Happy Reading ❤Saat ini Santhi masih bersama Sapta. Dia begitu perhatian dengan Santhi, ya meskipun mereka baru saja mengenal satu sama lain. Santhi yang tengah berada Di dalam mobil bersama Sapta yang sedang mengendarai mobilnya membuat situasi mereka menjadi canggung. Kesunyian yang melanda mereka berdua membuat Sapta melirik ke arah cewek itu lalu mendahului parcakapan agar tidak terasa sedang berada di kuburan.
"Eh, elo baik-baik aja kan? Atau gue bawa lo ke rumah sakit dulu."
"Nggak usah, anter gue aja udah cukup," ucap Santhi sama sekali tidak menoleh ke arah Sapta sementara Sapta yang dari tadi menoleh gadis itu, melihatnya dengan penuh kekhawatiran.
"Oh, Iya lo turunin gue aja di pertigaan sini," Santhi seraya menunjukkan arah jalan dengan menggunakan tangan di jari telunjuknya.
"Loh, gue mau nganterin lo sampai rumah."
"Gue bilang nggak usah, pokoknya lo turunin gue di depan," ucapannya yang begitu tegas.
"Nggak, gue nggak bakalan biarin lo sendirian pulang."
"Sap, plis turunin gue di sini, lagian lo nggak tau kan rumah gue. Gue baik-baik aja Sap," ucap Santhi langsung menoleh ke arah Sapta yang tadi pandangannya hanya tertuju lurus ke depan.
"Oke kalau lo nggak mau nurunin gue disini, gue bakalan loncat sekarang," kata Santhi yang ingin meloncat ke arah pintu mobil yang kini mobil tersebut masih berjalan.
"Coba aja," balas Sapta dengan menyunggingkan senyuman di wajahnya.
Sontak Sapta langsung mengunci pintu mobil depan yang di duduki oleh Santhi. Gadis itu terperangah setelah membuka pintu mobil ini dengan berulang kali namun tidak ada hasilnya. Sialan ! Dan itu membuat Santhi pun menoleh ke arah Sapta yang saat ini begitu santai. Gadis itu sangat kesal dengan lelaki di sampingnya merasa dirinya terkungkung di dalam mobil berdua dengan cowok yang baru ia kenal.
"Kenapa ?!" kata Sapta yang melihat gadis itu terus menerus melirik ke arah Sapta dengan raut wajah kesal.
"Mau lo apaan sih."
"Mau gue... lo diam, duduk santai."
"Rumah lo di mana ?" tanyanya Sapta.
"Perumahan elit."
"Oh, oke."
Dengan wajah cemburut Santhi sekonyong-konyong mengganggu konsentrasi Sapta menyetir mobilnya dengan memegang setir mobil ia menggerak-gerakkannya secara paksa sehingga berbelok-belok tidak menentu arah. Sementara Sapta yang mencoba untuk menenangkan gadis ini dengan berusaha menyingkirkan tangannya.
"San lo apaan sih, entar kita berdua bisa mati. Minggir," sapta yang berusaha menyingkirkan tangannya.
"Sap, pokoknya lo harus nurunin gue di sini," jeritnya Santhi dengan menggerakkan setir mobil sehingga mobil pun oleng bergerak ke kanan maupun ke kiri.
Tubuh Santhi yang sedikit di condongkan ke arah Sapta dan cewek itu yang terus menerus berada di dekat Sapta. Hingga ia pun merasakan aroma parfum yang begitu tajam di hidungnya mencoba ingin memberhentikan mobil ini secara paksa. Mobil yang kian menjadi oleng berbelok ke kiri dan ke kanan secara tidak teratur. Sehingga Sapta memilih untuk langsung menginjak pedal reem bagian bawah hingga mobil pun terhenti secara mendadak dan kian membuat Santhi sekonyong-konyong mencium pipi Sapta di sebelah kanan. Sapta sontak terkejut begitu pula Santhi yang hendak tidak menyangka akan seperti ini endingnya. Dua insan yang kini di landa keheningan dan bergeming seketika. Mereka menjadi speechlees, di detik kemudian Santhi langsung menjauhkan dirinya dari Sapta. Akibat ciumannya gadis itu lantas menyumpal bibirnya dengan belalaian jari tangannya. Sementara Sapta yang kini wajahnya memerah setelah gadis yang berada di sampingnya mencium pipinya itu. Berusaha untuk bersikap tenang dan bersikap seperti biasa-biasa saja seolah-olah tidak ada kejadian apapun. Sapta yang kini sedang memposisikan tubuhnya dengan benar kemudian sontak berdeham.