06

100 13 12
                                    

Sakura menatap sekelilingnya, tidak ada yang berubah seperti dua jam yang lalu. Naruto yang tidur di bahu Sasuke, dan Sasuke yang risih karenanya. Ia melihat Hinata hanya memandang pemandangan pohon-pohon menjulang tinggi di balik kaca mobil. Lalu beralih melihat ke depan, mendapati Itachi yang fokus pada jalan dan Neji di bangku samping pengemudi hanya diam tak berniat membuka suara.

Mengingat tentang Neji Kakaknya Hinata, Sakura di buat geleng kepala. Tak aneh lagi rasanya ketika posisi duduk antara Hinata dengan Naruto di beri jarak tubuhnya dan Sasuke sebagai pembatas mereka. Yah, siapa lagi yang tak mengenal Neji dengan usaha memisahkan adik tercinta dengan sahabat buruk rupanya.

Sakura pikir, itu wajar akan ke protektifan seorang Kakak pada Adiknya. Namun ia di buat tertawa ketika Naruto mencibir bahwa Neji itu incest. Sebenarnya bukan hal itu yang membuatnya tertawa. Tapi kejadian setelahnya.

Pria dengan pangkat sabuk hitam di ekstrakurikuler Karate itu, memukul kepala Naruto dengan kepalan tangan yang ia yakini telah memecahkan ratusan batu batako dan genting selama latihannya. Uh, tak perlu di tanya pun itu pasti sudah sakit.

Kenapa ia tertawa? Tentu Saja, melihat kebodohan Naruto yang mencibir tepat di belakang orang yang ia cibir.

'Naruto bodoh yang malang.'

Tapi jujur, suasana terasa sepi saat mulut Naruto tak berkicau. Maklum saja, di mobil ini di dominasi manusia dingin dan pendiam yang bertolak belakang dengan kepribadian nya yang pecicilan. Berbeda dengan mobil di belakang mereka yang terasa ramai dengan alunan ukulele-dan beberapa candaan mungkin.

"Omong - omong, tempat Villa nya dimana Kak?" tanya Sakura memecahkan keheningan.

"Kalo sekarang di kasih tau, nanti gak suprise lagi dong." Itachi menampakkan senyuman lebar di kaca mobil disusul Sakura yang terkekeh karena tingkah konyol nya. Sedangkan disebelahnya, Sasuke sudah berdecak jengah.

"Tapi, kayaknya masih jauh yah, Kak? Daritadi pepohonan mulu perasaan," kata Sakura sambil melirik apa yang Hinata tatap dari tadi.

Itachi terdiam sesaat, menyipitkan mata lalu menganggukkan kepalanya pelan. "Iya, karena yang pasti tempatnya jauh dari keramaian Kota." ujarnya, membuat Sakura menggumamkan kata 'wow' dengan hembusan napas di akhir.

"Masih jauh ... Tidur aja," Sasuke membuka suara sembari tangannya tergerak untuk menyandarkan kepala sang kekasih pada bahunya. Sedangkan gadis itu tak membalas dan hanya menurut saja, hingga gelap menyambut matanya.

Hal itu tentu saja tak lepas dari penglihatan Itachi, yang sekarang tengah mengulum bibir menyembunyikan senyuman. Namun tak berlangsung lama, matanya mendapati sosok tak asing sedang berjalan setapak di pinggir jalan di tengah kerimbunan hutan.

Mau tak mau membuat ia menghentikan mobilnya perlahan dan memastikan melihat wajah itu di spion kaca sebelum akhirnya tangannya bergerak membuka seatbelt dan turun dari mobil.

Sasuke mendesis pelan ketika saudara laki-laki nya itu menutup pintu mobil terlalu kencang membuat Sakura sedikit terganggu karenanya. Berbeda dengan Naruto yang masih tak terganggu-tidur nyaman di bahu kirinya yang sudah terasa pegal.

Ia tak penasaran ketika Hinata di sebelah Sakura, merubah posisi pandangan ke arah belakang. Mungkin ingin melihat apa yang Itachi lakukan. Namun rasa penasaran membeludak ketika suara Kakaknya di luar mobil tak sengaja masuk pendengaran.

"Mau ke Villa yah?"

Membuat ia sedikit menyingkirkan gengsi untuk melihat apa yang Hinata lihat.

♣♣

"Persahabatan bagai kepom-pong!"

"Bukan sahabat kalau gak nye-pong!"

Truth or Death | Naruto Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang