiri penjelasan dengan pertanyaan klasik.

"Iyaa, udah paham gua. Ternyata enak diajarin lu, gua jadi cepet paham," Jaevin menatap Jessica dengan senyuman di bibirnya.

"Ngajarin kamu juga enak, cepet nangkep apa yang dijelasin."

Jaevin menggeserkan diri agar duduknya lebih dekat dengan Jessica, "sejak kapan lu manggil gua pake kamu?"

Jessica yang menyadari itu langsung memalingkan wajah, malu! "Gak sengaja, barusan kebawa suasana."

"Gak usah malu," Jaevin menyentuh rahang Jessica, membawa wajah gadis itu agar kembali menatapnya. "Gua suka ngedenger lu manggil gua kaya gitu, mau manggil aku kamuan aja biar nyaman, hm?" Lanjut Jaevin.

"Emang gak papa kalo manggil kaya gitu?"

"Gak papa lah."

"Ok deh kalo gitu," Jessica tersenyum.

"Manis banget sih kamu," Jaevin mencubit pipi Jessica.

Mungkin banyak orang berpikir mereka ini kalo pacaran bakal jadi pasangan serasi. Yang satu ganteng, yang satu juga cantik. Belum lagi nama mereka juga sama-sama berawalan huruf J. Hmm.. lucu bukan?

Perhatian kepada penumpang kapal Ragil Jaevin harap berpegangan karena tampaknya kapal akan tergoncang oleh gelombang besar bahkan bisa-bisa kapal mereka malah tenggelam. Dimohon
kewaspadaannya.
Hehe~ voment yaa:3

Homophobic [BXB] (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang