"dua"

1K 104 0
                                    

Aku baru bangun pukul tujuh malam, what a lovely nap. Besok adalah hari ulang tahun Becky dan satu hari ini aku sudah menghilang. Tidak datang latihan, mematikan ponselku dan bahkan bekerja sama dengan seluruh anggota klub agar 'melupakan' hari yang amat berarti untuknya itu. Aku bisa bayangkan wajahnya yang cantik itu jadi menyeramkan karena kesal padaku. It's gonna be great !

Kira-kira apa hadiah yang akan aku berikan untuknya ? Aku sedikit menyesal, akhir-akhir ini kami justru banyak bertengkar. Apalagi semenjak hubungan kami ini mencapai tahun ketiga-nya, ultimatum dari ayah dan ibunya semakin memekakkan telinga. Seperti kebanyakan pasangan lainnya yang sudah lama bersama; we fight we break up, we kiss we make up. Bukan aku tidak berniat menikahi nya, namun melihat ke dua orang tuaku yang tak pernah ada waktu untuk anaknya ini, apakah akan mudah? Namun sungguh aku harap diusianya yang ke-22 ini, dia selalu menemukan bahagia. Aku tentu berharap kalau bahagianya itu adalah aku tapi seandainya tidak, aku hanya ingin dia tahu kalau aku sangat mencintainya.

"mungkin.. anda harus berikan dia kucing"

Itu ucap penjaga pet shop kepadaku setelah aku minta pendapatnya tentang binatang apa yang tepat sesuai dengan kepribadian Becky. Dia perempuan tegas tapi penyayang serta tidak mempunyai rasa takut yang berlebihan. Aku tidak yakin pada kucing, dia mungkin nampak baik-baik saja kalau pun memelihara anak macan.
Aku pilih se-ekor anak kucing ras persia. Bulunya abu-abu, matanya coklat dan senang diajak bermain. Aku harap Becky menyukainya. Setelah membungkus anak kucing ini dalam kotak yang berlubang, aku segera membeli kue untuknya. Kita lihat, apakah malam ini dia bisa lebih cinta padaku atau tidak ?

Sebentar lagi sudah lewat tengah malam. Aku juga sudah stand-by dengan kue dan lilin yang menyala didepan rumah Becky. Tidak perlu siapa-siapa kali ini, aku hanya ingin kami berdua dalam perayaan pergantian umurnya. Aku bersyukur karena anak kucing ini sudah tertidur pulas, dia tidak perlu untuk me-ngeong membangunkan Becky. Tinggal lima menit lagi pukul dua belas malam. Aku tekan bel rumahnya berulang kali, terserah dia mau meracau seperti apa nanti.

Pintu terbuka dan aku sempat lihat wajah mengantuk-murka-kemudian-terkejut ala Becky pada malam itu. "no way !" pekiknya padaku. Aku tertawa puas, dia nampak bersukacita menyambutku.

"come on, make a wish" ucapku padanya. Dia masih mencoba mengendalikan dirinya itu dari kegembiraan. Becky menutup matanya sejenak dan disaat itulah aku bisa melihat wajahnya yang begitu cantik walau dengan mata terpejam dan disinari cahaya redup dari lilin-lilin kecil ini saja. Dia tiup lilin itu, kami malah saling bertatapan. Saking terharunya, Ia menangis dalam tawanya itu dan langsung memelukku erat. Aku membelai rambutnya dengan lembut.

"jangan senang dulu, aku punya hadiah untukmu" ucapku padanya.

"apa ? biar aku lihat !" katanya bersemangat.

Aku menertawai dia yang layaknya anak kecil itu. Kami lantas duduk pada sofa diruang santai miliknya. Sekarang giliran kucing ini yang akan beraksi dan aku harap dia menyukainya.

"oh my god.. look at him, how cute is he ?" Becky langsung menggendong anak kucing itu yang kurasa baru saja terbangun dari tidurnya. Aku colek krim roti yang manis ini dan menjilati jariku. Aku tidak pernah tau kalau Becky juga suka pada hewan.

"kau suka ?" tanyaku padanya.

"bagaimana bisa aku menolak ?" timpalnya sambil tersenyum. Damai sekali kala menatap wajahnya itu.

Kukecup pipinya. "happy birthday, baby" ucapku kemudian. Ia tersipu malu, aku mencolek lagi krim kue itu dan mencoreng hidungnya. Aku menertawai wajahnya yang belepotan itu tapi tidak ada gelagat darinya yang ingin menyerang balik kepadaku. Becky menaruh anak kucing itu pada sofa kemudian menarik kaus yang aku kenakan. Aku tertarik kearahnya, kami bertatapan dengan dekat.

My Last Decision (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang