𝗦𝗨𝗠𝗠𝗔𝗥𝗬 :
Bekerja di satu perusahaan dengan seseorang yang aku dambakan sejak 12 tahun yang lalu adalah sebuah privillege hidup yang mungkin nggak bisa orang lain dapatkan, namun pada akhirnya takdir yang terdengar mulus itu justru membawaku...
Desas desus Assistant manager merangkap Sekretaris pengganti Naeun sudah pasti masuk ke dalam telinga bagian kanan seluruh karyawan termasuk aku.
Sekalipun Mark belum juga cerita <karena memang nggak ada benang merah yang mengharuskan dia ngomongin Pak Taeyong> ke aku.
Mark mengirimi text yang isinya "dibantu ya Gisellenya" gitu katanya. Nggak tahu juga tuh kenapa malah hiring staf yang padahal nggak lagi dibutuhin amat.
Tapi tadi kata Mba Mina kan selagi nunggu Karin pindah, nah, pindah kemana toh? Ke ruangan yang berbeda atau perusahaan yang berbeda?
Malam ini, aku ambil lembur karena ada schedule yang besok pagi harus langsung aku kasih ke atasan.
Giselle si anak baru udah pasti pulang duluan, bahkan beberapa karyawan lain. Dia aku lihat jam 16.59 udah tinggal klik lagu Blackpink aja di komputernya alias Shut Down.
Anak baru jaman sekarang kok pada Tenggo <teng langsung go>? Dulu aku pas jadi anak baru nunggu diusir dulu baru pulang.
Setelah selesai satu materi, akhirnya aku bisa meregangkan otot-ototku. Bahkan saking fokusnya, aku nggak tahu kalau ini sudah jam delapan malam dan lampu ruangan di lantai dua hanya beberapa yang menyala.
Kabar burung tentang hantu-hantu kantor mulai memebani isi otakku. Takut tiba-tiba ada yang merangkak dari kolong meja kantorku aw TBL.
Namun, suara ketikan di atas keyboard Laptop seseorang langsung menyita perhatian.
Aku langsung :
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ke ruangan meeting yang ada di luar ruanganku yang ternyata masih menyala.
Dengan menyetel lagu You're Gonna Live Forever In Me, aku lihat ada WOW?? MARK???
Tapi aku takut, dia Mark atau justru bukan, ya? Kalau dia bukan Mark mungkin sebentar lagi aku bakal masuk youtubenya Hirotada Radifan atau Nadia Omara.
Tapi ketika aku pastiin mukanya, ternyata masih GANTENG dan pasti Mark.
Mark menikmati setiap apa yang sedang dia kerjakan. Didukung oleh minuman sejenis kopi atau mungkin teh yang ada di samping laptopnya membuatku berpikir bahwa dirinya juga mendapati kesibukan yang sama denganku.
Aku nggak tahu juga sih dia tahu aku di sini atau nggak. Aku pikir pasti tahu, karena ruanganku bahkan masih menyala.
Banyak alasan untuk aku memutuskan untuk mengakhiri pekerjaanku sampai malam ini akhirnya, salah satunya karena aku mengantuk. Sumpah ngantuknya kayak abis begadang jagain kotak suara.
Kurasa sudah cukup laporan yang aku buat untuk besok aku berikan kepada Pak Jackson.
Aku mulai mematikan laptopku dan merapikan semua benda yang ada di atas meja.