"satu"

3.2K 154 0
                                    


                         

Pada usiaku yang sudah tak lagi muda ini, aku memutuskan untuk memilih jalan sebagai atlet. Aku punya orang tua yang lengkap-hampir punya segalanya. Ayahku seorang nahkoda kapal pesiar, setiap bulannya Ia hanya bisa pulang untuk beberapa hari saja. Ibuku seorang istri biasa, menjaga agar rumah tangga keluarga kami terus berjalan seperti seharusnya.

Aku bersekolah hingga bergelar sarjana Komunikasi, bahkan aku lulusan terbaik saat itu. Aku tidak punya saudara, anak tunggal yang sebenarnya tidak diharapkan. Mungkin kejam apabila aku ini menggolongkan aku sebagai anak yang tidak dianggap, namun kurang lebih memang seperti itu keadaannya.

Ayah bukan orang tua yang diktaktor, mungkin beliau sadar kalau beliau juga tidak bisa memberikan aku kasih sayang yang se-utuhnya. Namun ibu bukan seorang wanita yang penyayang. Ibu menginginkan anak pertama dalam keluarga kami adalah laki-laki namun Tuhan justru menghadirkan aku dengan segala "ke-istimewaan-nya' dan pada saat umurku genap yang ketujuh, Ibu divonis menderita kanker rahim, lantas mau tidak mau rahimnya harus diangkat.

Mungkin bukan beban hidup yang berat, aku punya apapun yang aku butuhkan dalam hidup-makan sepuluh kali sehari saja sudah pasti ayahku menyanggupi. Tapi kenyataannya kalau seorang ibuku saja tidak menyukai kehadiranku? Menjadi anak yang pantas disayangi Ibu merupakan hal yang berat. Saat itu aku sudah selesai berkuliah dan tawaran bekerja dari kolega keluargaku seakan mengalir menujuku. Entah mengapa, bukannya bersyukur atas kemudahan dalam mencari kerja, aku malah ingin mencari sesuatu yang lain. Aku tidak terikat apapun-justru karena Ibu yang tak terlalu memperdulikan aku, aku dapat leluasa dalam menentukan segalanya. Namun aku merasa kalau hidupku sedemikian statisnya, tidak ada sebuah tujuan atau garis akhir yang hendak aku tuju. Lantas aku terus berpikir, apa sebenarnya makna hidupku ? sudahkah aku bahagia dalam menjalani hidup ini ?

¤¤¤

Musim panas yang baru saja berlalu. Teman ayah, Nyonya Selly namanya. Ia yang membimbingku dalam olahraga bersenjata ini. Ia yang mengajariku dasar-dasar dalam bermain anggar. Aku yang awalnya buta dalam hal olahraga pun, perlahan-lahan mampu menguasai teknik bermain anggar. Aku memberitahukan ini kepada Ibu namun beliau seolah tuli. Tak banyak yang Ibu sampaikan kepadaku, namun aku bisa simpulkan kalau Ibu tak terlalu tertarik pada apapun yang aku jalani. Hingga pada akhir tahun itu, aku didaftarkan menjadi murid salah satu klub permainan anggar. Pak Rudolf sendiri mengenal ayahku dengan baik, Ia menyayangkan keputusanku. Katanya aku ini anak orang kaya yang tidak seharusnya repot-repot menjadi atlet agar punya uang banyak. Mungkin awalnya aku berpikir kalau olahraga ini jadi hobi saja, lagipula aku tidak pernah berpikir untuk mencari penghasilan sebagai pemain anggar. Namun Pak Rudolf juga tak kalah menyakinkan aku pada keputusanku ini.

Cahaya mentari menerpa saat aku membuka pintu mobilku dan pagi hari di minggu awal bulan Januari itulah aku mempunyai kesempatan untuk mengenal Rebecca. Hidupku mungkin tidak berputar sampai tiga ratus enam puluh derajat, namun yang pasti kehadirannya dalam hidupku telah mengubah segalanya.

¤¤¤

Tak banyak yang bisa aku ceritakan-aku tak punya rangkaian kata yang indah-indah. Satu hari ini aku sudah artikan menjadi amat penat, tiga bulan kedepan olimpiade ke-negaraan adalah agenda utama dan cercaaan dari pelatih hari ini bukan menjadi encouragement untukku. Mereka mungkin akan sangat iri, aku satu-satunya atlet yang dikirim oleh negara untuk mengikuti olimpiade Fencing bertingkat dunia yang diselenggarakan di Thailand.

"pulanglah, mandi dan beristirahat !"

Latihan hari itu selesai oleh suara membentak Pak Rudolf. Aku duduk sembarangan dibawah, kubuang pedang ke lantai begitu saja. Aku sudah muak, aku punya rasa lelah. Terlebih ini semua tak pantas aku dapatkan, aku bukan orang yang tepat untuk berada disana nanti. Seharusnya bukan aku yang dikirim, bukan aku yang jadi wakil. Kupandangi sisi ruang latihan yang begitu luas, mungkin sebentar lagi dia datang.

My Last Decision (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang