Sign of liking?

812 97 8
                                    

Jaemin bersandar pada kap mobil sambil memainkan handphone, Jaemin hanya sendiri di sini, karena ke tiga sahabatnya sudah pulang duluan meninggalkan Jaemin yang masih memiliki satu masalah yang belum terselesaikan.

Hendery! Ya, itu masalahnya. Pria yang kini sedang ada rapat osis sepulang sekolah, namum Jaemin akan tetap setia menunggunya.

"Mau sampai kapan lo nungguin dia, emang dia masih mau sama lo, setelah apa yang Io lakuin ke Jisoo?"

Jaemin menghela napas nya kasar, menatap pria yang baru saja menghampiri nya dengan motor sport nya.

"Kalau mau pulang, pulang aja, gak usah urusin gue." sinis Jaemin menatap Jeno. Pria tampan yang saat ini berada tak jauh
dari Jaemin.

"Lo udah besar, ngapain harus di urusin."

"Lo pergi gak sekarang!" usir Jaemin mulai tak santai.

"Tanpa lo suruh, gue juga bakal pergi." Jeno kembali menjalankan motornya keluar dari area sekolah dengan kecepatan tinggi, meninggalkan Jaemin yang menatap kesal kepergiannya.

Sepeninggalan Jeno, Jaemin mulai mencerna setiap kata yang tadi di ucapkan Jeno.

Apa benar, Hendery akan memutuskanya setelah tau jika Jaemin melakukan hal pembullyan lagi pada kakak kelas.

Jaemin menggelengkan kepalanya cepat, berusaha tenang akan ketakutannya bila benar Hendery akan meninggalkan nya bila tau kebenarannya.

"Na, kamu kok masih di sini?" Jaemin yang sedang melamun, harus di kejutkan dengan kehadiran Hendery yang tiba tiba.

"Kenapa diem?"

"Aku mau tanya satu hal sama kamu." raut wajah Jaemin mendadak berubah serius.

"Besok aja. Sekarang kamu pulang, besok kamu ada ulangan kan?"

"Kamu habis nganterin Jisoo pulang?" bukanya menjawab, justru Jaemin langsung melayangakan pertanyaan balik.

"Iya, emang kenapa?"

"Semudah itu kamu ngejawabnya?" Jaemin menatap Hendery dengan pandangan tak percaya.

"Ya aku harus bilang apa, lagipula aku gak
mau bohongin kamu."

"Kalau kamu gak mau bohongi aku, kenapa kamu gak bilang dari awal sama aku." teriak Jaemin mengundang banyak perhatian dari siswa siswi yang masih berada di lingkungan sekolah.

"Aku gak bilang sama kamu karena aku takut kamu marah."

"Kalau kamu takut aku marah, terus kenapa kamu masih nganterin Jisoo, hah?" mata Jaemin kini telah berkaca kaca. Jaemin tidak bisa tenang sekarang, ia terlanjur emosi hingga tidak memperdulikan sekitarnya.

"Kenapa malah marah marah sih, ini cuma masalah nganterin doang Na, jadi kamu gak perlu besar besarin masalah kayak gini." sahut Hender sama emosinya dengan Jaemin.

"Dan sekarang kamu malah balik marah sama aku?"

"Aku gak akan marah kalau kamu gak kayak gini. Childish tau gak,"

"Terserah kamu aja lah." Jaemin langsung masuk ke dalam mobilnya dan menjalankan mobil nya dengan kecepatan tinggi keluar area sekolah.

Prasaan Jaemin benar benar sedang di aduk aduk saat ini, air matanya tidak bisa di bendung lagi, Jaemin kembali merasa sakit hati pada kekasihnya. Ia masih tidak mengerti pada dirinya sendiri, kenapa bisa ia secinta ini pada pria yang jelas jelas tidak pernah ada untuknya.

"Arghhh," Jaemin berteriak memukul keras stir mobil untuk melampiaskan amarahnya.

Jaemin menyetir mobil secara brutal dijalanan, bahkan Jaemin tidak memperdulikan keselamatanya yang terancam akibat kecepatan nya saat berkendara. Karena saat ini, hanya satu yang Jaemin pikirkan. Bagaimana caranya menyadarkan Hendery agar peka tehadap perasaanya. Tidak lagi acuh, dan seenaknya
sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Danadyaksa Baswara [Nomin] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang