07

133 19 13
                                        

_____________________________________________
Hayoh, udah di ingetin kan? Di chap pertama; KENAKALAN REMAJA TIDAK BOLEH DITIRU!

Ssstt ... Bahasa kasar!
______________________________________________

"Namanya, Naya. Dia pengurus Villa sekaligus yang bakal jadi tour guide kita, karena kebetulan dia orang sini. So, gue harap kalian bisa patuhin norma-norma di sini."

Itachi melirik ke arah gadis di sebelahnya, "Mungkin Naya mau ngomong sesuatu?" ujarnya lembut berbeda dengan ucapannya yang panjang dengan nada tegas tadi.

"Eumh ... Salam kenal, saya Naya. Saya seumuran kalian, jadi jangan sungkan minta tolong sesuatu. Di sini ada penduduk cuman agak jauh dari Villa, besok saya bisa antarkan ke sana. Kebetulan rumah penduduk ngelewatin kebun teh yang ada di belakang Villa ini." terang Naya sambil tersenyum ramah ke arah teman-teman Itachi yang tengah menatapnya.

"Ah, mungkin kalian mau langsung istirahat, biar saya aja yang langsung beresin," ujarnya lagi saat tak mendapat respon apapun. Matanya pun melihat kelelahan dari setiap wajah di depannya dengan beberapa tas, koper besar dan kardus - kardus —yang ia tidak tahu apa isinya berada di dekat kaki mereka.

Namun tampaknya Itachi tidak setuju. Pemuda dengan rambut hitam itu menggelengkan kepalanya, "Nggak-nggak ... Biar mereka aja, yang beresin dulu barang-barang nya. Naya, bisa kita bicara sebentar?" tanyanya setelah menunjuk 'mereka' ke arah teman-teman lelakinya, yang tentunya langsung mendapat respon decakan sebal dari bersangkutan.

Naya mengangguk, lalu segera mengikuti pemuda jangkung itu melangkah keluar.

"Cantik yah, Sas." bisik Hidan, menyenggol lengan Sasori yang ada di sebelahnya selepas Itachi dan Naya hilang dari pandangan.

Sasori mengangguk pelan, "Huuh, lumayan."

"Lah ... Cantik gitu, masa lumayan?"

"Bukan tipe gue." jawab Sasori datar, mengambil tas dekat kakinya dan mendudukkan tubuhnya di sofa panjang.

Hidan mencebik, acuh tak acuh dengan respon temannya. Ia menoleh ke belakang, mendapati tiga orang yang tidak ia kenal kecuali Sasuke —adik dari temannya, tengah berbincang.

Ia berjalan santai ke arah mereka, lalu meletakkan lengan kokohnya di atas bahu Sasuke. "Eh, Sas! Mereka siapa? Kenalin dong, temen-temen lu, ‘kan?" ujarnya dengan cengiran lebar.

Sasuke melirik sedikit ke arah bersangkutan. Sebenarnya dia risih —kontak fisik dengan orang yang tidak terlalu akrab dengannya. Ingin rasanya menepis, namun mengurungkan niatnya begitu ingat bahwa teman Itachi adalah Kakak kelasnya juga. Apalagi ia tahu betul bahwa orang di sampingnya ini bukan sembarang berandal yang biasa nongkrong di pinggir jalan.

Yah, siapa yang tidak kenal Hidan. Tanpa embel-embel pun, ia rasa semua orang akan langsung menjauh duluan dan tidak ingin berurusan. Sasuke bukan takut, mungkin sedikit segan. Sedikit.

"Hai, Bang! Kenalin, gue Naruto."

Sasuke mendengus begitu mendengar suara sahabat pirang nya yang memekakkan telinga.

"Bentar, kayaknya gue gak asing sama nama lu deh," Hidan merubah posisi lengannya, mengukir raut wajah mencoba mengingat sesuatu. "Oh! Gue inget! Nama lu suka stay setiap pagi di buku BK ‘kan?"

"Ha?"

Naruto cengo, Sasuke mengernyit melihat Hinata dan Sakura saling bertatapan, lalu keduanya menyemburkan tawa membuat ia mengerti satu hal.

Truth or Death | Naruto Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang