"Kantin yuk, laper nih."
Sasori melirik ke arah Tobi yang tengah menepuk - nepuk perut membuat suaranya terdengar kembung. Pemuda berwajah imut itu menyesap lama sepuntung rokok, dengan kemudian asap putih keluar dari lubang hidung dan mulut saat ia menghembuskan nafasnya.
Terdiam sesaat sebelum akhirnya ia membuang rokok ke dekat kakinya dan langsung menekannya dengan alas sepatu.
"Yok," sambil menyimpan kedua lengan di saku celana, Sasori langsung berjalan di ikuti Tobi meninggalkan sekumpulan pemuda yang sedang asik nongkrong dengan kepulan asap di sana.
"Kemana bang?!" sahut seorang adik kelas.
"Kantin bentar," jawabnya tanpa menoleh. "Jangan terlalu lama di atap, nanti ke grebek!" tambahnya.
"Yoi bang!" Sasori menghentikan langkah nya lalu berbalik menghadap pemuda-pemuda di sana.
"Kalau nanti kalian ke ciduk, jangan bawa - bawa gue sama Tobi yah," ujarnya sambil menampilkan smirk andalannya.
Semua mengangguk membuat ia berbalik melanjutkan langkahnya hingga hilang di sebuah tikungan.
"Gila! Senyum bang Saso badas banget njir!" ucap seseorang di sana dengan antusiasnya.
"Gue kok ngerasa ngeri yah. Senyumnya itu, kek senyum-senyum psikopat di anime gitu ..." ucap yang lain.
"Dih! Wibu!"
"Apasih anjing!"
"Eh- tapi, ada yang aneh gak sih?!" anak yang lain membuka suara.
"Apa?"
"Itu tuh, Bang Tobi, temennya bang Saso." ujarnya lagi membuat yang lain mengerutkan kening. "Aneh aja gituh, suka ngintilin bang Saso kemana-mana." tambahnya.
"Elu ... Percaya rumor itu?" anak di sebelahnya Menimpali dengan suara kecil dan terjeda.
"Rumor kalau—"
"Ah! Anjing! Goblok lu pada! Kalo bang Saso denger kita ngomongin dia, bisa di gampar kita abis-abisan." Ujar seseorang dengan jaket hitam di tubuh menyela ucapan temannya dengan raut wajah serius.
"Lu - elu, pada tau kan, kalo bang Saso sahabatan sama ketua tawuran sekolah kita." ujarnya lagi.
"Temen gue pernah sekali kena tonjok di perut sama dia. Dan kalian tau hasilnya?"
"Temen gue dirawat duapuluh hari di rumah sakit karena organ perutnya rusak parah."
Semua yang mendengar membuat ekspresi takjub sekaligus ngeri secara bersamaan.
"Oh iya! Gue inget. Itu kasus udah lama njirr! Waktu kita - kita kelas sepuluh kan?"
"Dan ketua tawuran kita itu ..."
"Bang Hidan."
♣♣♣
"Lu bawa uang?" tanya Hidan
"Kaga." balas Deidara
"Njirr, terus napa ke Kantin? Lu mau malak yah?"
"Apasih sat! Lu kira, gue si Kakuzu, ngemis sana sini." Deidara mendelik, lalu melihat kembali ke depan. "Lu liat kan?" tanyanya.
Hidan mengangguk, "Iya, gue liat."
"Apa?"
"Tuh, bokong cewek di depan lu."
Deidara melotot melihat sesuatu yang di tunjuk Hidan membuat pipinya memerah namun ia langsung menggeram dan memukul kepala Hidan. "Bukan itu goblok!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Death | Naruto
Mistero / Thriller[MISTERY / THRILLER] and [ Horor ] Siapa sangka, liburan akhir tahun ini membuat Naruto menentukan pilihan untuk pergi berlibur bersama teman-teman kakaknya Sasuke -yang tentunya ia dan sahabatnya itu membawa kekasih mereka untuk ikut berlibur bersa...