○●○
Cukup lama aku bengong di atas tempat tidurku. Beberapa baju sudah aku rapikan hari ini jam 3 pagi tadi karena besok hari adalah hari keberangkatanku pulang.
Berpikir untuk menampar diriku sendiri agar tersadar dari apa yang telah aku lalui SELAMA ITU dan itu adalah khayalan semata. Litereli khayalan semata alias semua ini cuma nama dari salah satu unit NCT alias DREAM.
Ya, mimpi.
Cukup aneh aja kalau semua ini mimpi aku sempet nyangka aku abis bangun dari mati suri.
Bahkan kertas untuk Pak Mark masih ada di tanganku dan hubungan keakraban yang terbangun antara aku dan Mark itu tidak pernah ada <based on true story>.
***
Pagi datang dan di depan cermin aku masih memandangi diriku sendiri dan enggan menerima kenyataan kalau semua yang sudah aku lalui selama ini adalah palsu.
Maksudnya, kenyataan aku makan bareng Mark, aku satu mobil sama Mark, ditolongin Mark, ngobrol santai bareng Mark dan ditemenin lembur sama Mark itu nggak pernah ada dan itu nakutin.
Kayaknya aku udah gila, umur-umur segini emang lagi gila-gilanya.
Tapi waktu nggak bisa menungguku lebih lama lagi untuk aku menerima kenyataan. Aku harus ke kantor untuk membenahi semua barangku dan mengucapkan salam perpisahan kepada semua karyawan.
Urusan nanti aku dipanggil sama Pak Daniel ke ruangan seperti dalam mimpi sih gimana nanti. #ngarep
Dengan motor matic seperti biasa aku melaju menuju kantor.
Ketika sampai, beberapa orang yang <bisa dibilang akrab denganku> langsung menotice kedataganku.
Aku datang sedikit agak terlambat dari biasanya, membuat seluruh karyawan dari divisiku sudah mengumpul dan memulai waktu untuk bekerja.
Termasuk Mark. Mark aku lihat sedang berjalan menuju lift untuk mencapai ruangan di lantai dua. Tanpa menoleh ke arahku. Sikapnya seperti biasanya, cuek.
Kemudian aku meraih selembar note yang tadinya mau aku beri kepada cowok itu dari dalam saku celana. Jawabannya sudah pasti jelas aku akan mengurungkan niatku untuk memberikannya kepada blio.
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓.) Mark, Someone Who Always On My Mind
Fanfic𝗦𝗨𝗠𝗠𝗔𝗥𝗬 : Bekerja di satu perusahaan dengan seseorang yang aku dambakan sejak 12 tahun yang lalu adalah sebuah privillege hidup yang mungkin nggak bisa orang lain dapatkan, namun pada akhirnya takdir yang terdengar mulus itu justru membawaku...