Wkwk ada dn tdk ada yg baca ini certa tdk apa2,,,
💌 HAPPY READING 💌
Ceritanya aku udah keluar kan tuh dari ruangan Pak Daniel yang wangi Beauty Barn Home beserta wangi Mark 50%. Dibalik pintu aku membeku mendengar semua pernyataan beliau bahwasanya kontrakku bisa diperpanjang padahal minggu lalu beliau sempat mengintruksikan diriku untuk mencari karyawan baru untuk menggantikan posisiku di perusahaan ini. Selain dari itu, Mark ganteng banget tadi ganti gaya rambut, dia pikir dia cakep apa begitu? BANGET. Stress kali aku, tapi lebih stress lagi karena ruanganku sekarang berada di sebelah ruangan Mark.
REPEAT.
Gue bilang ruangan gue sekarang ada di samping ruangan Mark.
Ruangan aku dan Mark hanya dibatasi pintu kaca, yang mana aku bisa lihat cowok itu setiap detik, menit jam, selamanya. nGgaK Jg siE...
Ruanganku dua kali lipat lebih besar, AC sendiri nggak usah dibagi dua diskat-skat #sad, printer sendiri nggak usah pakai printer umum lagi #xixi, ada pot bunga #NggakPentingSih.
Jam makan siang itu, aku kembali memenuhi di salah satu satu meja yang sama dengan Yeri dan Koeun Mendengar kabar tadi pagi, keduanya terkejut. Mana naas banget hadiah anak-anak kantor pada ditarik semua bener-bener nggak ada ikhlas-ikhlasnya ngasih.
"Pak Daniel udah nggak nyari orang lagi berarti?" Tanya Koeun.
Aku mengangkat bahuku, "Nggak tahu deh, tapi bagus lah, jadinya Mark nggak usah handle interview sama cewek-cewek cakep di luar sana." Jawabku.
"Bukanya Pak Hanbin masih nyari sekretaris, ya?" Sela Yeri.
"Udah ada kandidat?" Tanyaku.
"Gue nggak tahu sih sejujurnya," Jawab Yeri.
Alasan pemindahan ruang kerjaku bukan semata-mata karena iseng, setelah menandatangani kontrak baru, aku setengah mati terkejut karena jabatanku sekarang dipindahkan menjadi Manajer Pemasaran #edanbetyekanceritanye Mark yang mempertimbangkan, karena dari hasil laporan bagian pemasaran setiap harinya, penjualanku yang memiliki pengingkatan paling melejit. Karena sejujurnya, aku masih belum bisa meninggalkan beberapa customerku.
"Terus hari pertama lo dapet ruangan sebelah Mark gimana rasanya?" Tanya Koeun tiba-tba. Melenceng jauh dari pembahasan tapi feels good.
"Tipes kali dia," Jawab Yeri.
Sejujurnya aku masih nggak tahu wong hari ini aku nggak stay diruanganku, selain bolak-balik mindahin barang-barangku yang ada di ruangan sebelumnya, Mark juga nggak ada di ruangannya seharian ini.
Aku cuma bisa lihat tas dia di ruangannya.
#AgakSad
Sejujurnya sedih sih harus ninggalin anak-anak yang dulu satu ruangan sama aku, kayak Lucas, Koeun dan Mba Jisoo. Soalnya kalau udah ngantuk suka nggak jadi, selalu aja si Lucas bikin ketawa, dan aku harus ninggalin stiker meja Mba Jisoo yang berbunyi,
"Kita harus tetap kerja, biar Pak Boss bisa bayar cicilan mobil barunya."
ATAU
"Tetap bekerja walau yang sukses tetap orang lain."
ATAU
"Kerja, tapi duitnya kayak orang nganggur."
Dan sebagainya.
Pernah disinggung tuh sama si Pak Doyoung,
"Lu tuh nggak takut dipecat?" Mba Jisoo kalem aja toh emang Pak Daniel atau Pak Hanbin bakal main ke divisi kita? Kan enggak ye?
Back to Mark.
"Ini tuh bisa jadi hilal lo bisa pacaran or at least deket sama Mark? Menurut lo gimana ?" Tanya Yeri.
Yeri nanya aku? Aku nanya siapa coba? Buku harian nayla?
"Etapi tapi tapi, emangnya gue cocok apa sama Mark? Namanya terlalu BPK Penabur gak sie kalo ntar gue buat undangan?"
Yeri sama Koeun langsung capek.
Seseorang menepuk pundakku, dan kudapati dia adalah Bu Wendy.
"Kamu tuh Feb, katanya dipanggil Pak Mark." Katanya dan berlalu bahkan sebelum aku mengangguk. Aku mematung, dan mengedarkan pandanganku kepada wajah Yeri dan Koeun yang juga sama tegangnya.
"Duh kayaknya kita tuh emang jangan sembarangan ngobrolin orang deh," Kata Koeun ketar-ketir. Aku berusaha berdiri untuk mencoba menghampiri Mark yang demi Tuhan aku nggak tahu juga dia dimana.
"Semangat Feb." Kata Yeri kenapa juga disemangatin?
"Gue akan beristigfar sepanjang perjalanan, doain gue."
Sebelum akhirnya aku menghampiri Mark, aku menghampiri meja Bu Wendy terlebih dahulu.
"Bu, maaf dimana katanya saya harus nemuin Mark?"
"Sorry maksudnya Pak Mark."
"Oh dia masih diruangannya pas tadi saya mau kesini."
Dengan gerakan bergegas, aku langsung menghampiri orang yang dimaksud, nggak tahu ada apaan ini apakah gw akan dilamar? #NgkMungkinSie
Seperti apa yang Bu Wendy katakan, Mark ada di ruangannya, dirinya masih anteng dengan sesuatu yang dia anggap penting di dalam komputer kerjanya. Dengan sebuah bekal makan siang di samping berkas-berkas yang sedang dia kerjakan.
Dih siape tuh yang nyiapin?
Aku mengetuk pintu kaca ruangannya,
"Manggil saya, Pak?" Tanyaku yang aku yakini suaranya nggak dia dengar.
Mark memberi sign untukku segera masuk ke dalam.
Aku berdiri di depan meja kerjanya, sedangkan Mark belum juga bicara. Cukup lama aku berdiri sampai akhirnya Mark mengklik tombol enter dan dirinya terlihat bernafas dengan lega. Lumayan lah 1 menit waktu istirahat gue kebuang gini.
Mark akhirnya melihatku dan kemudian merogoh kantung jas kerjanya. Dirinya meletakan sesuau di atas meja dan hal itu membuatku kaget setengah mati.
"Saya nggak ngerti motifnya apa, saya nemu di meja kantor saya, ada nama kamu." Kata Mark dengan menyodorkan sebuah surat,
Aku yang masih kaget merolling otakku memutar kejadian kemarin sore di kost-an. Bahwasannya aku menulis surat itu disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓.) Mark, Someone Who Always On My Mind
Fanfic𝗦𝗨𝗠𝗠𝗔𝗥𝗬 : Bekerja di satu perusahaan dengan seseorang yang aku dambakan sejak 12 tahun yang lalu adalah sebuah privillege hidup yang mungkin nggak bisa orang lain dapatkan, namun pada akhirnya takdir yang terdengar mulus itu justru membawaku...