Sepulang dari kegiatan bermain basket di sekolahnya, Jeno mengendarai motor sport miliknya menuju rumahnya.Rumah yang menurut Jeno bagaikan neraka, panas! Apalagi saat melihat mama nya bersama suami baru nya.
"Jeno, kamu sudah pulang, sini temani Papa main catur."
Jeno menghentikan langkahnya saat mendengar suara Papa nya, ralat Papa tiri nya.
Tanpa menjawab ataupun menoleh Jeno kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar. Untung Sion, mama nya sedang tidak berada dirumah, jika ada, mungkin Jeno akan terkena omelannya karena mengabaikan sapaan Papa barunya.
Jeno merebahkan tubuhnya di ranjang King size miliknya, matanya menatap langit-langit kamar.
"Papa," guman Jeno tersenyum sendu.
Siwon. Sosok papa yang luar biasa bagi Jeno, lelaki penyayang, pintar dan juga pengertian.
Dari dulu hingga sekarang Jeno masih belum bisa merelakan Papa nya yang telah tiada itu.Dari kecil hingga berumur 15 tahun Jeno hanya mendapatkan kasih sayang dari sang Papa, karena mamanya, Sion, hanya sibuk bekerja tanpa memikirkan bagimana perasaan Jeno kecil yang membutuhkan kasih sayang seorang ibu.
Jeno bangkit dari ranjang dan berjalan mendekati laci di sebelahnya, mengambil sebuah foto yang sudah lama ia simpan semenjak ke pergian Papanya.
Jeno tersenyum sendu dan mencium wajah tampan papa nya di dalam foto itu. Berusaha menyalurkan ke rinduan yang ia pendam, ia ingin sekali lagi merasakan kebersamaan sang Papa. Walau hanya sekedar melalui mimpi ia pun tak apa asalkan ia bisa merasakan kebersamaan itu lagi.
"Kamu masih menyimpan foto Papa kamu?"
Reflek Jeno menoleh saat suara mama nya terdengar dari ujung pintu.
"Jeno, kamu bisa nggak sih menghargai Papa baru kamu?! Stop mikirin papa kamu!"
Bentak Sion, dan itu semakin membuat Jeno marah."Mikirin perasaan Papa baru? Mama sadar nggak sih, seharusnya mama yang mikirin perasaan Jeno!" Jeno menatap Sion tajam. Rasa sopan untuk mama nya sudah tidak penting lagi bagi Jeno, dan itu bermula saat Jeno tau mama nya memliki pria lain selain Siwon papa kandungnya.
"Uang mungkin segalanya bagi mama, tapi bagi Jeno, uang sama sekali gak ada berarti nya! Dan Jeno akan selalu ingat, saat Mama rela ninggalin Papa demi pria kaya, seperti suami mama sekarang."
Teriak Jeno meluapkan amarah dalam dirinya. Selama ini dia sudah mencoba memendam kekesalannya pada mama nya tapi untuk sekarang Jeno sudah tidak bisa. Mata nya menatap nyalang kearah Sion yang terdiam membisu di tempatnya."Mama gak lebih seperti orang asing di kehidupan Jeno." tepat setelah mengucapkan itu, Jeno pergi dari kamarnya. Tanpa memperdulikan teriakan Sion yang menyuruh nya untuk berhenti.
Masih mengenakan seragam sekolah nya, Jeno pergi dari rumah menuju tempat di mana ia sering menghabiskan waktu nya bersama sang Papa dulu.
Papa nya bukan terlahir dari keluarga konglomerat, dan mungkin itu yang menjadi alasan mama nya tidak bisa mencintai Papa nya setulus hati.
Jeno berjanji pada dirinya sendiri,bahwa dia tidak akan pernah jatuh cinta. Karena cinta pernah membuat papa nya menderita dan dia tidak mau jika harus bernasib sama seperti Papa nya. Kebencian yang dirasakan jeno terhadap mama nya membuat hatinya membatu. Ya, Jeno pernah berjanji seperti itu, namun pada akhirnya Jeno juga mengingkari janjinya karena cinta."
___________________________________
Hanya berguling-guling didalam kamar lah yang bisa Jaemin lakukan sekarang, padahal ini baru jam depalan malam dan biasanya jam segini Jaemin akan berkumpul dengan teman-temannya. Namun semenjak ketahuan bermain di bar dan pulang malam, Papa nya benar-benar melarang Jaemin keluar malam lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danadyaksa Baswara [Nomin]
FanfictionIni cerita tentang Jaemin, Hendery dan juga Jeno. Jaemin yang memiliki kekasih ketua OSIS tampan seperti Hendery. Namun Hendery yang selalu menomor duakan Jaemin demi urusan sekolahnya. Lalu bagaimana hubungan antara Hendery dan Jaemin bisa bertahan...