4. Getaran Cinta

3 1 0
                                    

   
      Hari pun mulai pagi, matahari kentara tepat di atas ubun-ubun gadis itu. Dari tadi terdengar kalau jam bekernya bertalu-talu berdering namun cewek itu masih tertidur lelap. Kemarin dia tidak bisa tidur hanya tercenung kemudian merasa kantuk lantas gadis itu pun tanpa sadar tidur dengan sendirinya di waktu tengah malam. Suara jam beker itu masih berbunyi tapi cewek itu masih terlelap seperti orang yang sedang bermimpi dari alam bawah sadar. Seiring berjalannya waktu langit yang kian mulai cerah tapi tak sedikit pun ia merasakan hangatnya matahari di sela-sela fentilasi jendela yang menyinarinya. Kian beberapa detik kemudian gadis itu mulai membuka matanya yang tadi masih memicingkannya. Terbangun dengan mencoba membuka matanya secara perlahan-lahan, meski berat tapi ia harus bangkit dari tidurnya yang terlentang.


"Ini jam berapa ?!" Santhi dengan suara seraknya seraya menguap lalu mengucek-ngucek kelopak matanya.

Wanita itu sangat lesu mencoba untuk bangun kemudian duduk di tempat tidurnya sambil melihat jam bekernya.

"Astaga, jam 10 ?!" Santhi sedikit terkejut lalu berjalan tertuju ke jendala kamarnya, membuka tirai melihat matahari sudah terik.

"Ini jam 10 lagi, gue nggak biasa-biasanya begini. Kelas udah di mulai jam 9 gue harusnya udah di kampus."

Santhi langsung bergegas lari terbirit-birit sontak mengambil handuk kemudian memasuki kamar mandi. Usai mandi gadis itu kini memakai baju dengan diluarnya memakai kemeja hitam, putih berbentuk kotak-kotak. Kemudian mengenakan sepatu putih kekinian dan celana jins panjang berwarna biru muda.

Dengan gesitnya Santhi pun memesan ojek online melalui telepon genggamnya, ia tidak mempunyai motor atau mobil yang bisa ia kendarai hanya memilih untuk memesan ojek online atau apapun seadanya.Hari kemarin dia bisa lebih cepat ke kampus karena cewek itu di antarkan ke sana ke mari oleh suruhan ayahnya hanya satu hari penuh.

Sesampai Santhi di kampus dia tergesa-gesa dengan napasnya yang tidak beraturan. Dia memilih untuk ke perpustakaan membaca buku dari pada harus ke kantin melihat kedua temannya. Lagi pula dia hanya bolos di satu mata kuliah saja yang harusnya cewek itu memasuki kelas di jam sembilan pagi. Ketelatannya membuat ia berpikir terpaku diam duduk di kursi perpustakaan.

"Gue kenapa bisa telat ya. Kemarin gue begadang cuma mikirin Sapta, aduh kepala gue mulai nggak bener nih," Santhi seraya menoyor kepalanya.

Tiba-tiba suara berdering asalnya dari handphone Santhi.

Santhi : halo.

Cleo : San lo nggak ngampus hari ini ?! Gue sampai heran kenapa lo nggak ada di kelas.

Santhi : Sorry deh, gue telat bangun kemarin nggak bisa tidur.

Cleo : Oh.. gue kira lo sakit. Soalnya tadi Pak Rudi heran gitu lo nggak ada di kelas dan nanti jam 11 ada materi tambahan lagi dari Pak Rudi loh, ingat itu mata kuliah penting. Bisa-bisanya lo nggak masuk kelas tadi.

Santhi : oh, ya Cle thanks buat infonya. Nanti gue minta catatan lo ya yang tadi."

Cleo : Oke San.

Tuttt........

Mereka pun memutuskan pembicaraanya lewat telepon genggamnya.

"Duh gawat nih, kayaknya gue bakalan di marah sama Pak Rudi, apalagi itu dosen mata kuliah penting." Santhi berbicara sendiri dengan ekspresi wajahnya ketakutan.

Santhi memutuskan untuk menutup buku yang tadi di bacanya lalu beranjak pergi menuju ke kantin.

Di sana terdapat Cleo, Kinan dan Sapta yang kini sedang duduk di kursi kantin. Sementara teman Sapta yang bernama Roy dan Janson berdiri di samping Sapta.

SAPTHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang