Hari ini Santhi ada kelas mata kuliah namun waktunya lebih siang dari hari kemarin. Sehingga Santhi pun kebih santai untuk berangkat kuliah, tapi tetap saja dia bangun dengan lebih pagi. Saat ini tepat di jam 6 pagi cewek itu beranjak dari tempat tidurnya. Ingin melakukan aktivitas rumahnya seperti membersihkan di setiap sudut ruangan rumahnya.Satu jam telah selesai di pergunakannya untuk membersihkan seluruh ruangan. Lalu gadis itu tak lupa untuk menyiram halaman rumahnya. Santhi berpikir di halaman rumahnya hanya sedikit saja ada tanaman bunga padahal halamannya luas. Sehingga dia memutuskan untuk berkebun sesaat ingin menanami beberapa biji buah-buahan yang ada di kulkasnya. Dia menanam biji buah tomat tentunya itu bisa menghemat keuangannya. Tidak perlu lagi untuk membeli buah-buahan di supermarket.
Usai berkebun sedikit, tak lupa dia melihat waktu saat ini yang sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Perutnya sudah lapar sehingga dia bergegas untuk membuat makanan kesukaannya. Makanan kesukaannya hanya satu Nasi goreng. Bumbu yang dia racik hanya seorang diri. Meskipun makanannya itu tidak seenak buatan Sapta yang telah membuat dirinya lebih suka akan masakan cowok itu.
Menikmati segelas jus melon dan Nasi goreng. Membuat dia teringat dengan Sapta yang merasa bahwa Santhi telah berjibun dengan lelaki itu. Setelah Santhi usai makan lantas dia pun ingin mencuci piring. Sontak disaat dia ingin membilas piring itu tiba-tiba dia mendengar suara bel rumahnya yang berbunyi.
Kian membuatnya pun langsung bergegas untuk membuka pintu depan rumah. Setelah membuka pintu depan terlihat wanita paruh baya berdiri di hadapannya. Ternyata seorang perempuan itu ialah Bik Inah. Bu Mala yang telah menyuruhnya ke Jakarta untuk menemani Santhi.
"Halo non, maaf teh bibik datengnya kesiangan."
"Nggak bik, ini masih jam sembilan pagi kok. Silakan bik masuk."
"Wah non, ini rumahnya besar banget ya, pantas saja nyonya suruh saya ke sini."
"Iya, saya juga bingung kenapa mama memilih rumah segede ini. Padahal saya kan cuma tinggal sendiri."
"Iya non."
"Ya sudah saya antar bibik ke kamar ya."
Santhi mengantarkan Bik Inah langsung ke kamarnya yang terletak di lantai bawah. Dia sangat sopan dengan Bik Inah meskipun dia hanyalah seorang pembantu karena Santhi sudah menganggap Bik Inah seperti orangtuanya.
"Non rumahnya bersih banget ya."
"Eh iya bik. Saya baru saja habis bersih-bersih di rumah."
"Oh, pantes teh. Bersih banget ya, non hebat bisa bersihin rumah segede ini."
"Iya bik, tapi waktunya bakalan lama untuk ngebersihin semua ruangan di rumah ini."
"Iya bener teh. Oh, ya non ngomong-ngomong non nggak pergi kuliah ?" tanya Bik Inah.
"Nih baru aja saya pengen mandi."
"Oh, gitu. Tapi bentar teh non, nyonya ada nitip sesuatu buat non Santhi."
"Apa ?"
"Non Santhi tunggu dulu ya bibik ambil dulu di dalam tas bibik."
"Iya bik."
Santhi sembari menunggu Bik Inah di depan kamarnya.
"Ini non," ucap Bik Inah seraya menyerahkan satu bungkusan plastik tebal yang entah tidak tahu apa isi dari dalamnya.
"Makasi bik, tapi ini apa bik ?" tanya Santhi.
"Nggak tau teh bibik. Tapi kata nyonya non harus pakai sekarang yang ada di dalam ini dan nggak boleh nolak buat pakainya."